Day 13

8 3 0
                                    

Karena kondisi kesehatan yang menurun, Cindy tidak diperbolehkan melakukan beberapa pekerjaan domestik. Padahal biasanya, Cindy selalu membantu ibunya di hari Minggu. Saat ini dia jadi tidak memiliki kegiatan.

Daripada menghabiskan waktu di dalam kamar dengan ponselnya, Cindy memilih untuk berjemur. Gadis itu mengambil sebuah kursi panjang yang bisa dipakai untuk berbaring. Kursi lama yang terbuat dari bambu, posisinya memang dirancang untuk setengah tidur. Kemudian sang gadis pun menggeret kursi itu keluar.

Saat ini masih pukul tujuh pagi. Matahari tentunya belum terlalu panas. Setahu Cindy, sinar UV B lah yang bermanfaat untuk kulit. Dan sinar itu baru muncul pada pukul sepuluh.

Tapi ya sudahlah, Cindy tak mengerti pelajaran biologi semacam itu. Dia juga bukan anak yang rajin membaca atau belajar sampai menjadikan hal seperti itu sebagai pengetahuan umum. Jadi gadis itu memilih untuk merebahkan dirinya di atas kursi. Di depan rumahnya pukul tujuh pagi.

Yang penting dia sudah berjemur, entah jam berapa saja.

Baru sepuluh menit Cindy menikmati posisinya, sebuah motor mendekati rumahnya. Awalnya, Cindy pikir manusia berjaket hijau alias ojek online itu hendak menjemput tetangganya. Sampai orang itu justru berhenti tepat di depan rumahnya. Cindy pun bergegas menghampirinya.

"Cari siapa ya, Pak?" tanya Cindy.

Ojek online itu menoleh. "Apa benar ini rumah Mbak Cindy?"

Cindy menjawab, masih dengan kebingungan. "Iya, benar. Dengan saya sendiri."

Lantas ojek itu tersenyum dan menyerahkan sesuatu yang tergantung di motornya sedari tadi. "Ini, Mbak. Ada kiriman buat Mbak Cindy."

"Tapi saya nggak pesen apa-apa, Pak." Cindy enggan menerima barang itu. Takut jika ini adalah usaha penipuan. Dia sudah tidak punya uang, tolong jangan membuatnya semakin kesusahan.

"Ya emang bukan mbak yang pesen. Ini ada orang yang pesen, terus disuruh kirim ke Mbak Cindy, begitu! Sudah dibayar kok."

Cindy akhirnya menerima pesanan itu. Kalau memang sudah dibayar, itu berarti ini bukan penipuan. Tapi ... siapa yang dengan sukarela akan membelikannya makanan?

"Pengirimnya namanya siapa, Pak?" tanya Cindy.

"Waduh, kalau itu sih rahasia, Mbak. Saya nggak bisa kasih tau karena beliau nggak mengizinkan. Yang jelas menurut saya sih dia penggemar rahasianya Mbak Cindy, orang yang suka tapi nggak mau ketahuan sama Mbak Cindy. Yaudah, saya pamit dulu ya, Mbak! Permisi."

Lantas ojek itu pergi begitu saja, tanpa memberitahukan identitas pengirim yang lebih jelas. Cindy pun bingung dibuatnya. Bagaimana kalau ternyata ada seseorang yang berniat jahat padanya?

Cindy itu parnoan. Apalagi menghadapi hal seperti itu. Pikiran negatif melayang-layang di otaknya. Gadis itu sudah berusaha menyelipkan kemungkinan-kemungkinan positif, tapi otaknya menolak.

"Cindy, kamu ngapain ngelamun di depan pager begitu?" tanya ibu Cindy yang membuyarkan lamunan gadis itu.

"Ini loh, Bu. Aku dapat kiriman dari orang. Kayaknya sih makanan, tapi aku nggak tau siapa pengirimnya," jawab Cindy.

"Sudah dibayar apa belum sama yang ngirim?"

"Sudah, Bu."

"Terus apa yang kamu pikirkan?"

"Yah, Cindy 'kan nggak tau ini dari siapa. Kalau ternyata ini dari orang yang benci sama Cindy 'kan bahaya. Yang ada nanti malah myelakain Cindy."

Ibu Cindy memukul bahu anaknya. "Kamu itu, ada orang ngasih kok malah dicurigai. Memangnya tukang ojeknya tadi kelihatan mencurigakan?"

30 Days With Cindy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang