chapter {1}🥀

140 9 0
                                    

🥀 Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh

"Yakinlah ada sesuatu yang menanti mu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani, yang akan membuat mu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit yang pernah kau alami"
Ali bin Abi Thalib

🥀 Happy reading 🥀

Di sebuah pesantren semua orang sedang melaksanakan shalat subuh dan tadarus Al-Qur'an di pagi hari.
Setelah selesai mereka semua langsung pergi ke kamar mereka masing-masing.

"Alhamdulillah akhirnya selesai juga". Kata seorang perempuan yang masih mengenakan mukenanya yang berwarna ungu kepada sahabatnya.

"Hm". Kata perempuan satu lagi yang masih mengenakan mukenanya yang berwarna hitam.

Mereka adalah rifana dan zalika.
Rifana menggunakan mukena berwarna ungu sedang kan zalika berwarna hitam.

Akhirnya mereka sampai di kamar asrama mereka. Di pesantren Nurul iman, satu kamar berisi dua orang.

Kamar asrama mereka berada di paling ujung yang berarti dekat dengan ndalem dan berada di lantai atas, yang berarti ada balkonnya dan mereka adalah santri yang beruntung karena mendapat kamar yang ada balkonnya.

Pondok pesantren tampak sepi karena seharusnya semua santri sedang berlibur setelah kenaikan kelas dan perpisahan tapi tidak dengan zalika dan rifana yang ingin tetap di pondok, tapi rifana kemarin telah pulang selama 3 hari dan sekarang sudah balik lagi ke pondok jadi hanya ada beberapa santri saja.

Saat ini rifana sedang memasukkan beberapa pakaian kedalam lemari nya dan di bantu zalika.

"Zal zal". Panggil rifana

"Hm kenapa?". Tanya Zalika

"Gue boleh minjem peniti Lo  boleh ga". Tanya rifana

"Lo kalo ngomong jangan pake
Lo-gue". Kata zalika sambil menatap tajam rifana

"Lah Lo juga ngomong Lo gue barusan". Kata rifana

"Hm tu di lemari". Kata zalika dengan wajah datarnya

"Oke aku minjem dulu ya nanti aku balikin". Kata rifana

"Buat anda saja". Kata zalika

Rifana memang banyak bicara dan cerewet tapi ia hanya menunjukkannya kepada zalika dan ayah nya saja.

Saat rifana membuka lemari berwarna hitam putih itu dia hanya melihat baju yang warnanya hitam putih coklat dan hijau dan semua pakaian entah itu kerudung pasti warnanya hanya ada hitam putih coklat dan hijau.

"Zal kok kamu bajunya cuma warna hitam putih coklat dan hijau doang ga ada warna lain?". Tanya rifana.

"Gatau mungkin saya sukanya cuma warna itu". Kata zalika.

Setelah itu rifana mengambil peniti yang ada di laci lemari itu, lalu duduk di samping zalika.

"Aku mau tanya boleh". Tanya rifana.

"Hm".  Zalika hanya berdehem.

"Ih jangan ham Hem ham Hem mulu deh". Kata rifana

"Lah anda juga begitu ko kalau di tanya orang". Kata zalika

"Ya itu kan beda kalo ke kamu sama ke mereka cantikk". Kata rifana.

"Saya tau saya cantik". Kata zalika dengan PD nya

"Hm iya deh zalika emang cantik". Kata rifana.

"Bener nih aku boleh tanya ga". Kata rifana.

"Iya boleh". Kata zalika.

"Warna apa yang paling kamu sukai?". Tanya rifana.

"Saya suka  hijau tapi saya nyaman dengan hitam". Kata zalika.

"Hm cukup egois". kata rifana

Zalika dan rifana memang sangat akrab jadi Rifana sudah mau menunjukkan sifat aslinya kepada zalika, tapi zalika juga sudah menunjukkan sifat aslinya tapi memang zalika itu seperti itu zalika hanya bisa bicara panjang lebar kepada rifana dan hanya bisa tersenyum tipis.

"Balkon yuk". Ajak zalika kepada rifana

Lalu mereka duduk di kursi balkon karena zalika dan rifana sengaja menyimpan kursi kayu dan meja kayu di balkon.

"Zal aku boleh cerita ga". Kata rifana

"Boleh saya akan selalu ada untuk anda di dan saya akan selalu ada untuk menjadi tempat cerita dan keluh kesah anda". Kata zalika

"Tapi tunggu dulu kamu ngomong nya jangan pake saya anda dong kaya orang nggak kenal aja pake aku kamu ke atau apa". Kata rifana

"Hm saya usahakan". Kata zalika

"Yaudah katanya mau cerita". Kata zalika

"Iya". Kata rifana lalu rifana tarik nafas dulu lalu membuangnya.

"Kemarin waktu aku masih belum balik ke pondok aku kan di ajak jalan sama papa ke mall untuk beli barang barang yang aku butuhin lalu kita keliling mall dulu terus aku sama papa ga sengaja ketemu mama sama laki laki Tapi ga tau siapa, terus mama bilang gini 'eh ternyata ada putri kerjaan sama tua bangka lagi jalan jalan nih' kata mama gitu terus papa jawab gini 'eh saya juga nggak nyangka ketemu jalang lagi keliaran di mall' kata papa, nah terus aku bilang 'udah udah kenapa sih mama sama papa kalau ketemu ga bisa akur' kata aku gitu, terus mama jawab gini 'heh diem jalang kecil gak usah ikut campur urusan orang dewasa' kata mama, terus papa jawab 'berani beraninya anda mengatakan putri saya jalang padahal anda yang jalang' kata papa, terus mama jawab 'lah misalkan saya jalang berarti anak saya jalang dong kan keturunan jalang' kata mama gitu, terus papa jawab 'ini anak saya bukan anak anda' gitu kata papa, terus mama bilang 'tapi kan saya yang sudah mengandung dan melahirkannya jadi dia anak saya juga dong' gitu kata mama, dan tiba tiba papa mau nampar  mama tapi tangannya di cegah sama laki laki yang ada di samping mama terus bilang 'heh tua bangka gak usah sentuh sentuh cewe saya' terus laki laki itu mau nonjok papa tapi aku langsung nyeret papa pergi dari situ terus kita pulang". Kata rifana dengan mata berkaca-kaca.

"Kapan sih keluarga ku bisa bahagia bisa akur kaya keluarga orang lain". Kata rifana lagi dengan mata berkaca-kaca.

"Ga semua keluarga orang lain bahagia Rif". Kata zalika

"Kadang mereka menyembunyikan sesuatu di balik keharmonisan keluarga itu, contohnya seperti keluarga saya". Kata zalika

"Keluarga saya memang bahagia tapi tidak dengan saya karena mereka bisa bahagia tanpa saya sedangkan mereka, mereka bahagia bersama dengan melupakan saya". Kata zalika

Zalika dan rifana berdiam cukup lama lalu rifana memecahkan keheningan.

"Udah mau jam delapan kalo gitu kita makan dulu yuk". Kata rifana

"Hm yuk". Kata zalika.

Lalu mereka keluar kamar dan bersikap dingin dan cuek karena sudah kebiasaan mereka.

Lalu mereka berdua berjalan ke ndalem untuk makan karena ketika libur jika ada santri yang tidak pulang makan di ndalem bukan di tempat persamaan santri karena paling hanya 4 atau 5 orang yang tidak pulang dari pondok contohnya seperti mereka berdua.

"Assalamu'alaikum". Ucap mereka berdua.

"Wa'alaikumussalam". Kata orang yang berbeda di ndalem.

Zalika dan rifana melihat keberadaan Gus kembar yang sedang duduk di ruang tamu bersama Uma khozaah.

"Eh ada zalika sama rifana, mau makan ya". Ucap Uma khozaah.

"Iya Uma". Jawab mereka sopan.

"Yaudah kalo gitu silahkan makan, makanannya ada di meja dapur ya, uma tinggal dulu mau ke pasar". Kata umma khozaah.

Zalika Dan rifana mengangguk dan pergi ke dapur.






🥀🥀🌹🥀🥀

Sekian terimakasih semoga ada yang baca ya🥀

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh 🥀

Sahabat hijrah & Gus kembar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang