Bab 7: Penguntit

132 10 1
                                    

“Ying, kamu suka jika kuajak jalan-jalan ke taman atau ke pantai?” tanya Fang. “Hm, ya, aku suka.” jawab Ying dengan mata berbinar, membayangkan Fang akan mengajaknya jalan-jalan.

“Tapi, hanya kita berdua, boleh?” pinta Fang. “Hah? Berdua?” beo Ying, seketika pipi Fang dan Ying memerah bersamaan. “Y-Y-Ya, kamu mau?” tanya Fang. Ying hanya mengangguk sebagai balasannya.

Tiba-tiba, jam tangan hitam yang tadi dibeli oleh Ying, memancarkan cahaya merah. Jam tangan itu juga berbunyi, padahal sepertinya jam tangan itu tidak rusak.

Tit... Tit... Tit...

Fang dan Ying panik setengah mati. “F-Fang... Ada apa dengan jam tanganku ini?” tanya Ying ketakutan. Fang berusaha untuk tetap tenang dan memeriksa apa yang terjadi pada jam tangan tersebut.

Setelah diperiksa, Fang menemukan sebuah kamera kecil pada jam tangan itu. Alangkah terkejutnya mereka berdua, Fang dan Ying saling bertatapan.

“Darimana kamu mendapatkan jam tangan ini, Ying?” tanya Fang. “Tadi ada seorang anak kecil laki-laki berpakaian lusuh, dia menjual jam tangan ini dengan harga yang cukup murah, katanya demi pengobatan Ibunya yang sakit parah. Karena tak tega, jadilah aku membeli jam tangan ini.” jelas Ying.

“Jelas-jelas ini kamera stalker, Ying. Kamu harus segera membuangnya, atau sesuatu yang buruk terjadi padamu. Bukan hanya kamera, jam tangan ini juga tadi berbunyi, untuk melacak lokasimu.” kata Fang. Ying menutup mulutnya, ia benar-benar terkejut. Siapa sangka anak yang dia kasihani tadi, justru membawakan malapetaka untuknya.

Tiba-tiba, mereka berdua yang sedang berboncengan motor, dicegat oleh sekumpulan anak-anak geng motor yang tadi mengancam Ying saat Ying berangkat ke sekolah. Ying memeluk Fang dengan erat dari belakang, sedangkan Fang mencari akal agar mereka bisa bebas dari sini.

“Hei, anak-anak nakal~ Kita bertemu lagi~” kekeh ketua geng motor itu dengan senyuman miring. “Apa yang kalian mau dari kami!” bentak Fang.

Ying mengumpulkan keberaniannya, dan turun dari motor diikuti oleh Fang. Seperti biasa, Ying memasang tampang sangarnya di sekolah. Sedangkan Fang bersikap cool.

“Tak apa~ Kami hanya menginginkan tubuh pacarmu.” kekeh sang ketua geng motor sambil menunjuk ke arah Ying. “Yang tadi berjualan jam tangan itu adikku. Mau lari kemana kalian, hah?” ujar sang ketua lagi.

Sang ketua menarik kerah baju Fang dengan tatapan sinis. “Jika kau tak ingin kehilangan nyawa dan harta bendamu, maka serahkan tubuh pacarmu pada kami semua.” ancamnya.

“Siapa kalian?! Mengapa kalian berani sekali mengganggu sahabatku!” bentak Ying dengan ekspresi marah. “Diamlah, jalang.” seru salah satu anak buah dari geng motor itu.

Saat Ying hendak menyerang anak buah menyebalkan itu, ia menodongkan pistol ke arah Fang. “Ya, habisi saja aku, namun pacarmu juga akan tewas di tangan ketua kami.” kekehnya santai.

Ying hanya bisa mengepalkan tangannya erat-erat, di sisi lain ia sangat kesal pada lelaki itu, namun di sisi lain ia juga takut sesuatu yang buruk akan benar-benar terjadi pada Fang.

Ying tetap menghantam perut lelaki itu. Ia mengerang kesakitan, sang ketua pun marah dan menatap nyalang pada Fang. Ketua geng motor itu bersiap akan menonjok rahang Fang dengan keras.

Saat ia sudah mengepalkan tangannya dan hendak memukulkannya pada rahang Fang, Ying pun menggunakan kekuatannya. “Kuasa Slowmo!” teriak Ying sambil mengeluarkan kekuatannya.

Seketika gerakan sang ketua dan seluruh anak buah geng motor itupun melambat, dan juga Fang. Ying memanfaatkan kesempatan itu untuk melindungi Fang dengan menyeret Fang ke tempat yang lebih aman.

Ying pun menghentikan kuasa slowmo-nya, dan ketua geng motor itu terjatuh ke tanah dengan keras. “Aduh!” erangnya kesakitan.

Sang ketua berusaha mengontrol nafasnya dengan baik, karena dadanya adalah area paling sakit saat terjatuh karena lebih dulu jatuh. Sang ketua memegangi dadanya dan menunjuk-nunjuk Ying dengan raut wajah penuh amarah.

“Harimau Bayang!” ujar Fang sambil mengeluarkan harimau bayang-nya yang sangat gagah. Mereka berlima pun terperangah melihat harimau bayang milik Fang, keperkasaannya membuat mereka tak yakin apakah mereka mampu melawannya atau tidak.

Harimau bayang Fang menghabisi mereka satu-persatu, hingga semuanya lemas tak berdaya. “Y-Ying... Ampuni aku dan anak-anak buahku... Aku tahu aku salah.” lirih sang ketua geng motor, sebelum ia jatuh pingsan.

Fang pun menatap heran ke arah Ying, sepertinya ada hal yang Ying sembunyikan darinya. “Kau mengenalnya, Ying?” tanya Fang.

Ying memeluk Fang dengan erat dan menangis tersedu-sedu di dada Fang. “Dia adalah tetanggaku... Dia juga mantan kekasihku...” isak Ying sedih.

“Dia melecehkanku, Fang! Saat itu aku masih berpacaran dengannya, dan dia mengancamku dengan senjata tajam kalau aku tak menuruti kemauannya. Tiada lagi harga diriku sebagai wanita...” lirih Ying.

Fang terkejut dengan pernyataan Ying. Ia hanya bisa mengepalkan tangannya erat-erat, mengetahui wanita pujaan hatinya dirampas kehormatannya secara paksa.

Awas saja jika dia berani membahayakan Ying lagi, aku selalu siap menjadi tameng pelindung Ying. Dasar lelaki bajingan! Jika memang cinta, harusnya ia menjaga, bukan merusak.’ batin Fang.

Bersambung.....

.
.
.
.
.

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote untuk memberi dukungan pada saya, terima kasih. Jika ada kritik dan saran, silakan ketik di kolom komentar.

Darkness Crystal: BBB Fanfic [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang