“Rev, Mama pergi dulu ya. Ini kunci cadangannya, nanti Mama pulang malam seperti biasanya.” pesan Hanna sambil menyodorkan kunci cadangan kepada Rev.
“Iya Ma, Rev juga mau berangkat ke sekolah. Rev pamit dulu ya Ma.” ujar Rev tersenyum hangat dan menyalami tangan Hanna.
Hanna tersenyum memperhatikan Rev yang semakin jauh melangkah ke sekolah. Setidaknya, jika aku tak bisa memiliki pria yang aku cintai, aku masih punya seorang putra yang paling kusayangi, pikirnya.
***
“Aku akan menggunakan kekuatan kristal ini dan membalaskan dendam pada BoBoiBoy. Sungguh tak adil, aku hidup dalam keterpurukan sedangkan dirinya disayang banyak orang. Termasuk Ayah kami berdua.” ujar Rev dengan penuh kebencian sambil mengusap lembut kristal kegelapan yang dipegangnya.
Saat Rev sedang tersenyum miring sambil membayangkan hidup BoBoiBoy akan tersiksa dengan keberadaan kristal itu, tiba-tiba Papa Zola sedang mengendarai motor menyapanya dengan seorang gadis kecil memeluknya dari belakang.
“Hai Rev! Rajin sekali kau, pagi-pagi begini sudah berangkat ke sekolah.” kekeh Papa Zola. “Benar tuh. Ini masih pagi banget lho.” timpal gadis kecil di belakang Papa Zola.
“Hahaha iya Pak, daripada terlambat.” balas Rev. “Iya juga sih. Oh iya, itu kamu bawa apa Nak?” tanya Papa Zola.“Ini? Oohh ini... Batu yang saya dapat dari pasar malam, Cikgu. Saya dapat hadiah ini setelah memenangkan permainan.” jawab Rev dengan santai. “Hm... Bagus juga. Pipi boleh beli?” tanya Pipi Zola, gadis di belakang Papa Zola.
“Nggak, Abang suka batu ini. Batunya bagus.” tolak Rev secara halus. “Oh begitu ya Bang. Ya udah deh, nggak jadi.” balas Pipi Zola.
“Sudah dulu ya, Rev. Cikgu masih ada pekerjaan yang belum selesai di sekolah. Tata titi tutu!” kata Papa Zola melajukan motornya ke sekolah.
Rev hanya terkekeh geli dan geleng-geleng kepala. Rev pun kembali terfokus pada kristal kegelapan yang ia bawa.
“Segalanya baru saja dimulai. Tunggu aku, BoBoiBoy. Jangan lari dariku.” kekeh Rev, dengan seringaian jahatnya.
***
Hari ini sedang dilaksanakan upacara bendera, namun guru-guru yang menjadi petugasnya. Memang seperti itulah sekolah ini, pada 1 bulan ada 4 minggu, minggu pertama dan ketiga siswa yang menjadi petugasnya sedangkan minggu kedua dan keempat guru yang menjadi petugasnya.
Pada saat upacara berlangsung, Rev diam-diam meniup kristal kegelapan itu sebanyak tiga kali. “Oh Darkness, help me.” lirih Rev sambil membayangkan Ying yang berdiri disampingnya, dirasuki oleh seorang kuntilanak.
Benar saja, tak lama kemudian, Ying tertawa terbahak-bahak dengan sendirinya, suaranya sama persis dengan kuntilanak. “Hahaha... HAHAHAHA!!!” gelak Ying. Guru-guru dan murid-murid lain pun menoleh heran ke arah Ying, kecuali Rev.
“Ying! Ada apa denganmu?!” tanya BoBoiBoy. Tanpa bicara, Ying langsung mencakar tangan BoBoiBoy. “AAKKHH!!” erang BoBoiBoy kesakitan.
Yaya pun langsung terkejut melihat itu. “Ying! Apa yang kamu perbuat pada BoBoiBoy!” teriak Yaya histeris dan menghalangi BoBoiBoy dari Ying.
Ying tersenyum lebar. “Kau harus kuhabisi, BoBoiBoy. Tapi karena kau juga melindunginya, maka kau juga harus kuhabisi.” racau Ying. “Dey, kau ini ada-ada saja. Kecil jadi kawan, besar jadi lawan.” protes Gopal.
Fang tak begitu banyak bicara dan fokus mengamati tingkah laku Ying. Tiba-tiba, setelah beberapa menit ia mengamati, Fang menemukan adanya kristal berwarna ungu yang berada di pupil mata Ying, persis seperti kristal yang dipegang oleh Rev.
“Sudah kuduga, semua kekacauan ini bermula dari siswa baru.” batin Fang. Fang pun mendekati Ying dan membelai kepala Ying.
Bersambung.....
.
.
.
.
.Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote untuk memberi dukungan pada saya, terima kasih. Jika ada kritik dan saran, silakan ketik di kolom komentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Crystal: BBB Fanfic [✓]
Fanfiction[COMPLETED] Di suatu masa, seorang siswa baru, pindahan dari Kota Hilir, mengacaukan segalanya. Bermodalkan kristal kegelapan yang ia miliki, ia ingin merusak kehidupan BoBoiBoy, teman-temannya, bahkan satu sekolah jika perlu. Mampukah Geng Kokotaim...