Bab 3: Latar Belakang Rev

150 12 2
                                    

Sesampainya di rumah, ia cepat-cepat menaruh tas ransel di atas ranjangnya. Rumah ini sangatlah minimalis, lebih mirip kost-an. Semuanya bercampur dalam satu ruangan, sebagai tempat tidur, makan, dan aktivitas lainnya, kecuali kamar mandi yang terletak di belakang rumah secara terpisah.

"Mama belum pulang... Pasti Mama akan melayani pelanggannya di hotel lagi." gumam Rev. Seringkali Mamanya meninggalkannya di rumah sendirian untuk beberapa hari demi menghabiskan waktu bersama pelanggannya di hotel, entah hanya sebagai pelampiasan hawa nafsu ataupun sekaligus kekasih kontrak.

"Andai saja, Mamaku bukanlah seorang wanita penghibur. Pasti aku takkan terlahir sebagai anak diluar nikah." lirih Rev sambil tersenyum tipis. "Dunia sungguh tak adil. BoBoiBoy hidup bahagia bersama keluarga dan teman-temannya, setidaknya meski berjauhan dengan ayahnya, namun ayahnya tetap menganggapnya sebagai anak. Tapi aku? Padahal aku juga anaknya, meskipun hasil keturunan dari hubungan yang tidak sah. Kapan aku bisa merasakan adanya figur seorang ayah dalam hidupku?" isak Rev.

***flashback on***

"Hahaha... Baru beberapa tegukan saja sudah membuatmu pusing, Amato? Lemah." ledek Pian. "Aku sudah tak sanggup lagi. Rasanya aku mau pingsan..." lirih Amato.

"Hahaha, pergilah Amato. Aku yang akan menghabiskan sisanya. Aku sudah terbiasa dengan alkohol." ujar Pian. Dengan langkah gontai, Amato pun berjalan sempoyongan entah kemana, akal sehatnya benar-benar dilumpuhkan oleh alkohol saat ini.

Pian pun lanjut menenggak alkohol dengan penuh nikmat. Sedangkan di sisi lain, Amato terus berjalan mengikuti insting saja, tanpa tahu kemana tujuannya pulang.

Saat berjalan, Amato berpapasan dengan seorang wanita yang memakai gaun seksi berwarna merah. Wanita itu terlihat begitu menggoda di mata Amato, ia berambut putih tulang yang panjang dan memiliki netra berwarna merah gelap. Ditambah pakaiannya yang begitu seksi dan dandanannya yang agak menor. Tentu saja dialah Hanna Nakamura.

Waktu itu, Hanna baru saja akan berangkat ke tempatnya bekerja, sebuah klub malam. Ya, Hanna bekerja sebagai wanita penghibur disana.

"Kamu begitu cantik dan menarik~" racau Amato saat melihat bentuk tubuh Hanna yang indah. "Ah, terima kasih." jawab Hanna sopan, meskipun sedikit gemetaran karena takut.

Tiba-tiba saja, tangan kiri Amato sudah memegangi punggung Hanna dan tangan kanan Amato memegangi pinggul Hanna. Entah mengapa, ada sesuatu yang berdesir di hati Hanna, karena Hanna menyukai Amato secara diam-diam sejak kecil, hanya saja Hanna tak berani mendekati Amato karena adanya perbedaan keyakinan, Amato beragama Islam sedangkan Hanna beragama Kristen.

Dibawah pengaruh alkohol bagi Amato dan cinta buta bagi Hanna, akal sehat mereka sudah benar-benar hilang saat itu. Amato terus menggoda Hanna, dan anehnya Hanna tak sanggup menolak. Malam itu, menjadi malam terpanas yang pernah dilewati Hanna, dimana keperawanan Hanna direnggut oleh pria yang ia cintai, namun pada akhirnya menghasilkan benih kehidupan baru yang harus Hanna nafkahi dan kasihi.

Keesokan harinya, betapa terkejutnya Hanna melihat rumah Amato yang begitu ramai. Karena penasaran, Hanna pun turut menyaksikan acara tersebut.

Lebih mengejutkannya lagi, rupanya Amato mengucapkan akad nikahnya dengan Mara. Seketika air mata pun membasahi pipi Hanna, bukan karena terharu seperti tamu undangan yang lain, namun karena menyesal telah melayani Amato semalam, yang mana sekarang dia sudah tak lagi perawan. Pria mana yang mau menikahinya? Sedangkan Amato juga berhubungan intim dengannya dalam kondisi tak sadar.

'Kamu begitu jahat, Amato. Namun, aku tak punya alasan yang kuat untuk menyalahkanmu. Yang jelas, kini hanya tersisa penyesalan di hatiku, karena telah memberikan kehormatanku pada pria yang salah. Pria yang telah mencintai wanita lain.' batin Hanna.

Sejak saat itu, Hanna masih mencintai Amato, hanya saja Hanna banting setir menjadi seorang pelacur, karena ia merasa harga dirinya telah hilang sebagai seorang wanita, jadi percuma saja jika ia jual mahal, toh dirinya sendiri sudah murahan tanpa ditawar. Setiap ia melayani pelanggannya, ia selalu berimajinasi bahwa itu adalah Amato, namun tentunya itu hanya akan menjadi angan-angan saja.

***flashback off***

"Tuhan, haruskah seberat ini? Apa saya akan sanggup?" lirih Rev di sela tangisannya. "Mendengar cerita Mama saja, aku sudah merasa sakit hati pada Papaku sendiri. Aku akan membalaskan dendam pada anak dari istri sahnya itu, BoBoiBoy." sambung Rev.

Rev menatap kristal kegelapan yang berada di tangannya dengan tajam. "Tunggulah saja, BoBoiBoy. Kebahagiaanmu akan pupus setelah aku datang di hidupmu!" murka Rev.

Bersambung.....

.
.
.
.
.

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote untuk memberi dukungan pada saya, terima kasih. Jika ada kritik dan saran, silakan ketik di kolom komentar.

Darkness Crystal: BBB Fanfic [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang