"Bu, saya beli donat wortel satu ya." pesan Fang sambil menyodorkan uangnya. "Iya Nak, ambil saja disana." kata Ibu Kantin sambil menunjuk ke sebuah etalase berisi berbagai macam donat.
Fang pun berlari ke arah etalase yang ditunjuk Ibu Kantin, ia meneguk ludah dan matanya berbinar saat melihat donat wortel. Dengan cepat ia mengambilnya, dan menggigitnya dengan penuh rasa nikmat.
Ying datang ke kantin, ia memesan menu yang sama dengan Fang. "Bu, donat wortel satu!" kata Ying sambil menyodorkan uangnya. "Iya Nak, itu disana." ucap Ibu Kantin menunjuk ke etalase donat.
Ying mengambil sebuah donat wortel dan melahapnya. Tak sengaja ia menabrak pundak Fang yang berada di sebelahnya.
"Ying?" lirih Fang. "Eh, maaf. Aku tak sengaja tadi." ucap Ying. "Tak ada masalah. Kamu suka donat wortel juga?" tanya Fang. Ying mengangguk.
Fang tersenyum manis pada Ying yang sedang makan. "Ying, daripada berdiri, ayo kita duduk di kursi panjang disana!" usul Fang sambil menunjuk sebuah kursi panjang yang tak jauh dari mereka.
"Ayo, Fang!" balas Ying bersemangat, ia berlari ke kursi panjang itu sambil menggandeng tangan Fang. Fang hanya terkekeh geli melihat kelakuan sahabatnya itu.
Mereka pun duduk berdua di kursi panjang itu sambil menikmati donat wortel. "Eh, Ying, kau tahu tak?" tanya Fang. "Nggak." balas Ying dengan nada menyebalkan dan senyuman tengilnya.
"Ih, aku 'kan belum bilang!" kata Fang mencebikkan bibir. "Hahaha, makanya cepat bilang. Bagaimana bisa aku tahu kalau kamu saja tidak memberitahuku." kekeh Ying.
"Nanti akan ada pemilihan ketua kelas, wakil ketua kelas, sekretaris, bendahara, dan seksi baru. Kamu mau mencalonkan diri?" tanya Fang. "Aku mau jadi sekretaris saja. Dulu saat kelas 2, ternyata susah juga jadi ketua kelas." kata Ying. "Iya juga. Sekarang giliranku mencalonkan diri jadi ketua kelas, boleh?" tanya Fang.
"Aku akan mendukungmu, Fang. Kecuali jika sainganmu Yaya." kekeh Ying. "Eh! Mana bisa begitu!" protes Fang. "Hahaha, iya, aku akan mendukungmu. Lagipula, Yaya berencana akan menjadi bendahara kelas. Dia juga sama capeknya menjadi ketua kelas saat kelas 1." kata Ying.
"Mungkin aku bersaing dengan BoBoiBoy. Dia 'kan, meskipun sahabat kita, namun masih bersaing denganku masalah popularitas." ujar Fang. "Yah, kurasa, tak apa kalian bersaing, toh kalian juga sama-sama idaman kaum hawa di kelas. Asal bersaing secara sehat, tanpa saling membenci satu sama lain." pesan Ying.
"Tentu saja, Ying. Bagaimanapun juga, meskipun dia menyebalkan dan punya banyak penggemar, namun aku tetap tak tega kalau dia kenapa-napa." kata Fang. "Aku pun begitu, Fang. Begitupun kalau sesuatu yang buruk terjadi padamu, Yaya, atau Gopal." kata Ying.
"Oh, jadi kamu mengkhawatirkanku dengan takaran yang sama seperti mereka?" protes Fang. "Memangnya maumu bagaimana? Bukankah kita semua bersahabat?" tanya Ying dengan polos.
Sakit, tapi tak berdarah. Itulah yang dirasakan Fang. Sudah 4 bulan terakhir ini, Fang merasa aneh dengan dirinya sendiri. Ia merasakan desiran hati yang tak biasa saat berada di dekat Ying, dan ia tak suka Ying didekati oleh lelaki lain selain dirinya, sekalipun yang mendekati Ying itu BoBoiBoy atau Gopal.
"Memangnya kamu tidak ada rasa kagum yang berlebih padaku? Aku ini tampan, baik hati, sopan santun, cool, jadi wakil ketua OSIS pula. Tidakkah kamu terpikat?" lirih Fang sedih. Mendengar perkataan itu, Ying langsung mencubit paha Fang dengan gemas.
"Apa yang kau pikirkan, Fang? Kau sedang jatuh cinta pada seseorang, bukan?" tanya Ying. "Entahlah. Sudah 4 bulan, aku merasa aneh dengan perasaanku sendiri." ujar Fang.
Ying terdiam. Memang benar, ia merasakan Fang menaruh perhatian lebih padanya akhir-akhir ini. Tak jarang pula situasi dan kondisi mempertemukan mereka tanpa sengaja.
"Aku akan menunggumu hingga kamu siap menceritakan padaku, siapa gadis pujaan hatimu." kata Ying sambil merangkul Fang dengan senyuman hangat.
Pipi Fang memerah, namun Fang masih bisa mengendalikannya. Ia hanya tersenyum kecil sambil membelai rambut Ying. "Terima kasih, Ying. Suatu saat nanti, akan kujelaskan jika aku sudah siap." bisik Fang di telinga Ying.
***
"Anak-anak, hari ini kita akan mengatur struktur kelas. Tentunya kalian sudah tahu tentang ketua kelas, wakil ketua kelas, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi 7K. Jadi, Cikgu Papa minta, bagi yang mencalonkan diri, segera maju ke depan." perintah Papa Zola.
BoBoiBoy dan Fang pun maju ke depan kelas, seluruh siswa bertepuk tangan kepada mereka. Setelah dibagikan kertas pemilihan, ternyata suara yang memilih Fang lebih banyak, sehingga Fang dijadikan ketua kelas. Sedangkan BoBoiBoy menjadi wakil ketua kelas.
"Baik, untuk yang lain, tidak ada yang mau jadi sekretaris dan bendahara?" tanya Papa Zola. Seluruh siswa terdiam, hingga Ying, Rev, dan Yaya mengacungkan tangan. "Saya siap menjadi sekretaris kelas." ucap Ying. "Saya siap menjadi bendahara kelas." ucap Yaya dan Rev bersamaan.
Yaya dan Rev pun saling bertatapan. "Sudah sudah! Yaya, kamu menjadi seksi kebersihan saja. Saya pikir, kamu sudah berpengalaman menjadi bendahara saat kelas 2, jadi saya memberi kesempatan bagi Rev untuk menjadi bendahara kelas." perintah Papa Zola.
"Baik, Cikgu Papa. Terima kasih." ujar Yaya. Rev tersenyum kemenangan, ia berhasil menyabet jabatan yang cukup berpengaruh di kelas ini.
'Aku takkan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku akan membalas dendam dengan rapih.' batin Rev.
Bersambung.....
.
.
.
.
.Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote untuk memberi dukungan pada saya, terima kasih. Jika ada kritik dan saran, silakan ketik di kolom komentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Crystal: BBB Fanfic [✓]
Fanfiction[COMPLETED] Di suatu masa, seorang siswa baru, pindahan dari Kota Hilir, mengacaukan segalanya. Bermodalkan kristal kegelapan yang ia miliki, ia ingin merusak kehidupan BoBoiBoy, teman-temannya, bahkan satu sekolah jika perlu. Mampukah Geng Kokotaim...