Bab 10: Tikus Berdasi

125 10 0
                                    

Beberapa hari setelah Ying benar-benar pulih, Ying pun masuk sekolah seperti biasa. Ia juga meminta Fang untuk mengantar dan menjemputnya, baik itu berangkat dan pulang sekolah. Ia tak pernah merasa aman jika berjalan sendirian, ia begitu was-was dan yang memperkuat alasannya lagi dia memiliki trauma yang besar bagi laki-laki. Tapi, tentunya ia tidak merasakan itu pada BoBoiBoy, Gopal, ataupun Fang.

"Nah, Ying. Ayo berangkat." ajak Fang saat melihat Ying sudah siap pergi ke sekolah. Ying pun mengangguk dan menaiki motor Fang. Ia menyandarkan kepalanya di punggung Fang, karena rasanya ia masih sedikit mengantuk.

"Ah, Ying, tidur jam berapa kamu semalam?" tanya Fang sambil terus berusaha menutupi rona merah di pipinya. "Mmm... Jam 12... Demi tugas." ujar Ying. "Oh." jawab Fang singkat, ia menikmati kepala Ying yang lembut bersandar di punggungnya, membuat keduanya merasa nyaman, namun Fang jadi agak salah tingkah.

"Kamu begitu rajin, Ying. Padahal tugas yang kamu maksud itu dikumpulkan seminggu kemudian, tapi kamu sudah mengerjakan sejak tadi malam." kekeh Fang. "Hahaha, itu sudah biasa. Setidaknya nanti aku bisa berdiskusi terlebih dahulu dengan Yaya, apakah jawaban kami sudah benar dan tepat atau masih perlu direvisi." jelas Ying.

"Aku kagum pada kalian berdua. Namun, bersainglah secara sehat, jangan sampai karena nilai yang lebih tinggi salah satu dari kalian, membuat persahabatan kalian menjadi hancur." pesan Fang tersenyum tulus. "Tentu saja Fang, kami akan tetap saling menyayangi satu sama lain, dan menunjukkan kemampuan terbaik kami masing-masing." balas Ying.

Tanpa sengaja, mereka berpapasan dengan BoBoiBoy dan Yaya di gerbang sekolah. Mereka sedang jalan bersama seperti biasa. Gopal? Sudahlah jangan ditanya, biasanya Gopal akan main video game terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah, jadi ia sering terlambat sekitar 5-15 menit.

"Hai Fang, hai Ying!" sapa BoBoiBoy dan Yaya bersamaan. "Hai juga, BoBoiBoy dan Yaya!" ucap Ying ceria, sedangkan Fang hanya membalas sapaan itu dengan senyuman ramah.

Ying mengerlingkan matanya pada Yaya, seolah mendukung kedekatan mereka berdua. Pipi Yaya jadi merona merah, dia memang menyukai BoBoiBoy lebih dari teman, karena seiring berjalannya waktu, kedekatan mereka sebagai sahabat terus meningkat, entah bagaimana dengan perasaan BoBoiBoy. Ying terkekeh geli melihat pipi Yaya yang memerah.

"BoBoiBoy, ayo temani aku ke kantin." ucap Yaya yang sudah tak sanggup digoda oleh Ying dan menggandeng tangan BoBoiBoy menuju kantin. BoBoiBoy menatap mata Yaya dengan penuh rasa heran, tapi sudahlah dituruti saja.

"Hahaha, dasar Yaya. Padahal terlihat jelas sekali Yaya suka BoBoiBoy, tapi entah kapan BoBoiBoy peka dengan perasaan Yaya." ujar Ying. "Nah, kali ini aku setuju jika Yaya menjadi penggemar BoBoiBoy. Dipikir-pikir, mereka berdua memang cocok, tapi sayangnya BoBoiBoy tak bisa membedakan mana perasan suka kepada sahabat dan lawan jenis." timpal Fang.

Fang dan Ying secara bersamaan menatap gedung kelas mereka yang berada di tingkat 2, dari jendela terlihat Rev yang entah sedang melakukan apa. Hal ini tentu saja membuat mereka berdua penasaran.

"Rev sedang apa ya?" gumam Ying. Tanpa basa-basi, Fang segera menarik tangan Ying dan berlari ke arah kelas. Saat sudah sampai, ia berusaha berjimgkat dan bersembunyi agar tak terlihat mencurigakan dan Rev tidak menghentikan aktivitasnya.

Terlihat Rev sedang menghitung uang kas dengan senyuman miringnya. "Haih, makin menjadi-jadi. Padahal baru kemarin kita menyetorkan uang padanya, tapi mengapa matanya menunjukkan binar seolah itu uang yang sangat banyak?" bisik Fang. "Sstt, kita tunggu saja dia mau apakan uang-uang itu. Aku juga sedikit curiga, mengapa ia mengambil jabatan sebagai bendahara kelas. Padahal kalau mau jabatan yang tak kalah disegani, bisa jadi ketua, wakil ketua, ataupun sekretaris, yah meskipun tugas mereka banyak, atau tak ada bagi wakil ketua kelas tertentu." balas Ying.

Rev tertawa jahat setelah memegang uang 2.000 Rupiah sebanyak 12 lembar itu. "Mungkin aku bisa mengambil setengah dari uang kas ini untuk membeli keperluan sekolah dan membeli makanan di kantin. Totalnya ada 24.000 Rupiah, jika kuambil 12.000 Rupiah, maka masih tersisa 12.000 Rupiah. Biarlah anak-anak di kelas ini menyetorkan uang mereka padaku setiap hari Senin, 1.000 Rupiahnya kumasukkan kas sedangkan 1.000 Rupiahnya lagi kumasukkan kantong pribadiku. Dengan begini aku bisa lebih menghemat pengeluaran Mamaku." ujar Rev.

Wajah Ying tampak sangat kesal, rasanya ia tak tahan ingin mengamuk pada Rev, namun Fang berusaha memendam emosi Ying dengan memeluk erat tubuh Ying agar terasa lebih tenang dan rileks.

"Tenanglah dulu, Ying. Kita tak bisa melawannya secara langsung. Yang ada akan terjadi masalah baru karena belum jelas terbuka apa kesalahan Rev di mata orang lain." bujuk Fang sambil mengusap lembut kepala Ying. "Hah... Tunggu saja kau Rev. Kau benar-benar kejam." ketus Ying sambil melirik sinis Rev dari jendela.

Bersambung.....

.
.
.
.
.

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote untuk memberi dukungan pada saya, terima kasih. Jika ada kritik dan saran, silakan ketik di kolom komentar.

Darkness Crystal: BBB Fanfic [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang