Bab 18: Ayah Kita

120 10 1
                                    

Beberapa hari berlalu.
Amato kembali pulang ke bumi untuk menemui BoBoiBoy.

“Assalamualaikum, Nak...” ujar Amato masuk ke dalam rumah Tok Aba. “Waalaikumussalam, Amato.” balas Tok Aba dan BoBoiBoy. “Salam toleransi.” balas Rev dan Hanna pula. Ya, mereka memang toleransinya tinggi, bahkan Hanna pun memakai kerudung buram untuk menghormati.

“Hanna? Wah, ini anakmu? Anak kita seumuran ya...” ujar Amato. “Ya, dia memang anak kita, Amato.” ujar Hanna tersenyum. “Hah? Anak kita?” tanya Amato kebingungan.

“Selamat datang, Papa. Aku adalah anakmu selain BoBoiBoy.” kata Rev menyalami tangan Amato dengan senyuman tulusnya. “Nanti Mama Hanna jelaskan, Ayah. Ayah duduk dulu di samping Mama Hanna.” kata BoBoiBoy.

Amato pun duduk di samping Hanna. “Jadi begini, Amato. Apakah kau ingat saat kau menenggak alkohol bersama Pian?” tanya Hanna. “Ah, ya— aku mengingatnya sekilas. Ada apa?” tanya Amato.

“Apakah kamu masih ingat kejadian setelah kamu mabuk berat itu?” tanya Hanna. Amato pun berpikir keras, dan beberapa ingatannya kembali, meskipun hanya sekilas yang muncul.

“Kau berpakaian seksi, berjalan sendirian malam itu. Aku menghampirimu, dan...” lirih Amato. “Oh— aku mengingatnya. Kamu hamil karena perbuatanku malam itu?” tanya Amato cemas.

Hanna mengangguk pelan. “Lalu, bagaimana bayi kita saat itu? Apakah kamu menggugurkannya? Kuharap tidak, agar aku bisa menebus kesalahanku.” tanya Amato cemas. “Memang tidak kugugurkan. Justru aku besarkan dia dengan kasih sayangku, meskipun hanya aku sendirian tanpa sosok pasangan.” ujar Hanna sambil memegang tangan Rev.

“Inilah bayi yang Papa maksud itu. Itu adalah aku! Namaku Rev!” kekeh Rev. “Wah, kamu sudah besar rupanya Nak... Maafkan Papa karena tak pernah tahu kalau kamu ada.” lirih Amato. “Maafkan aku juga, Hanna. Aku telah merenggut kehormatanmu begitu saja. Bahkan kamu sampai mengandung anakku. Tapi, kamu justru merawatnya dengan baik...” kata Amato dengan mata berkaca-kaca.

“Aku sudah memaafkanmu, Amato.” ucap Hanna dengan senyuman tulusnya. “Bolehkah aku mempertanggungjawabkan semua ini? Aku merasa bersalah jika aku tak bisa menebus dosaku.” pinta Amato.

“Tidak apa-apa, Amato. Tanggungjawabkan kesalahanmu. Aku tahu kamu pria baik, kamu pasti sadar akan kesalahanmu, bukan?” ujar Hanna.

“Bolehkah aku menikahimu? Aku akan membantumu merawat dan mendidik anak kita. Aku juga akan menafkahi kalian berdua, selain menafkahi BoBoiBoy.” kata Amato.

“Oh, kalau soal pernikahan, maaf, aku tak bisa, Amato. Kamu terlalu baik untukku yang seorang mantan pelacur. Kamu pahlawan dunia yang dikagumi banyak orang. Sedangkan aku hanya wanita murahan yang sudah tidur dengan banyak pria setelah keperawananku direnggut olehmu. Aku melakukannya demi bisa menafkahi Rev...” lirih Hanna.

“Selain itu, kita juga beda agama, Amato. Kamu beragama Islam, dan aku beragama Protestan. Aku memang dulunya pelacur, namun anak kita, Rev yang berani mengakui kesalahannya, saat berdoa pada Tuhan, membuatku tersadar. Aku merasa jauh dari Tuhan saat Rev mulai rutin pergi ke Gereja setiap hari Minggu. Aku merasa banyak dosa saat melihat Rev yang mulai membiasakan berdoa sebelum beraktivitas. Aku ingin menjadi wanita Protestan yang taat, Amato.”

Amato merenungi ucapan Hanna. Memang benar, tak seharusnya ia merebut Hanna dari Tuhannya, begitupun Hanna yang tak boleh merebutnya dari Tuhannya.

“Baiklah. Aku takkan menikahimu. Tapi, izinkan aku untuk tetap menafkahimu dan Rev. Aku tak ingin melalaikan tanggungjawabku sebagai seorang ayah, meskipun Rev terlahir dari hubungan yang tak sah.” ujar Amato.

“Baiklah, aku pun bersedia... Aku akan fokus merawat kedua anak kita dan menaati kewajibanku kepada Tuhan. Ya, aku menganggap BoBoiBoy sebagai anakku juga. Aku akan bekerja, namun bukan lagi sebagai pelacur. Aku akan mencari pekerjaan yang baik-baik.” balas Hanna.

Semuanya tersenyum. Ini berakhir memuaskan bagi mereka semua. Pekerjaan tak baik yang terlepas bagi Hanna; sosok ibu bagi BoBoiBoy; sosok ayah bagi Rev; dan penebusan dosa bagi Amato.

TAMAT..... (Ada bonus 1 bab kalau mau baca)

.
.
.
.
.

Bab selanjutnya opsional sih mau dibaca apa nggak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab selanjutnya opsional sih mau dibaca apa nggak. Tapi ya buat pemanis aja buat kalian yang penasaran gimana nantinya nasib kristal kegelapan.

Darkness Crystal: BBB Fanfic [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang