Bab 4: Mama Pulang!

148 13 9
                                    

Hanna pulang lebih awal hari ini. Tak sengaja, ia melihat BoBoiBoy beserta teman-temannya dan Tok Aba. Mereka berbincang-bincang dan tertawa bersama.

Ia menatap BoBoiBoy dari kejauhan, sosoknya sangat menyerupai Amato, ini pasti anak Amato dan Mara, pikirnya. Apalagi rambutnya yang berwarna hitam kecoklatan dengan sedikit helaian putih, membuatnya sama persis seperti Amato, sedangkan warna matanya yang merah cerah menyerupai Mara.

“Amato...” lirih Hanna. Ia kembali sedih karena teringat masa lalunya. “Ah, sudahlah, jangan bermimpi. Anakku hanyalah hasil dari hubungan diluar nikah. Sampai kapanpun aku menunggunya, ia takkan pernah mempertanggungjawabkan Rev. Apalagi aku hanyalah seorang pelacur, meskipun keperawananku pertama kali direnggut olehnya, namun aku sudah berhubungan dengan banyak pria.” sambung Hanna.

“Namun, aku takkan membenci Amato, Mara, apalagi anak mereka yang tak bersalah dan tak tahu apa-apa. Aku juga takkan membenci Rev. Aku hanya membenci diriku sendiri, mengapa saat itu aku begitu meremehkan statusku sebagai perawan.” kekeh Hanna.

Hanna tetap melanjutkan langkahnya menuju rumah. Lebih tepatnya itu hanya rumah kontrakan, karena uang Hanna masih belum cukup jika harus membeli rumah yang benar-benar milik pribadi.

Hanna pun mengetuk pintu. “Rev, ini Mama, tolong bukakan pintunya.” panggil Hanna. “Oh, iya Ma, tunggu sebentar.” sahut Rev. Rev pun mengambil kunci rumah dan membukakan pintu untuk Hanna.

“Ma? Tumben sudah pulang. Biasanya pulang larut malam.” kata Rev. “Di rumah tak ada makanan, Nak. Makanya Mama jadi kepikiran. Ini, Mama belikan tahu dan tempe, ayo kita memasak.” ujar Hanna.

***

Hanna dan Rev makan dengan lahap, sepiring berdua. Mereka menghemat beras dan lauk agar tidak cepat habis.

“Mama, Rev boleh tanya lagi nggak?” tanya Rev. “Boleh, Sayang. Mama akan selalu menjawab pertanyaanmu. Kamu mau tanya apa sama Mama?” ujar Hanna.

“Maaf, Ma. Tapi, Rev 'kan sudah tahu siapa Papanya Rev, boleh nggak, Rev berusaha supaya Papa mau membersamai kita? Rev pengen banget bisa merasakan punya Papa, kayak teman-teman Rev yang lain.” pinta Rev. Hanna pun menghentikan makannya.

“Mama nggak tahu, Nak. Papamu itu sudah punya istri dan anak. Sedangkan Mama ini bukan siapa-siapa, dan kamu juga tidak terlahir dengan status keturunan yang sah.” lirih Hanna. “Tapi, meskipun Mama bukan istrinya Papa, 'kan aku tetap anaknya Papa. Anaknya Papa Amato dan Mama Hanna.” balas Rev.

Air mata Hanna berjatuhan. “Mama dan Papamu tak seiman, Nak. Percuma saja, kalaupun Mama merusak rumah tangga orang lain, istri sahnya itu lebih baik dari Mama. Dia wanita yang baik dan salihah. Mereka juga sudah memiliki seorang putra yang dikenal sebagai pahlawan disini. Dan, yang terpenting, Papamu tak pernah punya perasaan yang lebih dari teman kepada Mama.” jawab Hanna sejelas mungkin.

Telinga Rev pun memanas mendengar perkataan Mamanya. Ini fakta, namun terasa berat untuk menerimanya. Sekuat apapun dirinya, dia juga ingin memiliki ayah.

“Tapi, tetaplah baik dengan Papamu, istri sah dari Papamu dan BoBoiBoy. Meskipun BoBoiBoy tidak lahir dari rahim Mama, namun kalian tetaplah saudara kandung karena memiliki ayah yang sama.” pesan Hanna.

Hati Rev semakin terasa sakit mendengarnya. Sesakit itu luka yang dipendam Mamanya, dan Mamanya meminta agar tetap berbaik hati kepada keluarga kecil Papanya. Sakit yang tak berdarah. Sakit yang tak bisa tergambarkan oleh apa-apa.

“Iya, Ma. Rev akan berusaha semampu Rev untuk sadar diri.” lirih Rev menundukkan kepalanya. Hanna yang merasakan kesedihan Rev pun mencium pucuk kepala dan mengelus kepala Rev.

“Reverse, yang kuat ya Nak? Meskipun kamu hidup tanpa sosok Papa, Mama akan selalu ada untukmu disini. Mama akan selalu menyayangi Rev sepenuh hati, untuk selamanya.” kata Hanna berusaha menguatkan hati Rev yang rapuh.

Rev pun memeluk Hanna. “Mama hebat. Mama kuat. Rev bangga punya Mama seperti Mama. Meskipun Mama seorang pelacur, tapi bagi Rev, Mama adalah anugerah terindah untuk Rev. Tak terbayang, sehancur apa hidup Rev kalau nggak ada Mama.” lirih Rev menangis sesenggukan.

Hanna pun membalas pelukan Rev dengan penuh kasih sayang. “Ini sudah kewajiban Mama, Nak. Kamu harta paling berharga untuk Mama. Tapi, jika nanti kamu sudah punya istri dan anak, tolong jaga baik-baik, ya? Terlebih jika anakmu perempuan, jangan sampai dia jadi perempuan seperti Mama.” kata Hanna.

Maafkan aku, Ma. Aku memang tak sanggup membenci istri sah Papa, namun aku terlanjur membenci Papa dan juga BoBoiBoy, Ma. Aku ingin membuktikan bahwa aku juga anak Papa, aku butuh nafkah dan kasih sayang yang layak dari Papa.’ batin Rev sambil menatap mata Hanna.

Bersambung.....

.
.
.
.
.

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote untuk memberi dukungan pada saya, terima kasih. Jika ada kritik dan saran, silakan ketik di kolom komentar.

Darkness Crystal: BBB Fanfic [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang