Bab 11: CCTV Kelas

99 6 0
                                    

"Ying, aku punya ide."

Ying menatap Fang dengan penuh rasa penasaran. "Apa itu?"

"Bagaimana kalau kita membeli dua buah CCTV untuk kelas ini, yang ukurannya sekecil tahi lalat saja agar tidak kelihatan. Lagipula ini akan membantu kita untuk meneliti lebih jauh seberapa licik anak baru yang sok-sokan itu. Padahal jadi bendahara cuma modal hoki, tapi ngatur keuangan nggak becus sama sekali." sinis Fang sambil mengepalkan erat tangannya, andai saja mereka tidak sedang bersembunyi, mungkin Fang juga sudah meninju keras rahang Rev.

"Aku setuju. Tapi, darimana kita mendapatkan biayanya? Uang kas kita yang jumlahnya sedikit saja sudah dikorupsi setengahnya oleh Rev." kata Ying. "Tidak, aku akan menggunakan kantong pribadi. Jadi jangan khawatir. Kamu lupa kalau aku orang kaya?" kekeh Fang.

"Cih, dasar sombong. Oh ya, aku hanya mau mengingatkan, kamu itu alien, bukan orang." ujar Ying. "Hahaha, alien ya biarlah alien. Yang terpenting aku tampan." elak Fang.

"Cih, tampan tapi penggemarnya belum bisa menyaingi BoBoiBoy." ledek Ying sambil terkekeh geli. "Hei, apa kau bilang?" protes Fang lalu ia menatap Ying dengan kesal. "Kau suka BoBoiBoy?"

"Ya, tentu saja, 'kan kami sahabat." jawab Ying. "Bukan begitu, maksudku, dalam artian romansa." jelas Fang. "Tidak, aku belum berminat pacaran dengan siapapun. Hatiku kosong." kekeh Ying.

Fang menghembuskan nafas dengan lega. "Baguslah. Kalau hatimu kosong, bolehkah aku mengisinya?" tanya Fang sambil tersenyum penuh makna kepada Ying. "Maksudnya?" tanya Ying dengan heran. "Oh, tidak apa-apa. Aku hanya bergurau saja." balas Fang, dengan ekspresi agak kesal.

"Ying, nanti kita beli CCTV sama-sama ya. Ingat, cukup kita berdua yang boleh tahu soal ini. Orang lain jangan sampai tahu. Karena incaran kita hanya satu orang, itupun dia tak terlalu mencolok di kelas, tapi kalau orang lain sampai tahu, tentu ini akan menggemparkan satu sekolah, mereka akan bertanya-tanya mengapa kita melakukan ini." usul Fang. "Ya, Fang. Aku janji. Nanti kita beli sama-sama." ucap Ying memastikan.

***

Di toko alat-alat elektronik...

Fang dan Ying sedang melihat-lihat CCTV yang sekiranya berkualitas bagus dan tak terlihat jika dilihat dari jauh. Lebih tepatnya, sangat sulit dilihat, kecuali jika kita memanjat dinding dan mencari sebuah titik hitam yang sebenarnya adalah CCTV.

Fang terpaku pada sebuah CCTV yang benar-benar sekecil tahi lalat, namun cukup jernih dan dapat diakses melalui ponsel dan aksesoris canggih.

"Ying, sepertinya CCTV yang ini cukup bagus untuk kita pakai." ujar Fang sambil memandangi CCTV itu dengan kagum. "Wah, kamu benar, Fang. Pasti akan sangat membantu untuk kita yang ingin mengawasinya tanpa diketahui." ucap Ying, terkagum-kagum pula dengan CCTV itu.

"Yah, walaupun ini adalah CCTV mahal dengan harga puluhan juta per bijinya, tapi aku bersedia membelinya. Aku punya banyak uang, jangan khawatir ya." kekeh Fang. "Tuh 'kan, sombong lagi." balas Ying. "Aku hanya memaparkan fakta, bukan?" ujar Fang dengan senyum yang menyebalkan.

Fang segera menghubungi pegawai toko untuk mengecek spesifikasinya lebih lanjut dan memutuskan untuk membeli dua buah CCTV, untuk mengawasi Rev dari mejanya dan dari toilet siswa, karena Rev seringkali kesana tanpa alasan. Tentu hal ini patut dicurigai, siapa tahu Rev memiliki jejak kejahatan lain.

"Ying, bagaimana kalau kita makan siang di luar?" tanya Fang. "Ah boleh saja, Fang. Kita mau kemana nih makannya?" ujar Ying. "Baru-baru ini, ada sebuah restoran bintang lima yang berdiri di dekat pantai. Kita bisa makan sambil menikmati indahnya pantai." usul Fang dengan senyuman manisnya.

"Restorannya juga diperuntukkan untuk makanan Cina. Kamu dan Aunty Yang sudah lama tidak pergi ke Cina, 'kan?" tanya Fang dengan nada yang lebih lembut. "Ya, itu benar... Aku juga rindu dengan masakan Cina... Ibuku biasanya hanya memasakkan masakan Melayu. Mungkin karena ayahku orang Melayu, jadi menyesuaikan dengan selera ayahku." jelas Ying.

"Ya sudah... Kita kesana saja ya? Mungkin butuh waktu sekitar 30 menit dari sini." kata Fang. "Baiklah, kita kesana!" ujar Ying dengan bersemangat.

Selama di perjalanan, Fang sibuk menyetir dan Ying melihat-lihat pemandangan luar lewat kaca mobil. Yang memecah keheningan di antara mereka hanyalah lagu-lagu romansa berbahasa Cina yang diputar oleh Fang, sebenarnya ditujukan untuk Ying namun Ying tidak peka. (Kasihan Fang awoakwowkwowk)

Sesampainya di restoran, Fang dan Ying memasuki restoran itu dengan bergandengan tangan. Ying sama sekali tak sadar bahwa Fang sedang menggenggam erat tangannya, karena ia fokus memandangi dekorasi restoran yang mewah dengan tatapan kagum. Makanan-makanan Cina yang dipesan pelanggan lain juga terlihat sangat enak.

"Kamu pesan apa, Ying?" tanya Fang. "Aku sudah lama tak makan Gyoza dan Dimsum. Jadi aku akan memesan itu. Bagaimana denganmu?" tanya Ying. "Aku sama denganmu." ucap Fang.

Fang melirik sebuah meja. Ada Rev dan Tomo. Sepertinya mereka sedang berkencan, apalagi terlihat jelas sedang bermesraan.

Pandangan mata Fang tak luput dari meja mereka berdua, meskipun ia sedang memesan makanannya dengan Ying di kasir. Sedangkan Ying sibuk mencari meja kosong.

"Awas saja kau, Rev. Aku akan memberi pelajaran padamu." batin Fang.

Bersambung.....

.
.
.
.
.

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote untuk memberi dukungan pada saya, terima kasih. Jika ada kritik dan saran, silakan ketik di kolom komentar.

Maaf garing gess, othor lagi mampet ide :>

Darkness Crystal: BBB Fanfic [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang