Redup dahulu sebelum terang.

26 3 3
                                    

Malam hari di kediaman rumah Nayanka. Di ruang tamu kini sudah ada Hardanu dan Nayanka di temani kopi hangat milik Nayanka dan keripik pisang yang baru saja di beli Argani sore tadi. Hardanu duduk di samping Nayanka sesekali menyemili keripik pisang, dan Nayanka sedang fokus dengan tugas-tugas kuliah menjelang libur akhir tahun ini. Hardanu sesekali kepo lalu melirik apa yang sedang di kerjakan Nayanka di dalam laptop tersebut.

"Lo kok jadi beneran deket sama tu cewek, sih?" Hardanu memulai topik pembicaraan.

"Entah, gue juga bingung." Nayanka yang masih fokus pada laptopnya hanya mengerdikkan bahu.

"Pacarin aja, Yan, cakep tu cewek. Kalo ga keduluan Amelia udah gua gebet tu cewek."

"Eeeh cangkemmu!" Nayanka menyomot mulut sembrono Hardanu menggunakan tangannya.

"Becanda!"

Nayanka hanya geleng-geleng lalu kembali melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda beberapa detik tadi.

"Gue udah lama ga liat Jeano."

Seketika Hardanu menengok ke samping Nayanka, "Iya juga ya.. Udah sembuh tu anak?"

"Seharusnya udah.."

"Serius? Bahkan gue udah lama nggak liat dia aktif di sosmed semenjak dia sakit, gue juga udah lama nggak liat dia ngampus, nimbrung di grup kita juga ngga, kan?"

"Nggak beres nih! Gim-"

"Assalamualaikum, Yan! Mas pulang."

Seketika Nayanka mengentikan gerak mulutnya, ia memilih diam. Nayanka mengedipkan matanya sebelah seolah-olah memberikan Hardanu isyarat untuk berhenti membicarakan Jeano.

"Wa'alaikumsalam." Sahut Nayanka dan Hardanu bersamaan.

"Kalian udah makan? Mas bungkusin nasi padang buat kalian."

"Sebenernya udah, tapi kita laper lagi hehehe.." Jawab Hardanu dengan ekspresi wajah tengilnya.

"Perut karung!" Nayanka terkekeh.

"Nggak apa-apa, sehat." Balas Hardanu tidak mau kalah.

Hardanu tak segan-segan membuka bungkus nasi padang lalu melahapnya. Namun, baru satu kali suap tiba-tiba Argani berujar.

"Tadi Mas lihat bendera kuning di rumah Jeano, siapa yang meninggal ya?"

Deg!

Hardanu berhenti mengunyah, ia spontan menatap Nayanka. Berbarengan dengan Nayanka yang juga menatap Hardanu. Mereka terkejut.

"Mas ga bohong, kan?"

"Serius deh! Mas awalnya mau mampir, cuman gaenak aja kalau ga sama kalian."

Mendengar itu Hardanu bergegas kembali membungkus nasi Padang yang ada di hadapannya. Begitu pun dengan Nayanka, pria itu langsung menutup laptop dan buku-bukunya lalu pergi melesat ke kamar.

Ini tidak benar! Hampir 1 Minggu lebih Nayanka tidak bertukar kabar, bahkan sudah lama juga tidak bertegur sapa dengan Jeano. Dan malam ini Nayanka mendengar kabar bahwa Argani telah menemukan bendera kuning berkibar di depan rumah Jeano. Nayanka panik!

Nayanka bergegas mengambil kunci motornya, tanpa basa-basi dan tanpa mengganti pakaian Nayanka langsung meneriaki Hardanu dari lantai bawah.

"AYO CEPETAN!"

"IYAA-IYAA!!" Sahut Hardanu sembari menuruni satu-persatu anak tangga.

"Kalian mau kemana?!" Argani yang masih di ruang tamu pun bertanya-tanya.

"Urgent, Mas!" Nayanka berlari keluar untuk mengeluarkan motornya dari garasi.

"Perasaan gue gaenak!" Ujar Hardanu kepada Nayanka.

Renjana ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang