Pecandu Cinta.

27 3 3
                                    


Hari semakin sore, langit beralih temaram dan mulai menampakkan hamparan yang menggelap menandakan sebentar lagi hari akan malam. Nayanka baru saja mengantarkan Cleasya pulang ke rumah. Setelah pulang dari toko buku, mereka sempat pergi ke toko makanan angkringan, kali ini mereka mengunjungi Seblak Bu Fani yang jarak nya tidak terlalu jauh dari toko buku.

Nayanka tidak terlalu suka dengan makanan khas Bandung itu walaupun makanan yang memiliki aroma khas kencur itu sedang menjadi trend kuliner di sosial media, orang-orang dengan marak mencoba banyak varian Seblak dan rata-rata ekspresi yang mereka tunjukkan saat makan Seblak layaknya orang yang pertama kali jatuh cinta. Mata mereka berbinar dengan mulut yang tidak berhenti mengunyah. Meskipun panas nya awet, mereka tak pantang mundur untuk memakannya sampai habis.

Selama perjalanan, Nayanka tidak henti-hentinya menampakkan deretan giginya yang rapih di balik helm yang ia kenakan. Hari ini Nayanka merasa bahagia, entah mengapa. Rasanya Nayanka seperti baru lahir kembali dan kelahirannya di sambut dengan bunga-bunga harum yang indah.

Ini adalah masa-masa Nayanka Adipatma jatuh cinta. Sebelumnya Nayanka pernah mengakui bahwasanya dulu ia sempat memiliki statement "Enggak mau pacaran sebelum nikah." Namun apa daya? Nayanka tidak mungkin membiarkan wanita semenarik Cleasya Nanggala jatuh ke tangan pria lain dengan cuma-cuma.

Di balik itu semua, Nayanka pernah jatuh cinta sebelum kini jatuh cinta lagi kepada Cleasya. Lalu, yang katanya "Gue nggak tahu apa itu cinta dan gue juga nggak pernah punya masa lalu." Itu hanya pendirian untuk menyelamatkan Nayanka dari sakitnya patah hati karena cintanya telah di tolak.

Nayanka berani bangkit, ia mencoba dengan orang baru dan akhirnya ia kembali merasakan rasanya jatuh cinta. Setelah rasa ragu menghantui nya sampai tidak enak makan dan tidur, Nayanka rasa keputusannya untuk menjadikan Cleasya sebagai kekasihnya memberikan buah baik.

Lagi-lagi Nayanka menyimpulkan bahwa orang jatuh cinta itu seperti makan seblak. Meskipun panas, pedas, tapi kalau sudah doyan pasti pantang mundur sebelum habis. Sama seperti orang jatuh cinta, sebanyak apapun perjuangan seseorang mengejar cintanya, kalau memang sudah merasa pas pasti akan pantang mundur sampai dapat.

Bisa-bisanya Nayanka menyamakan orang makan seblak dan orang yang jatuh cinta. Sekedar filosofi, bukan? Terkadang orang-orang yang memiliki kapasitas berfikir yang cetek memerlukan filosofi konyol seperti itu. Walaupun Nayanka belum pernah menemukan spesies seperti itu, Nayanka hanya akan berdoa agar Nayanka bukan lah salah satu dari spesies tersebut.

Nayanka telah sampai di pelataran rumah, gerbang rumahnya terbuka lebar dan terdapat mobil Argani disana. Nayanka segera memarkirkan motornya ke dalam garasi lalu bergegas untuk masuk ke dalam rumah setelah merapikan sepatu yang ia kenakan ke dalam rak sepatu.

"Sibuk banget, Yan?"

Belum sempat Nayanka mengucap salam, Hardanu sudah menyambar Nayanka dengan perkataan yang menurut nya tidak perlu Nayanka jawab. Seharusnya Hardanu sudah tahu, kan?

"Lumayan." Sahut Nayanka.

"Mas dari kapan disini?" Nayanka menghampiri Argani yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Dari habis Ashar. Yan, Mas nanti mau ngobrol ya." Argani menaruh ponselnya di meja tamu, beralih menatap Nayanka yang hendak naik ke atas kamarnya.

"Boleh, Mas. Ayan mandi dulu ya?"

Argani mengangguk lalu tangannya kembali merambat untuk mengambil handphonenya dan melanjutkan aktivitas nya yang sedang bermain handphone.

"Mas, Mbak Nin kemana?" Hardanu yang baru kembali dari kamarnya pun menanyai keberadaan kakak iparnya tersebut.

Renjana ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang