PRAMUNIAGA
Sebagai manager pada sebuah outlet pakaian wanita tentunya aku bisa memilih siapa saja pramuniaga yang aku suka atau tidak. Apalagi bisa kuajak kencan singkat sekedar melepaskan libidoku. Diantara mereka,perhatianku tertuju pada sosok Andriani. Wanita cantik dengan tubuh padat berisi. Buah dada yang besar ditambah lagi bokong yang aduhai. Berkulit putih berambut sebahu. Ia sudah bersuami. Aku sering ngbrol dengannya disela sela saat menunggu costumer. Beberapa kali aku intip saat ia berjongkok. Tampak sekali paha putihnya dibalik rok pendek. Membuat pendulumku bereaksi keras total.
"Hari ini masuk semua ni?".
Tanyaku sekedar basa basi memulai percakapan sore itu."Masuk semua pak".
Kuperhatikan dirinya sedang merapihkan tumpukan baju. Adakalanya ia jongkok ataupun berbungkuk. Pantatnya itu... hhhmmmm... menggairahkan sekali.
"Kamu sudah kerja disini berapa lama sih? Koq saya lupa ya?".
Tanyaku pura2 tidak tahu."Udah enam bulan pak".
"Betah gak?".
"Ya dibetah betahin pak".
"Gimana cukup gak gaji kamu?".
"Kalo dibilang cukup ya kurang lah pak". Jawabnya sambil tertawa.
"Kalo kamu bekerja dengan baik. Pasti aku bantu agar gajimu naik awal tahun ini".
"Terimakasih pak".
"Nanti sore pulang kerja ada waktu kosong?".
"Iya pak,ada koq. Emang kenapa pak?".
"Ada yang harus kita bicarakan mengenai kenaikan gajimu nanti. Bisa kan".
"Bisa pak".
"Ok,nanti saya tunggu di minimarket seberang ya".
Singkat cerita ia sudah berada dalam mobilku. Bercerita tentang pekerjaan dan ekonomi keluarganya. Suaminya hanya seorang staf pada sebuah kantor kecil. Yang tentu saja penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Nanti saya bantu ya". Menenangkan dirinya seraya kugenggam tangannya dengan kuarahkan pada stik perseneling mobil. Gerakan tangannya semakin menjadi seolah sedang menggenggam alat vital laki2.
"Kita mampir dulu ya". Kuarahkan mobile menuju parkiran sebuah hotel. Ia tak menjawab.
Saat tiba dikamar ia duduk ditepi ranjang. Hanya diam sedikit mungkin. Kuhampiri dirinya dengan duduk disampingnya. Kugenggam tangannya.
"Pak...kita mau apa disini?".
"Hhhmmmm...kamu hanya menuruti keinginanku agar gajimu nanti aku naikkan".
Dirinya kembali tertunduk. Selanjutnya aku rengkuh dagunya. Kucium bibirnya yang sedikit tebal.
Hangat kurasakan. Perlahan iambuka bibirnya pertanda ia menerima awal cumbuanku. Dia membalas ciumanku."Kau pintar sekali berciuman Ani. Bibirmu nikmat sekali saat kugigit".
"Paaak...ssshhh... aaahhh".
Tanganku mulai merengkuh pundaknya dan kupeluk erat. Semakin menjalar pada lipatan pahanya yang putih dan mulus.
Saat aku rebahan,ia melepaskan seluruh pakaiannya dan melorotkan celanaku. Kontolku yang sudah keras dari tadi digenggamnya dan dikocoknya. Selanjutnya dihimpit nya tubuhku dengan ia menaiki diatasku. Kini kami berdua sudah dalam keadaan telanjang bulat.Aku tak kuasa menahan keinginan untuk mencium seluruh tubuhnya yang padat dan semok itu. Desahan2 kecil dan lenguhan panjang nafasnya membangkitkan gairahku. Aku terkesima dengan buah dadanya yang seolah dua buah gunung yang menjulang tak luput dari sasaran bibir dan lidahku. Kutelusuri hingga kebawah. Terhenti pada sebuah gundukan daging dihiasi bulu halus yg seolah berbaris mengikuti alur bentuk vaginanya. Sedikit aku angkat dan kurentangkan kedua pahanya. Daging merah itu aku jilatin dan kukenyot hingga dalam. Pinggulnya terangkat keatas dan terbanting lagi. Beberapa kali ditekannya kepalaku lebih dalam hingga aku kesulitan bernafas.
Untuk kesekian kalinya tubuhnya bergetar. Tiba2 saja ia menarik diriku untuk menindihnya. Tangannya mencari2 kontolku dan digiringnya menuju vaginanya. Saat kontolku mulai memasuki liang vaginanya,ia seperti menahan sakit dengan menggigit bibir bawahnya. Lehernya yang terbuka segera saja aku terkam dengan bibirku.
"Sakit ya ni...?". Tanyaku dengan membelai wajah dan keningnya.
"Perih sedikit.... hhhmmmm".
Aku diam sejenak mengatur nafas dan kurasakan kontolku memang terjepit dalam vaginanya. Ia tersenyum dan mencium bibirku.
"Koq diam sih...goyangin dong..".
Aku mulai menggerakkan pinggulku maju mundur secara perlahan. Ia mengimbanginya dengan mengangkat pinggulnya naik turun seirama dengan goyangan ku. Tangannya dibentangkan dan meraih apapun didekatnya...sprei ditariknya hingga gerakannya semakin liar.
"Paaaaak...... oooouuuhh....enaaak...baaaanget siiih.... ssssshhh.... aaaaahhhh....".
Kali ini satu kakinya aku silangkan kesamping. Aku masih terus menghujani vaginanya. Ia kembali pada posisi semula dan diiringi tubuhnya yang bergetar serta mengejang beberapa saat. Kedua kakinya dilingkarkan pada belakang pinggulku. Aku juga merasakan sebentar lagi mencapai puncak. Dengan gerakanku yang semakin cepat.
Suara2 pertemuan kontolku dengan vaginanya semakin keras....dan.... creeet.... crreeeet.... crreeeet.... beberapa kali tembakan maniku dalam rongga vaginanya. Beberapa saat diriku ikut mengejang. Kontolku seakan dihisap dan dijepitnya.
Aku terkulai diatasnya. Tubuh kami yang berkeringat menyatu dalam pelukan dan nafas terengah-engah. Diiringi dengan ciuman bibirnya aku mengusap keringat pada keningnya.
"Hhhmmmm.....pak Bahtiar hebat banget sih. Saya belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya"
"Apa iya? Dengan suamimu?".
"Biasa aja,tidak seperti ini".
Dipeluknya lagi tubuhku.
"Cabut ya"."Ntar dulu dong. Saya masih ngerasain kedut2 didalam".
"Iiiiih....malah ketagihan lho nanti". Godaku
"Biarin aja...salah bapak juga sih..."
Malam itu kami hanya melakukan satu kali saja dan bergegas pulang. Sebelum berpisah aku sisipkan beberapa lembar uang dalam tasnya.
Kami jadi sering melakukan saat ada waktu pulang kerja. Bahkan saat ia libur.
Beberapa bulan kemudian aku harus pindah ke cabang lain. Tentu saja aku mencari wanita lain yang bisa aku ajak berkencan.
Tamat