Aku terjaga saat lampu kamar masih tetap dalam keadaan padam. Kusadari dirinya sudah tak berada di sampingku. Aku masih dibawah selimut,masih dalam keadaan telanjang bulat. Kulirik penisku yang mengkerut karena dinginnya udara Lembang. Saat itu juga kudengar suara air shower seperti orang sedang mandi.Aku bangkit dengan mengenakan handuk putih yang tergeletak dilantai. Kudapati Tante Sonya sedang membasuh tubuhnya dengan air shower yang hangat. Kaca yang berembun memperlihatkan tubuhnya yang indah samar kulihat dari belakang.
Kudekati dengan perlahan dan kepeluk dari belakang.
"Ditoo...kamu bikin tante kaget. Udah bangun..?".
"Koq mandi sendirian aja gak ngajak2".
"Hhhhmmm...Tante liat kamu tidur pules kecapekan pastinya. Tante gak mau ganggu".
Ia membalikkan tubuhnya. Buah dadanya yang besar menempel di dadaku. Wajah dengan rambutnya yang ikal basah terurai. Menambahkan begitu menggairahkan dirinya. Terlebih pandangan matanya.
"Gimana aku gak kewalahan. Tante kalo nyedot burung aku.... hhhmmmm....".
Tidak kuteruskan perkataan ku. Segera kulumat bibirnya. Bibir yang tebal,begitu nikmat saat kugigit. Kurasakan betul saat ia mengulum penisku tadi malam. Kami berciuman dibawah curahan air hangat.
"Hhhhmmm...ditoooo....kontolmu sudah mengeras lagi...aku menginginkannya lagi sayaaaang....".
"Semuanya buat tante....tapi sabar ya...".
Kedua tanganku merambah pada dua buah dadanya. Meskipun ia sudah berumur,namun pentil dadanya kecil dan bulatan coklat disekeliling putingnya juga...kulumat diantara buah dadanya. Beberapa bekas pagutanku berwarna merah.
"Oooowwwhhh....saaayyyyaaang.....teruskan Dito sayang... ssssshhh.... aaaaahhhh".
Kualihkan bibir dan lidahku terus kebawah. Menemui gundukan daging dengan hiasan bulu2 yang begitu rapih menggambarkan sebuah segitiga diatas bibir vaginanya. Terasa hangat saat kuhirup aromanya. Kutelusuri dengan ujung hidungku,sesekali dengan ujung ludahku. Pada saat yang tepat....bibir vaginanya aku lumat, diselingi dengan kenyotan2. Tanpa bantuan jariku,aku sibak belahannya dengan bibirku. Membuat ia berteriak.
"Aaaaaawww.... ssssshhh....ditoooo....aaaarrggghhh....". Tangannya meremasi kepalaku dengan menekannya lebih dalam.
Satu kakinya kuletakkan diatas pundakku. Membuatku lebih leluasa untuk menjilat vaginanya dari bawah.
Untuk kesekian kalinya kudengar lenguhan dan tarikan nafasnya penuh dengan desahan panjang."Ssssshhh...aaahhh ... oooowwwhhh aaakkk...kkuuuu...gak kuuaaat berdiriii ditoooo.... aaaaahhhh...".
Kuhentikan aksiku dan kubiarkan ia duduk diatas closet.
"Hhhhmmm....aku gemes kalo gigitin memek tante...".
"Kamu nih yaaa....ntar Tante balas lhooo...mauuu?".
"Ya jelas mau dooong...".
Selanjutnya kami bertukar posisi. Aku duduk diatas closet, sedangkan dirinya kini bertumpu pada lututnya dan berhadapan dengan selangkanganku, yang tentunya penisku sudah berada dalam genggamannya. Memainkan dengan mengusap area kepala dan batangnya. Sebenarnya penisku tidak terlalu besar seperti yang perna ia jumpai pada pria sebelum aku. Yang ia suka dari penisku adalah kepala penisku yang besar. Seolah mengoyak2 seisi ruang dinding vaginanya dan tentu saja kerasa dan kaku.
Ia mulai memainkan lidah dan bibirnya pada area kepala penisku. Kuusap rambut basahnya. Sesekali ia tersenyum menikmati hal itu.
"Kepalanya enak... mmmmmm....".
"Hhhmmmm...Tante suka ya..?".
"Banget sayang....masukin ya". Pintanya.
"Iya...aku pasrah Tan...".
Ia mengambil posisi mendudukiku....dan...bleesss......
Perlahan penisku memenuhi ruang vaginanya diiringi dengan jeritan kecil seraya menggigit bibir bawahnya. Saat semuanya telah masuk. Ia berhenti sejenak,menghela nafas panjang dibarengi dengan desahan nafasnya."Koq brenti...".
"Sebentar...Tante ingin merasakan dulu kedut2 kontolmu.... sssshhh... aaaaahhhh... oooowwwhhh.... nikmat sekali rasanyaaaa... saaayyyyaaang....".
Ia mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur berirama. Buah dadanya yang tepat di mukaku tentu saja tak kusia2kan dengan melumat keduanya. Sesekali gerakan pinggulnya naik turun. Menimbulkan suara2. Bukan suara air shower. Namun lendir vaginanya yang sudah membasahi....plaaak....plaaaak....plaaaak.....
Adakalanya ia berhenti dengan mengatupkan kedua pahanya seraya menahan nafas dan tubuhnya yang mengejang.
"Nnnggghhk.... aaaaahhhh...ditoooo.... Sssshh...aaaahhhh...".
"Tanteeee..... aaaakkkhhh...jepit yang keras taaaaan....".
Diriku juga menahan diri dengan nafas panjang yang kutahan.
Ia hentikan sejenak pergerakannya."Kamu udah mau keluar?".
"Iya...kutahan dulu taan...brenti dulu ya istirahat. Ambil nafas dulu".
Aku kembali mengusap wajahnya. Walau terlihat sedikit keritan disudut matanya,namun terlihat cantik dan menggairahkan.
"Kenapa kau pandangi Tante seperti itu?".
"Tanteku cantik sekali".
"Dasar gombal kamu...".
Dicubitnya puting dadaku dan ia melanjutkan gerakan pinggulnya maju mundur.
Jujur kuakui,Tante Sonya ini benar-benar membuatku terbuai. Segala kenikmatan jadi satu.
"Ssssshhh.... aaaaaawww....ditoooo ...yyyeeeaaah....ditoooo.....aaaakkkuu... aaaakkkhhh..."
Gerakannya semakin cepat. Kuimbangi dengan mengangkat dan meremas pantatnya. Sesekali aku dorong pantatku keatas seirama dengan naik turun tubuhnya.
"Taaaaaan....teeee.....aaaaakkkhh.....dikit lagi taaan....".
"Iyaaaa.....sayyyyaaaanngg....aakkuuuu.....ditttooooo.....aaaaaahhhh....".Aku tak kuasa lagi menahan semburan spermaku.....
"Akkuu.....kkeeelluuar....taaan...."Dibarengi dengan beberapa kali tembakan spermaku, tubuhnya mengejang seraya mendekapku begitu erat. Nafasnya yang memburu terdengar ditelingaku. Tubuh kami basah oleh keringat. Buliran keringat dikenangnya kuusap dengan jariku. Ia tersenyum dengan kepuasan.
Gerakan tubuhnya yang melambat seirama dengan nafasnya. Kurasakan penisku seperti dijepit dan dihisap oleh vaginanya."Makasih ya tante...".
Kucium bibirnya,kupeluk dirinya dan kubenamkan wajahku diantara dua buah dadanya.
Setelah mandi bersama kami keluar untuk sarapan dilanjutkan bersantai pada sebuah gazebo dengan hamparan pemandangan dihadapan kami.Siang sebelum cek out,kami lakukan sekali lagi. Menghirup kenikmatan dalam guyuran air kental dan hangat membasahi sekujur tubuh Tante Sonya.
Tamat