TEMANKU,OPEN BO (Part two)

13.6K 29 0
                                    

Hari telah gelap. Udara dingin merayap menyusuri perbukitan disekitar penginapan. Aku mengajaknya kembali kekamar.
"Masuk yuk,dingin banget diluar".
Sesampainya dikamar direbahkan tubuhnya seraya memainkan ponselnya.
"Taro dong hapenya...".
"Hhhmmmm...emang mau ngapain lagi?".
"Pake nanya lagi...".
Kutindih tubuhnya. Kudekap erat untuk mengusir hawa dingin puncak.
"Dingin wan...angetin akuuu...".
"Iyaaa....ini juga mau aku angetin....".
Tanpa dikomandoi lagi ia melepaskan kaos dan celana jeans-nya. Lampu kamar yang sengaja kustel redup menambah keindahan tubuhnya. Sebuah cermin yang cukup besar disisi ranjang memperlihatkan tubuh kami yang sudah dalam keadaan telanjang bulat.
"Niiiindyaaaa....malam ini kita puaskan bersama ya".
"Waaaan.... ooowhh....".
Desahan terdengar saat bibirku menjelajahi sekitar dua bukit kembarnya yang memang begitu bulat. Suara2 kecupanku disertakan kenyotan2 pada putingnya memenuhi ruangan kamar. Sesekali wajahnya terangkat memperlihatkan jenjang lehernya yang putih.
Kualihkan cumbuanku pada ketiaknya, menjalar kebawah,daerah pusarnya dengan perut dan pinggangnya yang ramping. Terhenti pada sebuah lembah yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Tak ayal lagi menjadi sasaran bibir dan lidahku.
Pinggulnya tersentak seketika, bergelinjang seolah meronta.
"Ssssshhh.... aaaahhhh....waaaaaan....enak bangggeet.... aaaaaawww........dalemnya waaan... aaahh".
Bibirku yang masih terus menjilati klentitnya disusul kemudian dengan kumasukkan jari tengahku. Sedikit aku putar dan kucongkel dengan lembut.
Rambutku dijambaknya. Kedua pahanya menjepit kepalaku.
Untu beberapa kali kemudian ia menjerit kembali.
"Aaaaaawww....waaaaan.... aaaarrggghhh.....aakkuuu.... aaaaahhh....".
Beberapa kali pinggulnya terangkat seiring dengan permainan jariku.
Kurasa sudah cukup pemanasan yang kulakukan. Kini aku diatas tubuhnya.
"Masukin gak?".
"Iyaaa....ntar cabut ya". Tangannya meraih penisku dan digiring menuju vaginanya.
"Memek kamu enak aromanya".
"Aroma apa?".
"Vanila".
"Iiih....kamu tuh..."
Perlahan-lahan dan pasti penisku memasuki lubang vaginanya. Dipeluk diriku erat2. Pinggulnya diangkat naik turun. Perlahan aku mulai menggerakkan pinggulku maju mundur. Mata kami saling berpandangan,kadang ia tersenyum. Senyum penuh kenikmatan, matanya setengah terpejam.
"Ssssshhh... aaaaaahhhh....hhhmmmhh....".
"Enak?".
"Iyaaaa.... oooowwwhhh....".
Kedua kakinya kebentangkan lebar sambil kudorong keluar masuk penisku. Guncangan yang menimbulkan dua bukit kembarnya ikut bergoyang. Titik2 butiran keringat mulai muncul dikeningnya. Kuusap dan kucium lagi bibirnya.
"Lebih cepet lagi waan.... aaaakkkhhh... sebentar lagiiii....".
Tidak berapa lama penisku seperti dijepitnya. Gerakan tubuhnya tak karuan. Sesekali pinggulnya terangkat kembali dan dihempaskan. Diiringi dengan jeritan.
"Aaaaaawww.... ssssshhh... aaaakkkhhh...waaan..... aakkuuuu... keluuuaar....".
Dipeluk dan digigitnya pundakku.
Aku juga merasakan hal yang sama.
"Cabut yaa...?".
" Iyyyaaa.... oooowwwhhh...pelan pelaaaan....".
Dengan perlahan aku cabut penisku dan seketika itu juga beberapa kali muncratan tumpah diatas perutnya sebagian menetes diatas bulu2 vaginanya.
Percintaan itu diakhir dengan kami saling peluk dengan tubuh yang masih berkeringat,padahal udara puncak begitu dingin.
"Niiin...kenapa kita bisa jadi begini ya...?".
"Hhhmmmm gak tau wan...".
Wajahnya yang berada didadaku kuusap rambutnya. Aku tak tahu pasti perasaan ku saat ini. Yang jelas aku begitu mengasihinya.
"Nin...mulai sekarang,kau jangan gitu lagi ya. Aku gak rela. Aku gak tega ngeliat ku begitu".
"Begitu apa?".
"Kamu pasti tau apa yang gue maksud".
Ia tengadahkan wajahnya dan dipandanginya mataku.  Seolah tak percaya apa yang aku katakan. Diciumnya bibirku.
"Hhhmmmm...".
Malam semakin dingin.
Kehangatan menyelimuti tubuh kami dibalik selimut tebal.
(Tamat)

Obsessed with sexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang