Namanya Sumarni,50 tahun. Seorang janda ditinggal mati oleh suaminya beberapa tahun yang lalu. Aku mengenalnya melalui medsos dalam sebuah group pertemanan. Diawali saling like postingan kami masing-masing. Berlanjut saling komen dengan candaan2 ringan. Banyak juga dari anggota grup lain ikut menimpali komen2 status digrup. Akhirnya aku beranikan diri untuk berkenalan via inbox. Setelah beberapa hari ia membalas inbox ku.
"Maaf ya mas. Baru sekarang balas".
"Ya gak apa-apa mbak".
"Jujur. Aku takut. Soalnya banyak yang inbox lama2 pada ngirim torpedonya. Aku jadi risih".
"Oooo..gitu. Emang gak suka ya torpedo?". Tanyaku iseng2.
"Bukannya gak suka. Ya risih aja belum apa2 udah ngirim gituan. Kenal juga enggak".
Berlanjut kami ngbrol ngalor ngidul. Orangnya ternyata menyenangkan. Suka becanda. Sesekali aku sisipkan candaan mengarah sex. Ia pun menimpalinya.
"Mas gun udah mulai berani ya..".Hampir setiap menjelang tidur aku selalu ngbrol. Terkadang saling mengirim foto. Mbak Sumarni,biasa aku memanggilnya. Boleh dibilang berparas biasa saja. Rambut yang panjang. Beberapa fotonya dalam keadaan tersenyum.
Hari berganti hari. Hingga aku memberanikan diri untuk mengajaknya bicara lewat phone call.
"Mbak Marni,telponan yuk".
"Mmmmm...tapi jangan macam-macam ya. Aku juga gak mau video call.
"Iya gak apa-apa. Ngbrol biasa aja".
Aku hubungi dirinya melalui messenger.
"Hai".
"Iya mas".
"Hhhmmmm.. suaranya imut amat".
"Biasa aja kali". Jawabnya.
Kemudian ngbrol tentang banyak hal. Tentang status dirinya dan juga tentangku. Tiba2 diluar hujan turun dengan derasnya.
"Disini hujan mbak".
"Iya,disini udah dari sore gerimis".
"Dingin ya?". Tanyaku mulai memancing pembicaraan. Bagaimana tidak. Penisku sejak tadi sudah tegang,dan tangan kananku menggenggam penisku.
"Iya mas..". Ia kemudian diam.
"Koq diam?".
"Gak apa-apa koq".
"Mbak...".
"Iya mas. Kenapa?".
"Seandainya aku disamping mbak pas dingin2 begini, enaknya ngapain ya?".
"Hhhhmmm...gak tau".
"Pengen peluk mbak Marni biar hangat".
"Iya mas".
"Mbak tidur pake daster aja ya?"
"Iyaaa...".
"Pake daleman gak?".
"Enggak...".
"Aku jadi ngebayangin mbak Marni ".
"Ngebayangin apa mas...".
"Peluk dan cium mbak".
"Terus...".
"Gigit2 tubuh mbak...".
Ia tak menjawab. Namun desahan nafasnya mulai terdengar lirih.
"Maaaasss......peluk akuuuu".
"Iya mbaaakk...aku peluk ya....aku lepas dasternya....punyaku udah berdiri dari tadi mbak..".
"Aku pegang ya maaass.... ssssshhh... aaaaahhhh...".
"Aku kenyot2 dada mbaak... hhhhmmm... kugigit pentilnya yaa... hhhmmmm....".
"Terus maaaasss....aaaahhh...".
"Aku cium terus kebawah. Cium dan ngenyot memek Mbak Marni..".
"Ssssshhh... aaaaahhhh....maaaasss....nikmaaat maasss....".
"Memek mbak udah basah ya?". Tanyaku.
"Udaaaah....aku colok pake jari nih...".
"Sini aku gigit yaaa....".
"Aaaaaawww...pelan2 maassss...".
Aku dengar suara kocokan jari pada vaginanya...
"Seperti gimana ya beneran gigitin memek mbak...".
"Ssssshhh...aaaahhh....maaaass....mana kontol mas gun...biar aku isep".
Aku membayangkan penisku dikulumnya saat aku mengocok penisku.
"Hhhhmmm...kuluman mbak enaaaak....".
Terdengar lagi desahan panjangnya.
"Aaaaaawww... sssshhh.... aaaahhh....aku keluar maassss...becek kena sprei....".
"Banyak ya keluarnya?".
"Iya...mas belum keluar?".
"Sebentar lagi Mbak".
"Aku isep lagi ya biar keluar".
Semakin cepat aku mengocok penisku. Tidak lama kemudian. Muncrat lah maniku yang aku tutupi dengan CD agar tak belepotan kemana2.
"Mbaaaak....aku keluuuaaarrrr....aaahhh....".
Saat masih keadaan berdiri dan belepotan karena mani itu aku foto dan kukirim padanya.
"Woooow...maaasss....aku maaauu mgisep lagiii".
Beberapa saat kemudian ia mengirim ku sebuah foto memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu lebat dalam keadaan basah. Sedikit liangnya dibuka oleh dua jarinya.
"Hhhmmmm...memek mbak Marni tembem ya..."
"Sini mas...gigit memek aku nih...".
"Iyaaa....nanti kalo ketemu ya...".
"Kapan mas? Jangan lama-lama lho...".
"Iya mbak Marni sayaaaaaang".
"Aku mau tidur ya mas".
"Iya mbak,aku juga... mmmmuach".
"Mmmuaaaach".Itulah pertama kali aku phone sex dengannya. Berlanjut hingga malam2 berikutnya.
Hingga pada suatu kesempatan aku pergi ke Pekalongan. Menemuinya dan melepaskan segala hasrat yang terpendam
(Bersambung)