TEMANKU,OPEN BO (Part one)

17.8K 36 0
                                    

Aku bekerja pada perusahaan di kota Bekasi. Sebuah perusahaan supplier salah satu resto fast food.
Sebagai seorang supir mobil box tentu saja aku sudah malam melintang jalur2 jalan seantero pulau Jawa ini.
Kisah bermula saat aku sedang mengantarkan ke daerah Tangerang. Sekilas kulihat seseorang yang aku kenal selama ini. Nindya,salah satu kawan kantor. Yang menjadi fokus aku saat itu adalah ia berjalan dengan seorang pria yang jauh lebih tua dari usianya pada sebuah mall. Dari jauh aku ikuti kemana mereka pergi. Mereka masuk pada sebuah outlet pakaian wanita dan memilih beberapa potong pakaian dan juga pakaian dalam berwarna merah. Pantas saja ia tak masuk kerja hari ini. Rupanya ini pekerjaan sampingnya. Dalam perjalanan kembali ke Bekasi,pikiranku tertuju pada Nindya. Bisa saja ia melakukan hal itu. Gaji yang kecil mungkin menjadi penyebab hal itu ia lakukan.
Keesokan harinya kutemui dirinya saat istirahat makan siang.
"Nin,sini deh. Aku mau ngomong sebentar". Ajakku agak menyepi.
"Ada apa wan?".
Kulihat jam masih baru melingkar dipergelangan tangannya.
"Sini dulu...kita cari tempat yang sepi".
"Apaan sih...".
"Sini dulu...". Tegasku.
Ia menuruti ajakanku.
"Iya ada apaan?".
"Hhhhmmm...kamu kemaren kemana gak masuk?".
"Kepala gua pusing,gak enak badan".
"Jangan boong lu..".
"Maksud elu apa..?". Nadanya mulai meninggi.
"Gue liat lu kemaren jalan ama om2 kan di mall Karawaci". Aku bisikan pada telinganya.
Saat itu juga raut mukanya berubah. Rasa terkejut dan diam tak berkata apa2. "Iya kan".
"Terus kalo iya kenapa? Apa urusannya ama elu?"
"Iya sih gak ada urusannya ama gue. Gue cuma mastiin aja".
"Ya udah".
Ia pergi berlalu meninggalkanku.
Namun sejak saat itu ia sering curhat. Sikapnya melunak. Disaat ada waktu bersama aku sering mengantarnya pulang.
Hingga pada suatu sore saat ia kubonceng.
"Wan,elu mau?".
"Mau apa?". Tanyaku penasaran.
"Ya mau...". Tangannya yang berpegangan pada jaketku beralih pada selangkanganku. Diremasnya penisku. "Elu jijik ya liat gue. Elu menilai gue rendahan".
Kugenggam tangannya. Aku tak banyak bicara. Yang kurasakan adalah ia menyandarkan kepalanya diatas punggungku.
Hari terus berlalu,hubunganku semakin dekat. Saat libur pergi kesuatu tempat hanya sekedar ngobrol,makan minum. Aku tak tahu apakah aku dan dia sedang pacaran atau tidak. Kami selalu bersama selepas kerja.
Pada suatu hari Minggu,tanpa direncanakan sebelumnya aku mengarahkan motorku kearah puncak Bogor. Iapun menurut saja. Berhenti pada sebuah warung pinggir jalan. Hujan rintik menambah suasana begitu syahdu. Kugenggam jarinya,ia membalas dengan lebih erat lagi.
"Yuk". Ajaknya.
Kali ini aku menuruti ajakannya. Berhenti didepan sebuah penginapan murah.
"Kamu yakin"? Tanyaku.
"Kamu..?".
Aku tak menjawab dan segera aku masuk area parkir.
Didalam kamar kami tak banyak bicara. Ia hanya duduk ditepi ranjang. Kuhampiri. Kurebahkan tubuhnya diranjang. Kuusap rambut panjang dikeningnya.
"Kamu cantik nin". Ucapku memecah kebisuan.
"Mulai deh ngegombal". Ledeknya.
Aku tak tahu harus berbuat apa pada gadis didepanku ini. Dengan kaos ketat. Tampak sekali bukit kembarnya yang menantang. Diraihnya tanganku dan diletakkan diatas dadanya.
"Bukannya kamu lama menginginkan ini?". Tanyanya.
Perlahan kudekati wajahnya dan kucium bibirnya lembut.
"Iya Nindya....".
Ia membalas ciumanku. Tanganku yang tak sabar segera menelusup dibalik kaosnya. Meremas salah satu buah dadanya. Tangannya dilingkarkan dibelakang leherku.
"Waaan....teruskan sayaaaaaang...".
Satu persatu pakaian kami terlepas berjatuhan dilantai. Jadilah kami kini dalam keadaan telanjang bulat.
Benar saja,ia memiliki tubuh yang indah. Putih dan mulus. Dengan dua bukit kembarnya dan puting kecil dilingkari warna coklat muda.
Seketika itu juga bibir dan lidahku menikmatinya. Dengan dua tanganku aku satukan dua daging kenyal itu dan kujilati satu persatu. Sesekali kubenamkan wajahku diantaranya.
"Oooowwwhhh waaaan..... sssshhh... aaaaahhhh....dingiiin....peluk aku lagiiii....".
Aku memeluknya dengan posisi kepalaku diatas buah dadanya. Degup jantung kudengar begitu cepat. Rambutku diusapnya.
"Niiin....". Aku cium lagi bibirnya dan kami bergulingan diranjang,ada saat dimana ia diatasku dan kubiarkan tubuhku dicumbunya. Ia begitu agresif dengan bibirnya, yang kurasakan saat ini adalah penisku telah dilahapnya. Mempermainkan bibir dan lidahnya.
"Kamu suka...?".
"Iya.. aaaaahhhh....enak banget niiin...". Desahanku sambil membelai rambutnya.
"Kepalanya apa batangnya?"
"Semuanya niin... entar kalo muncrat gimana?".
"Muncratin aja ..".
"Dalam mulut kamu?"
Ia tak segera menjawabnya malah semakin asyik dengan penisku yang memerah basah. Benar saja,aku tak kuasa menahan lebih lama.... crreeeet... crreeeet.... crreeeet.... beberapa kali tembakan maniku dalam mulutnya. Dibiarkan sebagian menetes keluar,dan yang lebih kurasakan lagi adalah penisku disedotnya.
"Niiiindyaaaa .... aaaaahhhh....eeeenngghhk....".
Tanganku menekan kepalanya lebih dalam hingga ia tersedak.
"Nnnggghhk...."
Nafasku yang terengah-engah merasakan hal yang pertama kali kunikmati. Ia membersihkan bibirnya dengan ujung sprei dan kemudian menindihku.
"Pinter banget kamu...".
"Hehehe....".

Lima belas menit kemudian aku dan Nindya menikmati sore hari dibelakang penginapan pada sebuah bangku kecil dibawah pohon rindang.
(Bersambung)

Obsessed with sexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang