Bab 5 - Tafsir Quran

36 3 4
                                        

"barā'atum minallāhi wa rasụlihī ilallażīna 'āhattum minal-musyrikīn"

Kelas seketika hening. Ustadzah Reii menyimak dengan cermat. Mataku menatapnya lekat-lekat.

"fa sīḥụ fil-arḍi arba'ata asy-huriw wa'lamū annakum gairu mu'jizillāhi wa annallāha mukhzil-kāfirīn"

Hatiku...
Seperti aliran air yang mengalir tenang, meresapi seluruh jiwaku, setiap huruf yang dilantunkan, merasuki seluruh tubuhku, dan menciptakan sebuah kehangatan, kedamaian, keindahan.

"wa ażānum minallāhi wa rasụlihī ilan-nāsi yaumal-ḥajjil-akbari annallāha barī'um minal-musyrikīna wa rasụluh, fa in tubtum fa huwa khairul lakum, wa in tawallaitum fa'lamū annakum gairu mu'jizillāh, wa basysyirillażīna kafarụ bi'ażābin alīm"

Getaran emosi, yang menyentuh jauh di lubuk hati, sungguh, hatiku tersentuh, dengan begitu halus dan lembut. Menciptakan genangan air mata di pelupuk mataku.

"illallażīna 'āhattum minal-musyrikīna ṡumma lam yangquṣụkum syai'aw wa lam yuẓāhirụ 'alaikum aḥadan fa atimmū ilaihim 'ahdahum ilā muddatihim, innallāha yuḥibbul muttaqīn"

Tetesan air mata adalah saksi bisu, ketika mulut tak bisa berkata-kata. Ketika sebuah momen, yang seolah terhubung dengan sanubari, membuat sebuah kisah yang sangat indah, yang tak akan luntur oleh waktu.

"fa iżansalakhal-asy-hurul-ḥurumu faqtulul-musyrikīna ḥaiṡu wajattumụhum wa khużụhum waḥṣurụhum waq'udụ lahum kulla marṣad, fa in tābụ wa aqāmuṣ-ṣalāta wa ātawuz-zakāta fa khallụ sabīlahum, innallāha gafụrur raḥīm"

Detik demi detik berlalu dengan indah.

"wa in aḥadum minal-musyrikīnastajāraka fa ajir-hu ḥattā yasma'a kalāmallāhi ṡumma ablig-hu ma'manah, żālika bi'annahum qaumul lā ya'lamụn"

Air mata yang mengalir deras membasahi pipiku, membuat dadaku sesak.

"kaifa yakụnu lil-musyrikīna 'ahdun 'indallāhi wa 'inda rasụlihī illallażīna 'āhattum 'indal-masjidil-ḥarām, famastaqāmụ lakum fastaqīmụ lahum, innallāha yuḥibbul-muttaqīn"

Jika aku bisa menghentikan waktu, akan kuhentikan sekarang juga.

"kaifa wa iy yaẓ-harụ 'alaikum lā yarqubụ fīkum illaw wa lā żimmah, yurḍụnakum bi'afwāhihim wa ta'bā qulụbuhum, wa akṡaruhum fāsiqụn

Napasku seakan-akan tersendat di tenggorokan, lidahku kelu.

isytarau bi'āyātillāhi ṡamanang qalīlan fa ṣaddụ 'an sabīlih, innahum sā'a mā kānụ ya'malụn

Aku menyukai rasa ini. Rasa yang menggetarkan hatiku untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.

lā yarqubụna fī mu'minin illaw wa lā żimmah, wa ulā'ika humul-mu'tadụn"

Jika ada yang lebih indah dari intro lagu Sempurna, mungkin itu adalah kamu, kamu yang membuat relung-relung terdalam hatiku terbuka, kamu yang membuat jantunghatiku merasakan apa itu gejolak emosional yang menawan.

Ustadzah Reii mengusap kedua matanya. Aku juga.

"MasyaAllah, Nak. Sekarang kamu bisa jelaskan maknanya"

FATHULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang