Bab 11 - Istikharah

15 2 0
                                    

Aku mengembuskan napas gusar setelah keluar dari ruang guru dan di interogasi habis-habisan oleh pak Joko.

"Kenapa kamu ngga kayak Fathir yang baik, sholeh, udah gitu PINTER lagi, dan RAJIN BELAJAR. Bapak sih tetep kasih nilai A meskipun dia di UKS sekarang"

Well... Aku memang bersalah dan berdosa. Ternyata cinta bisa membuatku terlempar jauh dari realitas seperti ini. Sungguh payah!

Aku duduk di kursi kantin dan membuka notes di hp ku.

Dear Fathir
Mengagumimu sangat indah
Kamu membuatku hanyut dalam lautan air mata
Kamu membuatku sering menengadahkan tangan dengan khusyuk

Dear Fathir
Aku ingin melepaskanmu dari segala harapanku
Tapi bagaimana caranya?
Jika dengan mengagumimu saja sudah bisa membuatku menjadi lebih baik lagi
Bagaimana aku bisa melupakanmu secara permanen dari lubuk hatiku yang paling dalam?

"Li, kamu kemana aja sih, sampe dipanggil ke ruang guru gitu"

Rayya duduk di seberangku sambil membawa kotak bekalnya, aku baru pertama kali melihat dia marah, well, kenapa semua orang seolah-olah marah padaku hari ini?

Aku hanya diam, dia memakan kotak bekalnya, tumben tidak menawariku makan juga, yah, namanya juga orang marah.

Aku menatap kosong kedepan, pikiranku berkecamuk.

Tiba-tiba sekelebat ide muncul dalam benakku. Aku tersenyum.

***

"Hah, kamu mau pindah ke IPS?"

Aku mengangguk.

"Ngapain? Kamu kan pernah bilang, minat kamu di IPA, ngapain pindah? Toh cita cita kamu kan jadi fisikawan"

Aku tersenyum dan menjawab, "Allah Maha pembolak balik hati manusia"

Dia menunduk, aku mengusap tangannya lembut.

"Maaf, aku bukannya pengen ngejauh dari kamu, tapi..."

"Iya aku paham kok, aku cuma kaget aja"

"Hmmm jadi... Aku boleh pindah?" tanyaku hati-hati.

Dia mengangguk sambil tersenyum. Maafkan aku Rayya. Tapi aku yakin ini keputusan yang terbaik.

2 hari kemudian, aku resmi pindah ke IPS. Aku tidak mengharapkan untuk sekelas dengan siapapun, karena ya aku tidak peduli juga.

"Halo, salam kenal, Lili!"

Haha lucu juga, padahal kami sudah akrab sejak masa MPLS, tapi lihatlah sekarang malah bersalaman kembali layaknya murid baru.

Setelah bersalaman, bel masuk berbunyi, aku pun duduk di pojok belakang, tempat dimana bangku tambahan disimpan.

Pelajaran kali ini geografi, sejujurnya aku tidak menyukai pelajaran ini, selama pelajaran berlangsung pun aku hanya menguap menahan kantuk.

Untung saja pelajaran ini diakhiri cepat karena guru-guru akan diadakan rapat. Well... Berarti jamkos?

"Hei, ternyata kita sekelas" ucapan lembut itu menyadarkanku yang hampir jatuh ke alam mimpi.

"Eh, maaf, lanjut tidur aja" katanya sambil menatapku ragu.

Aku tidak memedulikan tatapan itu, ataupun suara lembut itu, aku kembali menutup mata dan melanjutkan tidur. Tapi mendadak rasa kantukku hilang seketika.

Akhirnya aku menyerah dan memilih untuk mengangkat kepala.

Namun ini keputusan yang salah, jantungku berdetak lebih cepat, keringat dingin mulai bercucuran di wajahku. Dengan tanpa melihat kedepan pun aku sudah tahu, tahu bahwa dia masih menatapku. Saat tersadar, dia segera memalingkan mukanya.

FATHULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang