"Nak"
Satu kecupan mendarat sempurna di kening seorang pria yang tengah terbaring lemah itu. Wanita paruh baya itu kemudian mengusap lembut ubun-ubun kepala sambil sesekali menciumnya.
"Kenapa kamu ngga bilang, hm?" Bisiknya di telinga kanan.
Sedangkan yang ditanya hanya diam, tidak merespon. Bukannya tidak mau, hanya saja tubuhnya tidak bisa digerakkan, tapi kelopak matanya bergerak kesana kemari dibawah mata yang tertutup. Batinnya merespon. Jantungnya berdegup kencang, rasanya ingin berteriak namun tak bisa.
"Bangunlah, Nak" Ucapnya pelan sambil menidurkan kepala disamping bahu anaknya.
Suaranya tercekat, seperti ada yang lem yang merekat erat pada seluruh tubuhnya, tanpa terkecuali.
'Ya Allah, jangan ambil nyawaku dulu sebelum melihat Ibuku untuk yang terakhir kalinya'
***
Fatih. Lelaki itu kini sedang merenung di sebuah mushola yang ada didalam rumah sakit. Tubuhnya terbaring dengan ditumpu kedua tangannya, mata yang menatap lurus mengisyaratkan bahwa ia sedang fokus. Fokus melamun.
Saking fokusnya sampai tidak menyadari kedatangan seseorang yang kini tengah duduk disampingnya. Pria itu terkekeh melihatnya yang terkejut saat ia melambaikan tangan diatasnya.
"Kenapa melamun begitu, Nak?"
Fatih menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Hening. Sesekali menundukkan kepalanya canggung.
Pria yang berusia sekitar 40an tahun itu berdeham. Fatih segera tersadar dari lamunannya.
"Eh... Hmm..."
Entah kenapa rasanya kelu untuk menceritakan semua yang ada dipikirkannya.
"Adik saya dirawat, Pak"
Fatih membuang napas panjang sembari menahan semua gejolak emosi yang menyergap. Kepalanya tertunduk, sebentar lagi air matanya tumpah.
Pria itu menatap iba, tangannya memegang pundak Fatih dan mengusapnya.
"Kalau boleh tau kenapa, Nak?" Tanyanya lembut. Fatih terdiam beberapa saat sebelum akhirnya membuka suara.
"Kecelakaan"
***
"MANA IBU?!?" Teriakan yang menggema itu membuat lelaki yang baru saja datang tersentak. Ia hanya membeku.
PRANG!!
PLAKK!!
Tangannya mengambil gelas diatas nakas, melemparnya, kemudian menampar wajahnya sendiri. Fatih yang terkejut langsung menahan tangan Fathir yang memberontak ingin terus menampar dirinya sendiri.
"Istighfar, Dek" Ucapnya sambil meneteskan air mata. Baru kali ini Fatih melihat adiknya seperti itu, apakah benar dia adiknya?
Namun Fathir tetap saja berhasil memberontak, ia membuka kabel-kabel rumah sakit yang menempel pada tubuhnya. Kemudian mengacak rambut frustrasi. Air matanya jatuh, dadanya terasa sesak karena gemuruh amarah yang memuncak. Fatih menuntunnya untuk menenangkan diri, perlahan adiknya itu pasrah mengikutinya.
"Hei, dengar kakak..."
Terlihat Fathir yang masih mengatur napasnya sambil beristighfar. Kakaknya yang menyadari itu memberi jeda untuk merehatkan pikiran masing-masing.
![](https://img.wattpad.com/cover/359758947-288-k977697.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FATHUL
SpiritualAku pernah berpikir, apakah aku pantas mendapatkannya? Apakah dia lauhul mahfudz-ku? Pantaskah orang sepertiku bersanding dengannya? Genre: Spiritual, Romance, Chicklit, Young Adult ----------- Note: °Ini karya pertamaku, kritik dan saran dipersi...