Bab 14 - Berubah

15 2 0
                                        

Aku tidak bisa tidur malam ini, mengingat kejadian tadi selain membuat dadaku sesak, juga perih. Apalagi mendapati kenyataan bahwa mimpi ku benar-benar menjadi kenyataan.

Aduh, kenapa jadi rumit begini? Niat hati ingin menjauhinya, namun malah semakin mendekatinya.

Ah, tolonglah, aku hanya ingin menghirup udara segar tanpa bumbu-bumbu percintaan. Jika dia bukan jodohku, jauhkanlah dia dariku.

Tapi...
Mengingat bahwa kami selalu dipertemukan
Aku sempat berpikir
Apakah dia...
Jodohku?

Aku tertawa hambar. Sudahlah, jangan berkhayal! Siapa tau itu hanya godaan duniawi.

Ah iya, tadi sore aku belum diperbolehkan untuk menjenguknya dikarenakan kondisinya yang kritis. Aku menurut saja meskipun dalam hati ingin masuk, lagipula, apakah aku harus nekat diam-diam masuk ke kamarnya? Tidak kan? Parah, sih itu.

Namun keesokan harinya, saat pulang sekolah, aku datang sendirian ke rumah sakit dengan niat yang sama. Tapi tetap ditolak, dengan alasan "Dia belum sadar sampai sekarang, nanti kalau sudah sadar dan diberi izin, kamu boleh kesini lagi"

Aku menghela napas berusaha sabar dan berpamitan pulang. Saat berbalik badan, dia memanggilku.

"Dengan syarat"

Aku menoleh, mengerutkan dahi karena penasaran.

"Diawasi oleh saya, dan jangan lama-lama"

Aku mengerti maksud dia, karena itu aku mengangguk mantap. Asalkan bisa melihatnya dengan langsung, aku bisa tenang.

Saat hendak berbalik badan, dia memanggilku lagi.

"Jangan ada kontak fisik, jaga kontak mata, dan jaga jarak"

Aku tersenyum, senyum tulus. Aku senang karena dia menetapkan aturan seperti itu.

Setelah itu tidak ada suaranya lagi. Aku pulang dari rumah sakit dengan wajah cerah, tidak seperti kemarin.

Cerah karena dia sama dengan adiknya. Benar kata Rayya, jika tidak dapat adiknya, kakaknya juga boleh. Haha. Tapi aku lebih memilih adiknya, sih, haha.

Ups!

Aku menampar mulut sendiri, bisa bisanya bicara ngawur seperti itu. Ingat Lili, secinta apapun kamu dengan laki-laki, tetap lauhul mahfudz lah pemenangnya. Dan ingat Lili, sebelum mencintai seorang lelaki, cintai Allah terlebih dahulu. Pasti terjamin, deh.

"Lili"

Aku langsung memalingkan muka saat mengetahui siapa yang memanggilku.

"Kamu jenguk Fathir?" tanyanya, aku menunduk kemudian menatapnya datar.

"Iya"

Dia mengangguk kemudian tersenyum tipis. Tak berapa lama, senyumnya mengendur, tatapannya menurun. Dia menunduk, menatap tanah.

Dalam hatiku bertanya-tanya, namun tak berani menanyakan langsung. Aku pun ikut menunduk.

Demi mengusir kecanggungan karena saling diam, aku akhirnya angkat bicara.

"Tar, aku pamit dulu, ya, assalamualaikum" Pamitku tanpa melihat ke arahnya.

***

Misi Aulia Untuk Melupakan Dia

*Aturan yang sangat wajib dipatuhi, dan sangat tidak diperbolehkan oleh melanggar.

1. Tampar wajah sendiri jika sengaja maupun tak sengaja melihat atau membayangkan wajahnya, jika bisa, tampar sepuasnya.
2. Ucapkan istighfar sebanyak-banyaknya jika sengaja maupun tak sengaja memikirkan dia, jika perlu, cubit tangan sekeras mungkin.
3. Satu kali memikirkannya setara dengan "Hafalkan 2 lembar Al-Quran" saat itu juga.
4. Memutus apapun yang berhubungan dengan dia, hingga tak ada jejak ataupun sisa sama sekali.
5. Jika mendengar suaranya, segeralah pergi menjauh, atau, segeralah menutup telingamu, atau, segeralah beristighfar sebanyak mungkin.
6. Selalu ingat bahwa, "Hukuman yang Aulia buat sendiri tidak ada apa-apanya dibanding hukuman dari yang diatas".
7. Berhenti membaca, menonton, menyanyikan, atau memikirkan hal yang romantis. Karena itu sangat berbahaya untuk Aulia yang hatinya mudah tersentuh.
8. Jika kedapatan khilaf, segeralah tampar, cubit, atau pukul diri sendiri untuk menyadarkanya. Dan, tambah hukuman menjadi berkali-kali lipat.
9. Perbanyak ibadah, jangan ada bolong-bolongnya. Terutama sunnah-sunnahnya.
10. Pake cadar.

FATHULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang