"RAY!!"
Aku berlari dengan kecepatan maksimal. Napasku terengah-engah saat akhirnya berhasil sampai di depan pintu 10 MIPA 1. Rayya menengok ke belakang, saat tau siapa yang memanggilnya, dia langsung memelukku erat.
Aku membalasnya erat pula. Tapi aku merasa berdosa, aku memanggilnya bukan murni karena ingin bertemu dengannya, melainkan karena panggilan dari alam mimpi. Astagfirullah, maafkan temanmu yang bodoh ini Ray.
Well, aku bilang murni karena memang ada rasa rindu dari dalam hatiku.
Jika boleh jujur. Melihat pintu kelas yang terbuka didepanku ini, ingatan masa lalu ketika masih menjadi anak IPA disini kembali terulang. Aku kangen masa-masa itu. Apakah keputusanku untuk pindah ke IPS konyol? Keputusan yang hanya berdasar pada satu orang saja.
Dan ini aku kangen sekali dengan tawa para sahabatku. Rayya, Habiba, maafkan aku. Aku bukan sahabat yang baik untuk kalian. Aku bodoh. Aku bodoh karena cinta. Dan aku harus menjauhinya karena itu.
"Gimana kamu di IPS?" tanyanya setelah melepas pelukan.
"Alhamdulillah baik" jawabku sambil tersenyum. Entah terlihat seperti apa senyumanku itu, apakah getir, miris, tipis, atau tulus?
"Alhamdulillah kalo gitu, aku kangen banget loh, Li, di kelas sepi banget kalo ga ada kamu"
Aku tertawa hambar, "Hahaha masa sih"
"Iya, oh iya, ada apa nih kesini? Pasti bukan cuma ketemu aku kan? Iya kan? Pasti ada hal lain kan?" tebaknya seolah tau isi pikiranku.
Aku tersenyum tipis, sangat tipis, aku bingung harus bagaimana. Dia berdeham menyadarkan lamunanku.
"Engg... Ini udah masuk semua, Ray?" tanyaku ragu sambil mengintip ke arah pintu.
"Belum, tinggal si Fathir doang yang belum masuk, gatau deh bakal masuk atau ngga"
Kringgg!!!
"Kenapa nanya gitu, Li?"
Aku menggaruk telinga yang tidak gatal.
"Hayoo mau nyari siapa nih"
"Anu... Engg... Aku nyari... Izzat" Jawabku gugup dengan perasaan tak tenang karena bel sudah berbunyi.
"Ohh si badboy itu? Ngapain cari dia? Yaudah sana ke kelas, Li, udah bel, takut dicariin guru, nanti aku panggilin Izzat"
Sejak kapan dia punya julukan badboy? Ah, terus, aku harus ngomong apa nanti dengan Izzat? Apa harus berbohong juga?
"Engg.. Iya Ray, aku ke kelas dulu, bye" dia melambaikan tangannya sambil menutup pintu kelas. Aku masih disini, dengan perasaan bimbang.
Menjauhlah dariku
Ya Allah, biarlah aku yang mati jangan dia
Apakah ini jawaban dari sholat istikharahku? Agar aku menjauh darinya? Baiklah. Tapi, tolong jangan biarkan mimpi kecelakaan itu menjadi nyata. Jangan.
Aku mengambil beberapa langkah menuju kelas 10 IPS 2, kelas baruku dengan perasaan gelisah. Namun langkahku terhenti setelah mendengar suara langkah sepatu. Getaran ini...
Aku menoleh sedikit.
Sesosok pria ber hoodie abu-abu yang menjadi ciri khasnya itu datang dengan tenang tanpa tergesa-gesa sambil mendekap buku paket kimia di tangan kanannya.
Aku mengembuskan napas lega. Semoga pikiran negatif ku segera hilang setelah melihatnya baik-baik saja sekarang.
Tapi tunggu, ada yang aneh...
![](https://img.wattpad.com/cover/359758947-288-k977697.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FATHUL
ДуховныеAku pernah berpikir, apakah aku pantas mendapatkannya? Apakah dia lauhul mahfudz-ku? Pantaskah orang sepertiku bersanding dengannya? Genre: Spiritual, Romance, Chicklit, Young Adult ----------- Note: °Ini karya pertamaku, kritik dan saran dipersi...