Bab 01 : Dunia Paralel

38 8 8
                                    

"Bangun, T!" suara seorang wanita terdengar samar-samar dalam kegelapan. Malik tidak bisa melihat apa-apa kala itu. Bahkan dia tidak tahu apa yang dia rasakan. Semuanya hanya hampa.

Tunggu, apakah ini rasanya di dalam blackhole? Menurut teori konspirasi jika masuk ke dalam blackhole maka akan masuk dunia yang lain. Apakah Profesor berkepala lampu taman itu benar-benar mengirimkan ku ke dunia lain? Tapi di mana ini? Aku tidak bisa melihat apa pun...

Dalam kegelapan itu seluruh indera-nya terasa mati. Dia tidak bisa meraba apa pun, tidak bisa melihat apa pun, tidak bisa mencium adapun, tidak bisa mendengar apa pun.

"Bangun!" suara itu terdengar lagi.

Telinga Malik langsung menegang. Ke mana pun dia menoleh menjadi percuma karena tidak ada yang bisa di lihat, semuanya hanya hitam dan gelap. Rasa dingin dan takut langsung merasuk menghujam jantungnya, membuat pemompa darah itu berdegup lebih kencang. Dingin seolah menyiksa telapak tangan dan kaki Malik. Malik tahu bahwa ini adalah rasa takut.

Rasa takut diakibatkan oleh keterbatasan manusia yang tidak mengetahui akan sesuatu. Seperti orang yang takut ketika ingin memulai bisnis. Dia takut dengan masa depan yang belum diketahui. Orang yang baru belajar naik sepeda akan takut dalam mengayuh karena dia tidak tahu akan bisa berjalan dengan baik atau tidak. Seperti halnya Malik saat ini, dia tidak mengetahui siapa--atau apa--yang memanggilnya sejak tadi.

"Si--siapa?" tanya Malik penuh keraguan.

"T! bangun!"

"T? siapa--" belum sempat Malik menyelesaikan pertanyaannya, dia tiba-tiba merasakan sakit akibat tekanan pada perutnya. Seperti dipukul oleh sesuatu. Saat itu baru dia sadar dan bisa membuka matanya. Rupanya ada seorang wanita setengah baya yang berulang kali menghantam tubuhnya menggunakan bantal guling.

"Bangun kau! Dasar pemalas!" tegasnya sambil terus memukul dengan bantal guling geras itu.

"Ya! Ya! Aku bangun!" ujar Malik sambil melindungi tubuhnya menggunakan tangannya.

"Kenapa kau tidur lama sekali, sih? Aku sudah panik dari tadi!" ucap wanita setengah baya itu sambil bertolak pinggang. Alisnya mengkerut kesal dan matanya melotot. "Apa kau ingin melalaikan tugasmu?" ketus wanita itu sambil menunjuk wajah Malik.

Malik mengerutkan keningnya. Dia terlalu terkejut untuk memproses apa yang baru saja terjadi. Seingat Malik, Malik berada di Hawai dan dijebak oleh Profesor Slam. Tubuhnya harusnya sudah hancur karena tersedot oleh lubang hitam yang tercipta dari kalung garnet itu.

"Kalung Garnet yang--" Malik tiba-tiba sadar kalau kalung itu sekarang ada di lehernya. "Huh? Kenapa kalung ini ada di sini?"

Melihat anak muda di depannya malah seperti orang linglung, wanita itu segera menjewer telinga anak muda itu dan menariknya keras-keras. "Mau sampai kapan kau akan duduk di ranjang? Professor John sudah menunggumu di luar bersama yang lain! Ada gangguan yang terjadi! Ayo lakukan tugasmu, T!"

"Aw! Aw! Iya aku akan ke sana! Tapi, tolong jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi?" Malik memegang pergelangan wanita itu sambil berusaha melepaskan telinganya, tetapi jeweran itu memang sangat kuat.

Wanita itu melepaskan jewerannya, meninggalkan bekas merah padam di kulit yg membungkus tulang lunak itu. Malik sampai menggosok-gosokkan telapak tangannya di telinganya karena rasa perih jeweran.

"Kenapa Anda melakukan itu, Bu?" tanya Malik sambil turun dari ranjang.

"Anda? Sejak kapan kau memakai bahasa formal, dasar berandal! Lagi pula kau tidur sampai 20 jam seperti orang mati, kau seharusnya sadar kalau tugasmu sangat penting di sini, T! Jangan buat dirimu malas karena kau memiliki kekuatan super!" omel wanita itu.

Malik merasakan semuanya semakin aneh. Dia menoleh kepada wanita itu. "T? Tunggu... Anda memanggil saya T?" Malik bingung.

Wanita itu malah mengerutkan alisnya. "Iya, memang siapa lagi yang memiliki nama aneh itu selain dirimu?"

"Tapi namaku Malik," sanggah Malik sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Terserah dirimu, T. Cepatlah basuh wajahmu dan ganti baju! Kau perlu menjadi pahlawan hari ini!" ujar wanita itu sambil meninggalkan anak muda itu yang melongo kebingungan.

"Apa-apaan itu?" Malik mengalami syok setelah mendapatkan omelan di saat baru membuka mata. Jujur saja, sikap wanita tadi dan postur tubuhnya mengingatkan Malik pada ibunya di rumah. Ibu malik kadang suka membangunkan paksa dirinya jika bangun kesiangan saat kecil.

Malik melihat sekitar, kamar itu terasa asing baginya. Dia tidak pernah ingat ada kamar seperti ini. Di pojok kanan kamar ada sebuah pintu yang mengarah ke kamar mandi. Malik langsung tahu kalau itu adalah kamar mandi karena aura di sekitar kamar mandi selalu kelam. Di tempat itulah para makhluk gaib berkumpul. Bisa dibilang, itu adalah basecamp bagi mereka.

Dengan malas Malik berjalan ke pintu itu lalu membukanya. Dia segera mendatangi wastafel dan membasuh mukanya. Berkali-kali dia menggosok wajahnya dan merasakan segarnya air yang mengalir ke tangan, lalu dia terpakan air itu ke wajahnya.

Ketika dia mengusap wajahnya dengan handuk dan melihat kaca kecil di depan wastafel, Malik langsung terbelalak, terkejut dengan wajahnya. "A-apa ini? Siapa ini?"

Malik dengan panik memegangi wajahnya. Dia merasakan sentuhan-sentuhan jari dan telapak tangannya di wajah itu. Sebuah wajah asing yang tidak pernah lihat. Jantungnya berdegup kencang, mengalami ketakutan yang belum pernah dia rasakan. Dia bahkan melihat simbol pentagram di dada kiri atas.

Terus-terusan dia berpikir keras tentang semua ini.

Tempat yang asing,

Orang yang asing,

Nama yang asing,

Wajah yang asing,

Malik menunduk dan memegang kalung Garnet yang ada di lehernya. Dia menatap batu itu. Batu itu ternyata tidak utuh, hanya sebagian kecil yang ada di sana, tetapi Malik yakin batu itu adalah batu yang sama seperti yang Profesor Slam O'Neill berikan. Jika diperhatikan baik-baik, di dalam batu itu samar-samar terlihat wajah Malik yang sedang tertidur.

"Tunggu... Profesor Slam mengatakan kalau batu ini membuka portal ke dunia lain, lalu tubuhku tersedot lubang hitam ke dalam batu ini..."

Dari ingatannya tentang kata-kata terakhir Profesor Slam O'Neill, kini Malik paham apa yang terjadi. Alasan kenapa dia merasa asing dengan kamar ini, alasan wanita itu memarahinya, alasan wanita itu memanggilnya T, dan juga alasan wajahnya berubah. Semua itu karena dia terkirim ke dunia lain sebagai pribadi yang berbeda.

T Knows The Horror [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang