T dan Eric berlari dengan terburu-buru menuju ruangan Eye, di mana T merasakan aura gelap yang sangat pekat. Keintensitasannya membuatnya merasa terintimidasi secara mendalam, hingga tiba-tiba ia merasa melemah dan terpaksa menunduk. Ada sesuatu di perutnya yang terasa seperti ingin keluar, menggugah perutnya dalam sebuah perasaan yang tidak nyaman.
"Hoekkk!!!" T terhuyung-huyung, berusaha untuk muntah, namun tak ada yang keluar, hanya sensasi pahit yang semakin mengganggu.
Sial! Terlalu kuat! batin T, sambil berjuang menahan rasa mual akibat aura yang begitu menyesakkan.
"T! Apa yang terjadi? Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Eric dengan kekhawatiran yang jelas terpancar di wajahnya.
"Ya, aku baik-baik saja," ujar T dengan napas terengah-engah, berusaha memulihkan diri dari dampak yang dia rasakan.
Sementara itu, Suster Anis tiba di depan ruangan itu, dia terkejut dengan kehadiran T dan Eric yang tiba-tiba. "Ada masalah apa? Mengapa ada polisi di sini?" tanyanya, sedikit terkejut.
"Saya akan membantu T melakukan sebuah ritual pengusiran setan!" Eric berkata dengan tegas, sambil menunjuk T. Perkataan Eric membuat T mengerutkan keningnya, bingung dengan pernyataan yang baru saja diucapkan Eric kepada Suster Anis. Raut wajahnya memperlihatkan kebingungan yang jelas atas rencana yang tak pernah disuarakan sebelumnya.
"T bisa melakukan Exorcism meski di siang hari seperti ini! Kami harus segera menolong Eye. Tolong buka kunci ruangan ini, suster," kata Eric dengan ketegasan yang jelas terpancar dari suaranya.
Namun, raut wajah suster Anis dipenuhi dengan keraguan. "Tapi, Profesor John sudah masuk lebih dahulu dan dia meminta agar tidak ada orang lain yang masuk," ucapnya dengan ragu.
"Profesor John?" T membulatkan matanya, terkejut. "Sialan! Dia bermaksud untuk mengakhiri hidup Eye!"
Tanpa menunggu lagi, T tanpa aba-aba langsung mengirim tendangan ke pintu ruangan itu, mengguncangnya dengan keras. Suster Anis dan beberapa perawat lainnya dengan cepat meraih T untuk mencegahnya membuat kekacauan di situ.
"Anda tidak boleh menciptakan kerusuhan di sini! Anda harus berhenti atau kami akan memanggil petugas keamanan!" ancam suster Anis dengan tegas, mencoba menenangkan keadaan.
"Kalian tidak memahami! Profesor John memiliki niat jahat terhadap Eye! Dia harus dihentikan!" teriak T, berusaha memberontak dari cengkeraman para perawat. Namun, kekuatan mereka cukup untuk menahannya, membuatnya tak bisa lepas dari genggaman mereka. Rasa frustasi dan kegelisahan tampak jelas di wajah T saat dia berusaha keras melepaskan diri.
Dor! Suara tembakan dari pistol terdengar nyaring memecah keheningan. Para perawat dan T secara refleks merunduk, terkejut dan takut dengan suara yang tiba-tiba menggelegar. Ternyata, Eric telah menembak kunci pintu ruangan Eye. Dengan mantap, ia mengayunkan kakinya ke pintu, meremukkan knopnya hingga akhirnya pintu itu terbuka dengan kasar.
"T! Cepat ke dalam!" desak Eric dengan tegas sambil menunjuk ke arah ruangan, senjata di tangannya ditodongkan ke arah suster Anis yang kaget. T mengangguk cepat dan bergegas memasuki ruangan Eye.
"Kamu polisi, bukan? Mengapa menodongkan senjata ke kami?" tanya suster Anis dengan ketakutan yang terlihat jelas di wajahnya.
"Maaf, saya tidak bermaksud menyakiti, tetapi orang yang Anda sembunyikan sangat berbahaya. Kami harus menghentikan Profesor John! Silahkan pergi dan selamatkan orang-orang di rumah sakit! Saya merasakan adanya ancaman besar akan terjadi!" Eric menjelaskan dengan tegas, menurunkan senjatanya, sebelum kemudian ikut masuk ke dalam ruangan Eye mengikuti T.
Mata Eric dan T terbelalak ketika mereka menyaksikan keadaan yang mencekam di dalam ruangan. T merasakan tanda pentagram di dadanya kembali memberikan sensasi perih yang mengganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
T Knows The Horror [END]
FantasyMohammed Avdol Malik masuk ke portal dunia lain setelah menerima sebuah kalung perak bermata Garnet dari seorang Profesor Arkeologi, Slam O'Neill. Tidak disangka jiwa Malik masuk ke dalam tubuh seorang pria bernama T. Tidak hanya itu, dunia baru ini...