Pintu kamar para anak-anak di gedor-gedor dari dalam, suara gedoran itu dibarengi dengan suara tangis para anak-anak yang di kunci di dalamnya. Mereka memohon-mohon agar Mom Lisha melepaskan mereka.
Sementara itu di ruangan yang lain, Viens dan Donna duduk berpunggungan dan tidak sadarkan diri. Tubuh mereka diikat dengan sebuah tali yang besar dan kuat. Di kepala mereka terdapat sebuah memar akibat pukulan.
Mom Lisha datang membawa sebuah jerigen besar dan berjalan terseok-seok mendekati mereka berdua.Mom Lisha membuka tutup dari jerigen itu. Bau bensin semerbak keluar sampai tercium ke hidung. Wanita setengah baya itu kemudian mengangkat jerigen itu dan menyiramkan isinya kepada dua wanita muda di hadapannya. Sontak keduanya terbangun dengan terkaget-kaget.
"Mom! Apa yang kau lakukan? Sadarlah, Mom!" Donna berteriak-teriak memohon.
"Mom! Hentikanlah ini! Ini bukan dirimu!" Viens menambahi.
Mom Lisha tidak pedulidengan apa yang mereka katakan. Matanya yang melotot memandang kosong ke arah mereka, lalu dia kembali menyiram mereka menggunakan bensin sampai isi jirigen mereka habis.
Mom Lisha membanting jerigen itu, mencampakannya dengan kasar. Tangannya meraih sesuatu dari dalam sakunya : korek api. Dia memandangi korek itu sambil tersenyum seram, membayangkan tubuh-tubuh yang terbakar karena api.
"Sangat asyik..." gumamnya dengan suara yang terdengar lebih rendah dan berganda.
"Mom! Ini tidak benar! Kau adalah orang yang paling baik bagi kami! Kau tidak seperti ini, Mom! Sadarlah! Lawan roh jahat itu!" teriak Donna sekuat tenaga.
"Mom! Ingatlah semua yang kita lewati! Kita melewati hari-hari penuh dengan keceriaan! Tolong jangan hancurkan semuanya hanya karena roh jahat itu, Mom!" tambah Viens.
Mom Lisha malah senyum meringis ke mereka, bahkan alisnya ikut mengkerut menertawai mereka. Dia menikmati pandangan keputus-asaan mereka. Baginya, ini semua terlihat lucu.
Ketika jempol Mom Lisha akan menyalakan korek api itu, tiba-tiba T masuk mendobrak pintu. Dia langsung berlari dan menerjang Mom Lisha, membuat keduanya jatuh dan Mom Lisha menjatuhkan koreknya.
Mom Lisha langsung bangun. Dia berdiri dengan menggunakan dua kaki dan dua tangannya, seperti laba-laba. Wanita yang tengah kerasukan itu mendesis sambil melotot marah kepada T.
"Astaghfirullah..." T menyebut ketika melihat kondisi Mom Lisha.
"Munafik kau, anak Adam! Beraninya kau menyebut asma Allah! Kau sebelumnya tidak melaksanakn ibadah, tetapi kau berani meminta perlindungan kepada-Nya? Kau adalah munafik! Bahan bakar bagi api neraka Jahannam!"
T agak gentar setelah mendengar pernyataan itu. Itu memang benar kalau dia sempat tidak rajin beribadah, sampai Eye memintanya untuk kembali beribadah untuk mendapatkan ketenangan hati. Pikirannya sempat buyar karena beberapa ayat ruqyah yang dia hafal tiba-tiba menghilang. Namun, setelah beberapa kali membaca istighfar, dia kembali mengingatnya.
"Siapa namamu?" tanya T.
"Hu hu hu... seorang manusia rendahan yang mencoba melawan Raja Ifrit dan tidak berhasil membunuhnya, kau cukup berani untuk bertanya namaku," ujar Mom Lisha sambil merayap mendekati T.
T merasa kalau mencoba berbicara dengan makhluk ini akan percuma, maka dia pun memulai bacaannya.
"A'udzubillahi,minasy syaithaan nir rajiim..."
"Lillahi ma fissamawati wama fil ardh,"
Baru membaca sepenggal Mom Lisha mengambil sebuah gunting dan berlari menyerang T. Pemuda itu berkelit dari serangan-serangan Mom Lisha kemudian memegang pergelangan tangannya dan menguncinya dari belakang. Lalu, T memegang kening dari Mom Lisha dan terus membacakan ayat.
![](https://img.wattpad.com/cover/352698532-288-k718203.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
T Knows The Horror [END]
FantasiMohammed Avdol Malik masuk ke portal dunia lain setelah menerima sebuah kalung perak bermata Garnet dari seorang Profesor Arkeologi, Slam O'Neill. Tidak disangka jiwa Malik masuk ke dalam tubuh seorang pria bernama T. Tidak hanya itu, dunia baru ini...