Part 19

2.5K 338 83
                                    

Haechan menatap gelang yang ada di tangannya dengan pandangan dalam, gelang ini ia temukan di atas gedung SM saat ia belum ingat apapun. Tapi perasaannya tidak salah, benda ini memang hal yang dikenalnya. Gelang ini milik putranya, putra yang hanya sebentar ia dekap sebelum akhirnya ia kehilangan dia untuk selamanya.

"Hiks Jion" bisik Haechan lirih seraya mendekap gelang itu dengan erat. "Maafkan mama hiks, maafkan mama karena melupakan mu" lanjut Haechan lagi sembari terus mendekap gelang yang seolah-olah adalah bayinya dengan erat.

Sakit sekali rasanya ketika ia mengingat semuanya, sakit sekali. Bayi kecilnya yang terlahir prematur dan tidak sekuat kakak-kakaknya harus meregang nyawa dalam pelukan Haechan. "Kau merenggutnya dari ku Tuan Lee, kau merenggutnya" bisik Haechan penuh dendam. Mata Haechan yang berurai air mata menatap tajam lurus ke depan, seolah dapat menatap pada sosok yang di bencinya.

flashback

Ingatan Haechan memang sempat hilang namun itu hanya sementara, selepas ia pulih dan hampir melahirkan ingatannya kembali dengan baik.

"Oppa, aku harus ke korea, kau mau ikut?" Tanya Giselle saat mereka sarapan bersama.

Haechan mengelus perutnya dan menatap pada Giselle dan menggelengkan kepalanya, "sebentar lagi mereka waktunya lahir, dan itu akan beresiko ketika aku naik pesawat" jawab Haechan yang membuat Giselle mengangguk membenarkan.

"Kalau begitu oppa ku tinggal di Jepang dulu tidak apa?" Tanya Giselle dan Haechan pun mengangguk.

"Apa ku minta Donghae samchon dan Jiwoo samchon untuk membantu menjaga mu?" Tanya Giselle dan Haechan pun menggelengkan kepalanya.

"Akan merepotkan mereka, juga kau bilang perusahaan Donghae hyung sedang dalam masalah bukan" ujar Haechan.

"Dia samchon kita oppa" sahut Giselle dengan ekspresi gemas.

"Aku terbiasa memanggilnya begitu" sahut Haechan cuek.

Giselle mengendikkan bahunya dan kemudian mendekati Haechan sebelum memeluknya dari samping. "Aku tidak akan ada disamping oppa, tapi ada Rihito Nii disini yang akan menjaga mu jadi kalau ada apa-apa jangan segan meminta bantuannya" ujar Giselle dan Haechan pun mengangguk.

"Iya" jawab Haechan.

"Juga oppa harus habiskan susu oppa, makan yang banyak, jangan tidur malam-malam juga tidak boleh lupa olahraga" ujar Giselle lagi dan Haechan hanya mengangguk dengan malas.

"Oppa juga harus minum vitamin, handphone harus selalu on jadi kalau aku khawatir nanti aku telepon oppa" kata Giselle.

"Hm" jawab Haechan.

"Dan jangan lupa kau ada alergi, jangan makan sembarangan sebelum Rihito nii memastikan semuanya, lalu..."

"Giselle" panggil Haechan yang membuat Giselle menatapnya, "kau itu akhir-akhir ini semakin cerewet saja, mau membuatku semakin stress?" Tanya Haechan yang langsung membuat Giselle menutup mulutnya dengan tangan.

"Hehehehhe, maaf ya oppa" ujar Giselle dengan nada bersalah, "kalau begitu aku akan berangkat sekarang saja heheh" ujar Giselle lagi seraya mengambil tasnya yang ada di samping Haechan sebelum ia kecup pipi Haechan dan dengan langkah cepat langsung berlari keluar.

*

Semenjak kepergian Giselle, hari-hari Haechan hanya ia habiskan dengan perasaan menunggu kelahiran buah hatinya. Hingga berita drama baru Jaemin keluar, mungkin karena perasaan sensitif akan kehamilannya. Project itu sama sekali tidak membuat Haechan senang sama sekali.

"Matikan televisinya" perintah Haechan pada Rihito yang langsung mengangguk dan mematikan siaran televisi.

"Haechan-ssi kau baik-baik saja?" Tanya Rihito saat melihat Haechan tampak cemberut.

Our Light S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang