Part 26

2.6K 321 23
                                    

Malam kian larut saat Haechan melihat ke arah jendela, kedua buah hatinya pun sudah terlelap nyenyak. Ia baru mendongeng selama 10 menit namun Hikari sudah benar-benar tertidur pulas. Anak lelakinya ini memang sedikit unik suka mendengar dongeng tentang cerita para putri dan selalu berharap menjadi seorang pangeran nantinya.

"Mimpi indah sayang" bisik Haechan seraya mengecup kening Hikari, ia lalu berpindah mendekati Akiko yang memang sudah terlelap sejak tadi. Membenahi selimut putrinya Haechan lalu memutuskan untuk keluar dari kamar anak-anaknya.

Haechan baru akan pergi ke kamarnya sebelum ia mendengar ada bunyi piano, melihat jam yang tergantung di dinding dan waktu sudah menunjukkan pukul 11.30. "siapa juga yang main piano malam-malam" bisik Haechan sebelum akhirnya langkah kakinya melangkah menuju lantai satu.

Banyak ruangan yang sudah nampak temaram, namun Haechan tiba-tiba berhenti saat ia melihat seorang wanita berdiri dan menyembunyikan dirinya. "Apa yang kau lakukan?" Tanya Haechan yang membuat wanita itu tersentak.

"Ah, tuan Haechan" jawab pelayan itu dengan nada ketakutan, "maafkan saya, tadi saya hanya memeriksa siapa yang masih bangun di jam segini, permisi" lanjut pelayan itu sebelum ia melarikan diri dari hadapan Haechan.

Haechan masih menatap punggung pelayan itu dengan tatapan dalam, bodoh jika Haechan tidak tahu kalau wanita itu sengaja mengintip. Apalagi dengan senyum dan tatapan mata terpesona saat melihat pada sosok yang tengah memainkan piano disana. Namun Haechan tidak akan heran, setiap dominannya selalu saja membuat para wanita sering lupa diri, mungkin pelayan itu juga seorang fans.

Kaki Haechan melangkah lebih dekat, ia lalu menyandarkan tubuhnya di dinding sembari menikmati alunan piano yang terdengar. "Carol of the bells" alunan musiknya benar-benar membuat Haechan merasa senang.

Alunan piano akhirnya berhenti saat Haechan membuka matanya tepat saat itu sosok yang sejak tadi sibuk bermain piano tengah menatapnya dengan senyum lembut. "Kemari sayang" panggilnya dengan nada lembut seraya mengulurkan tangannya.

Haechan tersenyum sebelum berjalan mendekat dan menyambut uluran tangan itu, "Kapan kau pulang Kun hyung?" Tanya Haechan.

"Setengah jam yang lalu".jawab Kun sembari mengkode Haechan untuk duduk di sampingnya. "Anak-anak sudah tidur?" Tanya Kun dan Haechan pun mengangguk.

"Mau memainkannya?" Tanya Kun menawarkan dan Haechan pun mengangguk pelan. Kun lalu merangkul punggung Haechan hanya untuk membantu Haechan bermain. Keduanya memainkan satu lagu bersama, "wow" Haechan menatap terkejut karena berhasil memainkan satu lagi, apalagi tadi yang ia mainkan bersama dengan Kun adalah "sleepwalking".

"Aku sepertinya sangat jenius" bisik Haechan sombong, "meski sudah lima tahun aku tidak memainkan piano, tapi aku masih berhasil memainkan satu lagu ini" lanjut Haechan yang membuat Kun tersenyum.

"Hm, kau memang sangat jenius" jawab Kun seraya mengecup pipi Haechan. Haechan melirik Kun sekilas sebelum dengan cepat ia membalas mengecup bibir Kun. 'Cup' Kun sempat tertegun sesaat sebelum ia tersenyum.

"Ayo tidur" ajak Kun dan Haechan pun mengangguk, "gendong" pinta Haechan manja seraya mengulurkan kedua tangannya.

Kun tertawa kecil, "memangnya kau Hikari atau Akiko yang masih kecil? tanya Kun dan Haechan pun langsung menggelengkan kepalanya, "bukan, aku yang membuat anak kecil" jawab Haechan yang membuat Kun tersenyum geli.

Tapi Kun tetap menurut apa yang dikatakan Haechan,   membuat Haechan langsung melompat ke Kun. Tangan Kun langsung memegang pantat Haechan agar tidak jatuh, sedangkan Haechan langsung melingkarkan kakinya di pinggang Kun.

"Pegangan ya, kita mau naik tangga" ujar Kun dan Haechan semakin mengeratkan tangannya di leher Kun.

"Hyung kalau nanti kita benar-benar menikah apa kau akan tetap memanjakan ku seperti ini?" Tanya Haechan tiba-tiba.

Our Light S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang