"Apa?" Suga melihatku dengan wajah lelahnya. Lelaki itu masih sibuk berkutat dengan komputernya. Seharian penuh, dia bekerja. Padahal seharusnya, waktu libur dipakai untuk beristirahat. Dia bahkan hanya keluar saat makan siang. Sekarang, dia juga tampaknya akan melewatkan makan malam.
Aku menarik nafas panjang. Berdiri di ambang pintu ruang bekerjanya. Ah ralat! Maksudku Genius Lab keduanya—dia bilang, dia punya Genius Lab utama di Agensi.
"Sampai kapan kau akan bekerja?" tanyaku.
"Jika kau datang hanya untuk mengajak berdebat, sebaiknya jangan. Ideku sedang mengalir deras jadi jangan mencoba untuk mengacaukannya." Dia berucap tanpa melihatku. Sebelah telinganya terpasang Earphone. Tangannya lincah mengetik keyboard sedangkan matanya fokus pada layar komputer.
"Aku tidak datang untuk itu. Aku hanya ingin bilang bahwa kran air hangat di kamarku mati. Aku tak bisa tidur tanpa mandi dengan air hangat lebih dulu. Jika bisa tolong panggilkan tukang servis." Aku melihat kuku jari.
Kubenarkan posisi ketika mendapati Suga melepas Earphone dan memutar kursi berodanya dan menghadap ke arahku. "Servis tidak berfungsi di jam segini." Dia melihat ke arah jam dinding.
"Lagipula kenapa harus air hangat?"
Alisku mengkerut. "Tentu saja. Air hangat membuat tubuh lebih rileks. Setidaknya aku harus tidur dalam keadaan nyaman setelah berkutat dengan kotoran anjing sialan milikmu!"
Suga mengusap kasar wajahnya. Jelas sedang menahan kesal. "Kau bisa gunakan kamar mandiku. Pergilah kumohon!"
Aku mendesis. Ketika akan membanting pintu studionya, dia berucap lagi. "Kuncinya sedang rusak. Jangan menguncinya dari dalam jika tak ingin terjebak."
Aku menganga dengan mata memicing. "Kau..."
"Apa?!" Dia menjadi kesal. "Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Kau bisa mengunci kamarnya saja."
Lalu, aku mengangguk. Menggigit bibir bawah—menahan malu. Sungguh! Aku harusnya tak bereaksi seperti itu.
🍊
Ketika aku membuka pintu kamar Suga. Yang kulihat pertama kali adalah tempat tidur King size dengan spray berwarna coklat polos. Tidak terlalu banyak barang di dalamnya. Hanya ada satu meja kecil di amping nakas serta lemari pakaian dan rak buku. Nuansa putih bersih dengan miniatur yang didominasi warna gelap.
Aku berjalan pelan. Mengitari lemari yang terletak sejajar dengan TV besar. Susunan buku-buku tebal itu menarik perhatianku. Beberapa karya klasik milik Hwang Sok-yong. Beberapa judul yang juga pernah kubaca seperti, Kim Ji-Yeong Born 1982, At Dusk dan The Silence of Bones.
Dia juga membaca buku karya penulis terkenal William Shakespeare. Aku tertawa pelan. "Romeo and Juliet?" Aku menyentuh ujung buku dengan sampul hijau tua itu. "Sulit kupercaya orang sepertinya membaca buku seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You A Sasaeng?
FanfictionFANFICTION OF BTS SUGA ~ Dua puluh juta won dalam satu Flashdisk yang hanya berisi beberapa foto dan rekaman video. Bagiku, itu adalah tawaran yang teramat menggiurkan. Bodoh sekali jika aku menyia-nyiakannya. Hal-hal bersifat privasi mengenai Akto...