Are You A Sasaeng #19

650 59 41
                                    

"lukamu tidak terlalu parah. Kemerahan yang muncul adalah respon dari kulitmu. Jangan lupa untuk mengganti perbannya secara berkala. Konsultasikan dulu padaku jika kau ingin melepasnya. Beruntung ini tidak melepuh. Aku sudah memberikan beberapa resep obat untukmu." Dokter yang menanganiku memberikan secarik kertas kecil dengan catatan tiga nama obat dengan jenis yang berbeda.

Aku menerimanya dan mengucapkan terimakasih. Lalu beranjak dengan langkah yang hati-hati. Di luar ruangan, Ryu masih menunggu. Begitu melihatku, dia sigap membantuku.

"Tak apa, aku bisa sendiri. Dokter bilang, ini tidak terlalu parah." Aku menepis halus tangannya.

Ryu mengangguk paham. "Aku akan mengantarmu pulang. Ayo!"

Aku menggeleng. "Tidak perlu. Aku akan meminta adikku untuk menjemput. Kau kembali saja ke Restoran. Jangan sampai Obake melibatkanmu juga dalam hal ini," kataku, berusaha mencairkan suasana.

"Kau yakin?"

"Tentu!" Aku meraih ponsel dari saku celana. Mencari kontak Yeongsan dan menelponnya.

Seperti biasa, dia akan sigap menerimanya. "Ya, Noona?"

Aku melihat ke arah Ryu. Lelaki itu juga tengah melihatku. Lebih tepatnya, melihat setiap gerak-gerikku. Jujur saja, aku kurang nyaman dengan hal itu. Tidakkah menurutmu ditatap seseorang yang baru kau kenal dalam waktu yang cukup lama itu hal yang menjengkelkan? "Aku ada di Rumah Sakit Seoul. Bisa jemput aku sekarang?"

"Rumah sakit? Kenapa kau ada di sana, Noona?" Yeongsan terdengar begitu khawatir.

"Akan kujelaskan nanti. Aku menunggumu."

Lalu, dari telpon terdengar beberapa suara barang jatuh. Yeongsan tampak tergesa-gesa. "Aku akan tiba dalam lima menit."

"Hati-hati di jalan. Jangan coba-coba untuk mengebut!" Aku memperingati. Tidak ada jawaban selain bunyi Tut Tut pada operator. Anak ini!

"Kalau begitu, aku akan kembali ke Restoran." Ryu buka suara.

Aku mengangguk tanpa melihatnya. Tanaman bunga di pekarangan utama Rumah sakit lebih menarik perhatian. Di antara susunan pot besar itu, satu bunga begitu tampak berbeda di antara bunga lainnya.

Dandelion, bunga berwarna putih itu terlihat begitu mencolok di antara susunan bunga mawar merah. Aku tertawa dalam hati. Bunga itu persis seperti Suga. Paling mencolok karna hanya dia yang memiliki kulit pucat di antara teman satu Groupnya. Terlihat seperti satu-satunya es di antara kehangatan.

Dandelion, bunga itu juga mengingatkanku pada lukisan di dalam kamar yang kutempati di Apartemennya.

Sial! Aku mengumpat kesal dalam hati begitu menyadari hal apa yang telah kupikirkan. Aku berbalik badan dan tak menemukan Ryu di manapun. Sepertinya lelaki itu telah pergi.

🐱

Aku mendesah hebat. Hampir menangis lebih tepatnya. Aku melihat ponsel untuk kesekian kali, hanya untuk memastikan bahwa pesan yang baru saja kuterima adalah kesalahan. Maksudku, aku hanya salah baca. Tapi sekuat apapun aku mengulang, isi pesan tetap sama.

Hyun-Ke, perempuan sialan itu baru saja memecatku dengan sangat tidak hormat. Dia bahkan tak membayar gajihku selama tiga hari bekerja dengan alasan sebagai ganti rugi atas harga dirinya yang tercemar serta untuk mangkuk sup yang pecah.

Kedua tanganku mengepal kuat. Kesabaranku sudah benar-benar hilang. Laku kuputuskan untuk membalas pesannya dengan satu emoticon jari tengah lalu memblokir kontaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Are You A Sasaeng?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang