Salah satu semangatku untuk terus UP itu gak cuma buat menghibur kalian. Tapi juga untuk menghibur diri sendiri. Kalian tau gak? Setiap komen positif kalian itu entah bagaimana jadi semangat besar banget buat aku. Ternyata benar ya... Sesuatu yang berhubungan dengan penyakit mental itu obatnya cuma cinta dan dukungan. Aku gak butuh obat2 kimia atau herbal. Aku cuma perlu dua hal itu.
Thanks banget ya 🥺💜
~~~
"Tugasmu membersikan setiap sudut ruangan serta celah sekecil apapun. Siapkan sarapan bergizi sebelum aku bangun dan siapkan makan malam sebelum aku pulang." Tuan Min berjalan lebih dulu.
Aku menyusul dengan langkah pelan. Mataku memandangi setiap ruangan. Benar-benar mewah dan elegan. Nuansa putih dan hitam namun terkesan sangat bersih dengan bar mini di pojok samping kiri dekat dapur yang langsung menghadap ruang tamu. Konsep ruangan cukup aneh namun entah bagaimana ini terlihat luar biasa.
Tinggal di Apartemen elit dilengkapi dengan keamaan super ketat. Dulu, tempat seperti ini adalah impian besarku. Sampai hari kelam itu terjadi. Aku sungguh tak ingin mengingatnya.
"Kau dengar?" Begitu aku memalingkankan wajah, Tuan Min sudah bediri di depanku sambil bersidekap dada.
Tak repot untuk menjawab, aku hanya mengangguk pelan padanya. Aku kelaparan. Sejak tadi pagi belum sempat memakan apapun selain air mineral yang kutemukan di dalam mobil mewahnya.
"Kau bisa masuk ke semua ruangan untuk membersihkannya. Kecuali kamar dan studio. Jangan pernah menyentuh barang pribadiku. Termasuk semua alat musikku." Setiap kata yang dia keluarkan penuh penekanan.
"Apa aku diupah?" Pertanyaan itu spontan lolos dari mulutku.
Min Yoongi, lelaki itu membenarkan posisi rambutnya. Lalu berkacak pinggang. "Tidak," jawabnya.
Aku menganga. "Apa? Kenapa begitu?!" Aku jelas tak terima. Sangat-sangat tidak terima.
"Tidak ada gajih untuk sebuah hukuman." Dia begitu songong!
Jujur aku muak. Tapi aku harus tetap bertahan. Lapar berubah menjadi mual. Kupegangi perut yang mulai terasa tak nyaman. "Di mana bisa kutemukan kamar mandi?"
"Kau sakit perut?"
Aku menggeleng. "Hanya mual."
"Kau hamil?" Alisnya berkerut.
Emosiku naik. Kudorong koper besar yang kubawa dengan kasar. Menghempaskannya pada ubin hingga menimbulkan suara dentingan yang cukup keras. "Kau keterlaluan Tuan Min!"
"Kau bisa marah hanya dengan dua kata. Lalu bagaimana denganku? Setiap foto dan video yang kau curi diam-diam apakah menurutmu itu tidak membuatku kesal?"
Skakmat. Aku kalah telak. Kenapa dia selalu bisa menyudutkan seseorang dengan begitu mudah.
Apa aku telah salah dengan menjadikannya sasaran?
Kau memang sudah salah, Youra!
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You A Sasaeng?
FanfictionFANFICTION OF BTS SUGA ~ Dua puluh juta won dalam satu Flashdisk yang hanya berisi beberapa foto dan rekaman video. Bagiku, itu adalah tawaran yang teramat menggiurkan. Bodoh sekali jika aku menyia-nyiakannya. Hal-hal bersifat privasi mengenai Akto...