"YAAA! Kenapa kau malah memasukan piring kotor di Wastafel khusus mencuci sayur? Bukankah kau sudah tahu peraturannya? Pelayanan restoran ini yang terbaik setiap tahunnya. Kebersihan menentukan kualitas makanan. Dasar Ceroboh!" Hyun-Ke, gadis tua yang banyak omong baru saja mengomeliku. Terhitung sudah tiga kali hari ini. Dadanya naik turun, mengatur ritme nafas yang tak beraturan. Aku sedikit takut kalau-kalau dia memiliki riwayat Asma sama sepertiku.
Aku menunduk hormat lalu meminta maaf. "Ini takkan terulang kembali," kataku dengan sungguh-sungguh.
Wanita pemilik Restoran Hyun For-K itu mendengus kesal sebelum akhirnya melenggang pergi. Mengecek bagian lain dari dapur yang teramat besar ini.
Tak berselang lama, alarm istirahat untuk para Koki dan pelayan berbunyi. Aku menghembuskan nafas panjang sebelum melepas Apron dan berjalan lesu menuju ruang makan khusus yang letaknya berdampingan dengan ruang makan utama.
Di pintu masuk, aku melihat Jenna yang tengah melambaikan tangan. Gadis berkacamata itu tersenyum cerah dengan gigi behelnya. Aku mengutuk diri sendiri yang dulu sering mengatainya culun. Lihatlah bagaimana takdir bekerja hari ini. Gadis itulah yang memberikan lowongan kerja paruh waktu ini untukku.
(A/n: Jenna ini tetanggaan sama Youra pas di Asrama. Di Chapter 5 udah dikasih spoiler sebenarnya. Cek lagi kalo kalian lupa siapa Jenna.)
Dari seorang Cyber menjadi pelayan restoran. Hebat bukan?
Aku benar-benar melepas semuanya. Maksudku, semua hal yang berkaitan dengan dunia Cyber. Jera? Kurasa tidak. Hanya saja, aku ingin melakukan hal lain dengan cara yang berbeda untuk mendapatkan uang.
Yeongsan, aku mengambil contoh darinya. Aku bisa saja mengajarinya banyak hal mengenai komputer. Kami bisa menjadi Tim dan bekerja untuk Agensi-agensi besar. Tetapi dia menolak. Katanya, setiap usaha memiliki tolak ukur dan konsekuensinya sendiri.
Mengingat lelaki itu membuatku paham kenapa dulu Ayah memilih untuk meninggalkannya bersama Ibu dan hanya membawaku ke Jepang.
🐱
"Kenapa kau tak makan?" Jenna bertanya.
Bibirku mengerut dengan salah satu tangan menumpu dagu. Pandanganku tertuju pada semangkuk sup dengan banyak kacang di dalamnya. Lalu, beralih sendu pada sepiring timun yang disasap kecil.
"Aku makan timunnya saja. Aku sedang diet," bohongku. Lalu, menggeser piring dan mulai melahap satu potongan kecil timun dengan tak selera. Benar-benar tak selera.
"Sungguh?"
Aku mengangguk.
Jenna balas mengangguk. Dia tampak percaya dan terus melahap sup di hadapannya. Sesekali menyeka keringat dan membenarkan letak kacamatanya. "Untuk apa diet? Tubuhmu sudah begitu bagus. Seperti gambaran sosok Noona idaman para Oppa." Dia cekikikan.
"Sayang sekali, aku tak tertarik dengan seorang Idol," sahutku.
"Mwo?" Dia tampak syok. "Wae?"
Bahuku terangkat acuh. "Tidakkah menurutmu mereka terlalu sulit untuk memiliki kekasih? Mereka akan lebih mementingkan karir mereka." Tiba-tiba saja aku teringat bagaimana dulu Suga berusaha keras menyembunyikanku dari siapapun. Meskipun itu tidak sepenuhnya berhasil setelah Seokjin memergokiku ada di Apartemennya.
"Itu benar. Tapi...." Dia menjeda beberapa saat. "Aku sangat ingin menjadi kekasih Suga Oppa. Aku selalu menghayalkannya." Dia tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You A Sasaeng?
FanficFANFICTION OF BTS SUGA ~ Dua puluh juta won dalam satu Flashdisk yang hanya berisi beberapa foto dan rekaman video. Bagiku, itu adalah tawaran yang teramat menggiurkan. Bodoh sekali jika aku menyia-nyiakannya. Hal-hal bersifat privasi mengenai Akto...