Part 1

155 13 3
                                    

Disclaimer : I don't own anything

Berada di atas pesawat di saat senja merupakan salah satu pemandangan yang paling indah yang pernah Yamanaka Ino saksikan selama 22 tahun hidupnya. Aquamarinenya hampir tak berkedip menatap langit yang mulai kemerahan, ditambah posisi pesawat yang sempurna berada di atas awan membuat senja saat itu semakin menakjubkan. Beruntung dia memilih kursi dekat jendela, walau sesekali dia harus menjauhkan diri, begitu silau sinar matahari yang masuk terlalu banyak.

Mereka telah mengudara selama kurang lebih 20 menit, jika mengingat waktu yang ditunjukan boarding passnya, masih 2 jam lebih sebelum Ino sampai di tujuan. Ini perjalanan pertama kalinya ke luar negeri, tentu beberapa kali Ayahnya mengajak liburan namun hanya sebatas dalam negeri. Ino tak menyangka bahwa Ia akan duduk di sana, sendiri, menuju negara yang bahkan tak pernah terlintas di pikirannya. Ia akan menuju suatu tempat, yang tak ada seorang pun yang mengenalnya, pun tak ada yang Ia kenali. Ia sendiri, tanpa seorang pun.

Sudut bibir Ino terangkat, membentuk senyum miris. Ia sudah meninggalkan jepang, meninggalkan Konoha, namun sudut-sudut kota itu masih tergambar jelas di benaknya. Kejadian beberapa bulan terakhir masih terus menghantuinya, bagaikan momok yang membuat persendiannya nyeri, hatinya sesak dan aquamarinenya memanas. Entah dosa apa yang telah Ia lakukan sampai Tuhan menghukumnya sesakit ini. Lagi-lagi Ino tersenyum miris.

1

Sepi. Sangat sepi. Ino masih berguling di ranjangnya, bermalas-malasan. Ini malam minggu, harusnya Ia menghabiskan waktu di luar dengan Choji atau Sakura atau pun sahabatnya yang lain. Tapi, tidak, hujan di luar membuatnya malas, ditambah ayahnya yang sedang tak di rumah membuatnya harus menghabiskan malam itu sendiri.

Ino tak suka sendiri, semua tahu itu. Pribadinya ceria, walau sedikit cerewet, sedikit bossy, tapi mudah untuk menjadikan Ino teman. Ino pribadi yang manja, Ia sendiri mengakui itu. Salahkan Ayahnya yang selalu menuruti semua keinginan putri satu-satunya itu. Tapi toh tak apa, selain ayahnya Ino punya beberapa sahabat yang akan selalu membantu Ino.

Suara ketukan samar terdengar, membuat Ino menyibak selimut, menajamkan pendengaran, sungguh, siapa yang berkunjung di tengah hujan begini. Suara ketukan itu semakin tinggi, bahkan samar terdengar seruan memanggil namanya. Dengan enggan, Ino menarik tubuhnya, berjalan menuju pintu, Ia sempat mengecek lewat jendela untuk kemudian berlari segera membuka pintu rumahnya

"SHIKA" Ino menjerit, demi menyaksikan sahabatnya tengah berdiri di sana, tertawa, sambil merentangkan tangan untuk selanjutnya menangkap tubuh Ino dalam sebuah pelukan.

"Miss you so much, Shika" Ino berbisik, terdengar tawa dari pria yang dipeluknya "Miss you too, Ino. But not that much" sontak Ino melepas pelukan, menatap pria depannya dengan wajah cemberut. Namun, hanya beberapa detik wajah cemberut Ino terganti dengan senyuman, menggamit lengan sahabatnya, menariknya masuk.

"Kapan kau pulang?" Keduanya terduduk di ruang tamu, Shikamaru melepaskan jaket yang semakin berat di tubuhnya karena air hujan "Shika kau basah" Ino menjerit pelan, selanjutnya menghilang dan kembali dengan beberapa handuk tebal "Keringkan dengan ini, nanti kau sakit. Apa kau ingin mandi atau baju baru kering. Aku-"

"Tak usah Ino, handuk ini cukup. Aku tak begitu basah, jaket ini melindungiku" Ino menghembuskan nafas pelan, lalu tersenyum menyadari jaket yang dikenakan Shikamaru adalah hadiah ulang tahun dari Ino yang ke 17 kemarin.

"Jadi kapan kau pulang, shika?" Ino mengulang pertanyaannya, gadis itu duduk disamping shikamaru yang tengah sibuk mengeringkan pakaiannya "Tadi pagi, harusnya aku masih di tempat tidur, tapi Ibuku khawatir, katanya kau sedang sendiri jadi aku disuruh ke sini" Tanpa Shikamaru sadari jawabannya, sedikit banyak membuat perempuan di depannya kesal. Jadi shikamaru datang bukan karena rindu Ino, hanya karena disuruh ibunya. Tak tahukah pria ini, bagaimana hari-hari berat penuh rindu yang dilaluinya. Batin Ino.

Fate or DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang