Chap_19

1.3K 209 16
                                    

Wilayah Keluarga Ageratum.

Kastil Ageratum.

Di Kamar.

Trein sedang mengganti pakaiannya dengan setelan tuxedo biru dengan jubah setengah terlampir di pundaknya berwarna putih. Kerah putih ia rapikan membentuk dasi ala bangsawan tinggi menghadiri acara penting.

Menatap cukup lama pantulan dirinya di cermin. Trein menghela nafas lelah sambil mengusap rambutnya kebelakang.

'Aku benci menghadiri upacara suksesi. Tapi mau bagaimana lagi.' Keluh Trein berbalik dan berjalan keluar dari kamarnya.

Berjalan sepanjang melewati lorong-lorong menuju aula utama dimana para tamu bangsawan menerima undangan telah tiba untuk melihat upacara suksesi yang diadakan oleh keluarga Ageratum.

Saat ia tiba di aula utama. Suasana tampak ramai. Diantara keramaian, terdapat tamu undangan dari keluarga lainnya yang telah tiba. Juga beberapa diantara mereka, terdapat saudara-saudara Trein yang bergabung dalam kerumunan. Sebentar lagi ia yakin, pasti mereka akan berkurang setengahnya atau mungkin akan mati dalam tes upacara suksesi.

'Aku jadi penasaran apakah dia akan hadir dalam acara ini?' Pikir Trein seketika mengingat Chasel.

Seseorang menyenggol pundaknya hingga ia tersadar. Tak perlu ia menoleh, dirinya tahu siapa orang yang berani menyentuhnya.

"Bersemangatlah." Sesosok perempuan berpenampilan mirip dengan Trein namun manik mata hijau berlian tampak bergeling. Jemari lentiknya menggoyangkan gelas berisi minuman anggur. "Selagi masih bisa menikmati makanan dan minuman dengan tenang. Siapa yang tahu akhir dari upacara seleksi yang menanti kita disana." Lanjutnya sambil meminum dengan anggun.

Menghembuskan nafas lelah, "Kamu terlalu santai seperti biasanya." Kata Trein sambil melipat tangannya didepan dada. Memandang kedepan dimana banyak orang sedang berbincang, makan dan minum.

Gadis itu hanya terkekeh mendengar ucapan Trein. Kemudian dagunya ia angkat naik ketika suatu hal menarik perhatiannya.

"Lihat disana. Bukankah itu utusan keluarga Rosa Hybrida. Sepertinya itu hanya utusan biasa bukan calon pewaris. Sayang sekali, aku jadi tidak dapat melihat wajahnya."

Trein juga memandang kearah yang ditujukan oleh gadis tersebut. "Keluarga mereka terlalu berhati-hati terhadap dunia luar." Balasnya singkat.

Mengalihkan pandangannya, Trein lebih tertarik dengan sosok bersurai pink dengan manik mata ungu amesty.

"Aku lebih tertarik dengannya. Sangat jarang dia mau muncul di acara seperti ini. Aku tidak tahu apa tujuannya." Lanjut Trein memperhatikan pria seumuran dengannya sedang berbincang dengan salah satu saudaranya yang lain dan terlihat tertawa. Entah apa yang mereka bicarakan.

Gadis itu bersiul melihat pahatan wajah sosok yang diperhatikan oleh Trein. Sangat mulus layaknya boneka porselen terbaik. "Tidak kusangka wajahnya sangat tampan."

Trein mendecih jijik mendengar ucapan saudara perempuannya. "Jangan tertipu dengan wajahnya. Dengar-dengar, tidak ada yang tahu wajah aslinya. Lebih baik kamu berhati-hati."

Merasa diperhatikan oleh seseorang. Sosok yang sedang di singgung oleh Trein menoleh dan melirik kearah Trein dan melempar senyuman kecil kearahnya yang dibalas tatapan dingin.

Gadis itu malah tersenyum, "Apa kamu khawatir denganku, kak?"

Seketika wajah Trein terkejut. Menatap geram kearah sang gadis yang tersenyum menggoda kearahnya. "Omong kosong apa yang kamu katakan itu! Jangan menyimpulkan hal bodoh seperti itu." Setelah mengatakannya, Trein pergi meninggalkan sang gadis yang tertawa senang. Bisa ia lihat jika ujung telinga Trein tampak merona.

Prince Sick But He Severed the Red ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang