Chap_24

859 132 16
                                    

Diseberang labirin. Elodie sedang bersembunyi dibelakang batu besar. Suara-suara mengoyak daging dibelakangnya tampak menemani dirinya bersembunyi dari predator mengerikan. Elodie menatap pantulan monster besar yang memakan saudara-saudara lainnya dari genangan darah disamping kakinya. Ekspresi wajahnya sungguh pucat pasi, bahkan ia tidak memiliki semangat lagi untuk kabur.

'Kenapa disini ada monster Malapetaka. Dengan kekuatanku saat ini, aku tidak bisa menghadapinya.' Pikir Elodie kalut.

Apa yang dipikirkan oleh ayahnya hingga menggunakan monster mengerikan seperti ini sebagai sarana pertempuran didalam labirin? Bukankah itu berarti bahwa ayahnya menginginkan semua keturunan Ageratum terkubur disini menjadi santapan para mahluk terkutuk ini!

Bekerjasama dengan mahluk Malapetaka adalah sebuah dosa yang teramat besar. Di kekaisaran Imperion, barang siapapun yang terlibat dengan Malapetaka akan dijatuhi hukuman mati, itupun hukuman yang terbilang murah hati didunia kejam seperti ini.

Tapi kenapa kepala keluarga Ageratum terlibat dengannya? Seburuk-buruk tindakan kejinya, ia tidak akan bekerjasama dengan mahluk menjijikkan bernama Malapetaka.

Elodie memikirkan campur tangan seseorang.

Tapi semua pikirannya terhenti ketika melihat bayangan hitam menutupi tubuhnya. Dia mendongak dan melihat monster malapetaka menatap dirinya, seolah menemukan mangsa baru.

"Sial." Keluhnya dengan ekspresi pucat.

Kemudian ia berlari menjauh dengan cepat tanpa memperdulikan reaksi monster tersebut.

Groar!

Monster tersebut tampak marah melihat Elodie berusaha kabur. Darah segar di antara taringnya tampak semakin mengerikan, ditambah dengan kapak besar di kedua tangannya.

Tanah bergetar akibat guncangan dari monster tersebut yang berlari mengejar Elodie yang tampak panik melarikan diri. Tentu saja ia tidak sekuat Trein, kakaknya yang merupakan produk terbaik keluarga Ageratum dalam mengembangkan seorang penyihir.

"Jangan kemari brengsek." Nah, kata makian pun keluar. Biasanya dikalangan wanita bangsawan dilarang menggunakan kata tidak sopan seperti itu untuk menjaga wajah mereka. Namun, Elodie adalah wanita bangsawan yang tidak perduli dengan wajah. Situasi saat ini pun tidak mendukung kata-kata sopan.

"Lightning bolt!"

Petir menyambar dari cambuk Elodie menuju monster tersebut. Sayangnya serangan tersebut tidak berpengaruh sedikitpun pada gerakan monster tersebut.

Monster banteng yang merasa manusia didepannya menyerang dirinya, tampak marah dan mengayunkan kapak besarnya membentur tanah disekitar menyebabkan pijakan kaki Elodie teruncang.

Dalam hati Elodie yang panik. Jika ia terjatuh tersungkur. Maka ia tidak akan sempat membalas serangan monster banteng tersebut. Memejamkan matanya, bersiap menerima hal terburuk yang mungkin terjadi padanya.

'Kakak....'

"Lyion!!"

Seekor macan tutul putih berbintik hitam melompat melewati Elodie yang tersungkur di tanah. Bergegas menepis tangan monster banteng tersebut dan menggigit tangan monster yang memegang senjata menjatuhkan senjatanya. Hingga monster tersebut terdorong kebelakang.

Mengambil kesempatan tersebut. Trein bergegas menarik Elodie dan memeriksa dengan teliti. Setelah memastikan tidak ada luka ditubuh adiknya, Trein menghela nafas lega.

Elodie memandang Trein dengan mata berkaca-kaca. "Kenapa baru datang!?" Keluhnya sambil memukul pundak Trein.

"Maaf, maaf. Mencari lokasimu termasuk sulit. Labirin ini sangat luas, banyak monster yang aku temui selama menuju kemari. Terlebih, manaku setiap menit terkikis secara perlahan." Trein menepuk kepala Elodie dengan lembut, bermaksud menenangkan adiknya yang menangis ketakutan akan kematiannya.

Prince Sick But He Severed the Red ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang