BAB 3. Milk Tea Boba

155 19 0
                                    

Siang hari yang panas di kampus, terlihat Varo dan ke 3 sahabatnya tengah duduk santai dikantin.

" bagaimana dengan kuliah kalian hari ini? "

" tidak buruk, kami cukup sibuk hari ini. "

" lalu, bagaimana denganmu Varo? Kau lebih banyak diam hari ini, meskipun setiap harinya memang seperti ini tapi aku yakin ada sesuatu yang mengganggu pikiran mu"

" tidak ada, aku hanya malas membuka mulut."

Varo tetap dengan pandangan nya yang kosong dan ke 3 sahabatnya yang lain kembali berbincang.

" apa sebenarnya tujuan gadis itu, dia terus saja berlarian di kepalaku. Benar-benar gadis gila" gumam Varo dalam hatinya, selang beberapa saat pandangan nya terfokus kan pada satu sosok gadis yang ia pikirkan saat ini. Siapa lagi kalau bukan Bertha. Bertha tidak sendiri, dia bersama dengan satu sahabatnya Jaen (irin).

" kau tidak ingin memesan yang lain? Lagi-lagi kau mengonsumsi minuman manis, aku yakin gulanya pasti 100% " ucap Jaen.

" ini kesukaan ku, jadi wajar kalau aku terus memesannya. Dan ya, coba ceritakan sosok pria tampan yang kau sukai itu. Aku ingin tau seperti apa pria yang mampu memikat hati sahabat ku satu-satunya ini"

" dia tampan, tinggi dan sexy. Dia satu kelas denganmu Bertha. Aku tidak tau namanya tapi dia paling tampan diantara yang lain" lanjutnya sembari membayangkan wajah pria yang ia bicarakan.

" kau yakin? Masalahnya tidak ada pria tampan di kelasku Jaen. " Bertha membalas tanpa beban.

" aku sudah memastikannya dan memang benar dia teman kelasmu. Aku akan menunjukkan fotonya, dan kau bantu aku untuk mencari tau siapa namanya" Jaen pun menunjukkan satu foto pria yang ia maksud, saat melihat foto itu Bertha seperti tidak asing.

" dia teman ku, kau menyukai nya? " suara Varo tiba-tiba terdengar tepat dibelakang Bertha dan Jaen.

" kau? " tanya Bertha terkejut.

" benarkah dia temanmu, tolong beritahu aku siapa namanya " pinta Jaen dengan senyum manisnya.

" Neil, kemarilah" tidak bisa berkata-kata lagi Jaen benar-benar terkejut dengan tindakan Varo yang tiba-tiba memanggi Neil.

" ada apa? Hai Bertha, apa dia melakukan kesalahan lagi? " tanya Neil setelah tiba disamping Varo.

" tidak bodoh, dengarkan dulu. Ada yang menyukaimu, ntah apa yang ia sukai dari pria seperti mu tapi cobalah untuk berbincang degannya " ucap Varo sembari mendekatkan Neil dan Jaen.

Ke 2 nya pun berbincang meskipun sedikit canggung tapi terlihat menyenangkan. Sedangkan disisi lain Varo duduk tepat samping Bertha dengan posisi menghadap pada Bertha. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Varo, dia hanya diam dan memandang Bertha.

" apa yang kau lihat? Aku tau, kau pasti menyukaiku kan? Sudah ku duga"

" gadis idiot, siapa yang akan menyukai gadis gila sepertimu. Aku hanya melihat orang aneh dan menyebalkan yang pernah ada dimuka bumi ini. Ntah Tuhan menciptakan mu dengan apa sampai bisa seperti ini"

" kau.. "

" apa? Ingin memukulku? Selain menyebalkan ternyata kau juga gadis yang kasar"

" kau akan pergi sendiri atau ku seret? Pergi atau aku akan... " belum sempat Bertha menyelesaikan ucapannya, Varo beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Bertha.

*****

Waktu berjalan begitu lambat, dan sekarang jam masih menunjukkan pukul 5 sore. Seperti biasa Varo akan duduk sendirian menikmati indahnya senja. Hanya ditemani dengan kopi dan satu bungkus rokok.

" Tuhan, apa kau bercanda? Kenapa hidupku hanya seperti ini saja setiap hari nya? Membosankan, aku sakit setiap hari dan aku bahagia dibeberapa saat saja. Dan kenapa hanya saat melihat senja aku merasa tenang? Apa kau tidak menciptakan sesuatu yang indah sepertinya? Atau lebih indah? Aku ingin memiliki nya dihidupku"

" teruslah bersyukur, karena apapun yang kau inginkan itu akan diukur seberapa banyak kau mensyukurinya. Kau mencari sesuatu yang lebih indah dari senja? Aku rasa tidak ada. Senja yang terindah " Varo sedikit menjauhkan diri saat Bertha mulai duduk disamping nya. Tampa membalas kembali ucapan Bertha, ia hanya diam dan menghisap sisa rokoknya.

" kenapa menjauh? Kau jijik padaku? " tanya Bertha sembari menggeser tumbuhnya supaya lebih dekat dengan Varo. Lagi-lagi tidak ada jawaban dari orang yang ia ajak bicara. Varo segera mematikan rokok yang ia hisap dan meniup-niup Asap yang tersisa.

" kenapa kau kemari? Kalau kau memang sudah setiap sore pergi ke pantai tidak bisakah kau untuk jangan menghampiri ku? Biarkan aku sendirian. "

" tidak bisa, aku ingin lebih dekat denganmu. Aku ingin menjadi temanmu "

" aku sudah mempunyai 3 teman baik, aku tidak butuh lebih dari itu. "

" bagaimana kalau adik? " tawar Bertha dengan memasang wajah menggemaskan.

" aku juga sudah memiliki nya, adikku juga wanita. Aku tidak butuh keluarga tambahan "

" mungkin kekasih? "

"...... "

******

" dimana Varo? Sudah jam 9 malam, kenapa dia masih belum pulang? " tanya tuan Daw pada setiap orang yang ada di rumah nya.

" mungkin dia berkencan, tidak perlu khawatir ayah. Dia laki-laki sudah tentu bisa menjaga dirinya sendiri " balasan itu terdengar dari seorang laki-laki tampan yang tidak lain adalah kakak laki-laki Varo, Leo Agastya.
Satu keluarga tengah berkumpul bersama malam ini, tapi tidak dengan Varo. Kemana dia? Apa dia masih dipantai?.

" terimakasih, dan maaf merepotkan " ucap Bertha yang kini sudah berada didepan gerbang rumahnya bersama dengan Varo.

"tentu, kau sangat merepotkan tapi aku juga tidak sejahat itu untuk meninggalkan mu sendiri. Masuklah "

" dasar Alien, kau tidak ingin mampir? "

" tidak perlu, sampaikan saja salamku pada paman dan bibi. Kau masuk dan aku akan pergi "

" kau pergilah lebih dulu, setelah itu aku akan masuk" tanpa mengeluarkan sepatah katapun akhirnya Varo masuk kedalam mobilnya dan pergi begitu saja.

" benar-benar pria yang aneh. " gerutu Bertha sembari berjalan masuk kedalam rumahnya.

Ditengah perjalanan Varo ia tidak sengaja melihat satu minuman, dan sudah bisa dipastikan bahwa minuman itu adalah milik Bertha.

" milk tea boba? " dengan ragu Varo mencicipi milk tea milik Bertha, " aakhhh.. Manis sekali, aku akan diabetes kalau meminum racun ini setiap hari. Gadis itu benar-benar gila, dia mengonsumsi gula sebanyak ini padahal dirinya sudah semanis itu" Varo terdiam sejenak mencerna ucapan nya tadi.

" apa ini, pasti aku sedang mabuk tapi aku tidak minum. Mungkin aku masuk angin sampai bicara aneh seperti itu. Tapi aku didalam mobil, arkhhhh.. Mungkin angin duduk, bisa saja kan? Aku tidak benar-benar sadar mengatakan hal itu tadi" gerutunya tanpa henti.

Varo mengamati milk tea boba ditangannya. Sembari bergumam, " milk tea boba? Dia mungkin menyukai sesuatu yang manis, tapi itu tidak baik untuk kesehatan nya kan? Tapi, kenapa aku peduli? "

LOVE IN THE SHANDOWS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang