BAB 18. Regret

145 21 3
                                    

2 hari berlalu sejak kejadian kala itu, Varo yang diceritakan apa yang terjadi sontak terkejut dan hanya memikirkan Bertha, ia berpikir mungkin ini bukan untuk kali kedua Bertha melihat nya dan Olivia seperti itu.

Varo berusaha untuk menemui Bertha tapi ia tidak pernah menemukannya, bahkan saat Varo datang ke rumahnya ia kembali mendapatkan jawaban tak pasti, ' dia kembali pergi pagi-pagi sekali hari ini '. Saat malam pun ia hanya mendapatkan jawaban ' dia menginap dirumah temannya ' tapi, Varo tidak menyerah untuk menemukan Bertha, ia mencari tau rumah Jaen dan Noe Karena hanya merekalah sahabat Bertha yang ia ketahui. Tapi semua usahanya sia-sia, gadis itu benar-benar hilang tanpa jejak.

" kemana perginya kau Bertha, aku benar-benar menyesal atas semua lukamu " gumamnya.

2 hari setelahnya adalah hari kelulusan mereka, acara berjalan dengan baik dan semua mahasiswa saling berfoto dengan teman dan keluarga mereka. Begitupun dengan Varo,
" kami pulang lebih dulu, kau habiskan waktu mu dengan teman-teman mu " ucap nyonya Mind pada putranya.

" baiklah, sampailah dirumah dengan selamat ibu " ucap Varo pada ibunya yang mulai mamasuki mobilnya.

" Varo, kemarilah " mendengar teriakan dari Neil, Varo segera melangkah dan bergabung. Mereka berfoto bersama dan tertawa bersama sebelum benar-benar berpisah karena besok Hayden akan langsung terbang ke London dan Varo akan ke New York. Rumah sakit peninggalan kakeknya ada di New York, tempat dimana kakaknya berada sekarang.

" kau tidak ingin menemui nya walau hanya sekali sebelum kau meninggalkan negara ini? " tanya Neil pada Varo yang terdiam pasrah.

" ntahlah, aku sudah mencarinya setiap hari tapi tidak ada hasil " jawab Varo lesu.

" pergi ke bawah pohon besar itu, dia ada disana bersama Jaen dan Noe. Pergi sebelum terlambat " ucap Neil yang membuat Varo berlari tak sabar.

Benar yang sahabatnya katakan, gadis itu ada disana tengah sibuk berfoto dengan teman-teman nya. Perlahan Varo mulai melangkah dan berhenti tidak jauh dari tempat Bertha berdiri.

" lihat lah siapa yang datang " ucap Jaen sambil membalikkan tubuh sahabatnya. Bertha terpaku melihat seseorang didepannya, matanya pun mulai memanas dan ingatannya tentang malam itu kembali terlihat.

" berbincang dengan nya, kami akan pergi " ucap Noe yang mulai melangkah meninggalkan Bertha sendiri.

" selamat atas kelulusan mu " Varo membuka suara dan hanya mendapat respon anggukan dari Bertha.

" maaf " tambahnya sambil menundukkan pandangnya.

" maaf? Untuk apa? "

" untuk rasa sakit dan ketidakpastian yang ku berikan "

" tapi kau tidak tau apa arti penyesalan, jadi jangan meminta maaf "

Varo mulai menangis dan begitu juga dengan Bertha. Mereka berperang dengan hati dan pikiran mereka saat ini.

" tapi, jujur saja aku tidak ingin kamu dimiliki orang lain " Ucap Varo sambil menatap nanar gadis di depannya.

" tapi kau juga enggan untuk memiliki ku" jawab Bertha memberi jeda, " aku berusaha memaklumi mu karena manusia itu berbeda. Aku ingin berupaya maksimal, sebab aku yang memilih untuk menyukaimu. Namun, toleransi tak pantas untuk kau yang tak menghargaiku. Kau tak pantas mendapatkan pengertian ku " lanjutnya dengan isak tangis yang semakin kuat.

" kau menyukaiku? " tanya Varo memastikan apa yang ia dengar bukanlah kesalahan.

" ya, aku menyukaimu tapi, sekarang hatiku... " Bertha kembali menjeda kalimat nya dan menelan saliva nya dengan kasar, " hatiku sakit sekali, sehingga aku tidak bisa menyukaimu lagi "

LOVE IN THE SHANDOWS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang