Setiap orang ada masanya dan people come and go itu nyata. Jangan terlalu berharap dengan yang kita anggap selamanya, bisa saja itu akan menjadi yang paling singkat.
Hari yang cerah dan cuaca yang tidak begitu panas. Terlihat Varo sedang sibuk dengan bukunya sedangkan ke 3 sahabatnya asik berbincang. Mereka berada di satu cafe, dimana cafe itu adalah cafe langganan mereka sedari kecil. Orang tua mereka yang lebih dulu menjadikan cafe itu basecamp.
" apa yang sedang kau pelajari Varo? Sedangkan Nay dan Hayden hanya diam dan membicarakan orang lain. Kau mempersiapkan diri untuk semester ini? " pertanyaan Neil tidak terjawab selama beberapa detik, karena orang yang ia beri pertanyaan masih sibuk dengan buku yang ia pegang.
" aku harus belajar sangat keras, dan ini bukan kali pertama aku seperti ini. " balas Varo datar.
" Are you obsessed with grades?" pertanyaan itu berasal dari meja sebelah. Bukan hanya Varo, ke 3 sahabatnya pun terkejut dengan pertanyaan itu. Bagaimana tidak, itu pertanyaan yang paling tidak disukai oleh Varo. Bahkan mereka sempat bertengkar karena hal itu.
" kenapa? Aku hanya bertanya, aku lihat kau benar-benar bekerja keras untuk semester ini tapi mungkin di semester sebelumnya juga. Lalu apa alasanmu sampai seperti itu? "Varo beranjak dari tempat duduknya dan mendekati narasumber itu yang tidak lain adalah Bertha. Gadis keramat yang menyebalkan menurut Varo.
" Tuhan, selamatkan Bertha " gumam Naymira sembari menyatukan tangannya.
" Hey Varo, apa yang kau lakukan. Sebaiknya kita duduk dan berbincang dengan tenang, benar kan Bertha? " Neil ikut beranjak dan menempatkan diri ditengah-tengah keduanya.
" ingin pergi sendiri atau harus ku angkat? " pertanyaan Varo membuat Neil mundur. Sedangkan Bertha hanya diam hingga tubuhnya dan juga Varo begitu dekat.
" kau berhak bertanya apapun padaku, dan aku juga berhak untuk tidak menjawab pertanyaan darimu. Jadi, kembali ke tempat mu dan jangan mengganggu ku" ucap Varo pelan.
" tapi kenapa kau tidak ingin menjawab? "
" kau bertanya karena kau ingin tau bukan? Jadi, aku tidak ingin menjawab karena aku tidak ingin memberitahu siapapun, termasuk dirimu. Jangan mencoba untuk mengenalku lebih jauh, itu tidak ada gunanya" Varo kembali duduk ke tempatnya setelah menyelesaikan ucapannya. Sedangkan Bertha hanya diam terpaku. Tanpa memberi pertanyaan lagi, Bertha pun kembali ketempat duduknya. Dia tidak sendiri, kali ini ber 3. Ada jaen dan juga Noe (Nop) yang tidak lain adalah sahabat Bertha.
" sudah, jangan menekuk wajahmu seperti itu. Minumlah milk tea boba mu supaya kau kembali berenergi. " ucap Noe sembari menyodorkan milk tea boba yang ia beli untuk Bertha. Bertha menerimanya dengan baik dan juga meminumnya dengan rakus. Sedangkan di sisi lain ada Varo yang diam-diam memperhatikan Bertha.
" dia meminum milk tea carun itu. Apakah dia ingin mati muda? Gadis aneh" gumamnya.
" kalau boleh tau, siapa pria tadi? "
" bukan siapa-siapa, bahkan kami tidak berteman. Aku yang memaksakan diri untuk mengenalnya tapi ternyata itu tidak semudah yang ku pikirkan. "
" lalu, kau kenapa tersenyum sembari menatap mereka Jaen? " tanya Noe pada Jaen yang fokus pada satu arah dan terus tersenyum.
" aku tidak menatap mereka tapi, aku menatap salah satu dari mereka. Pria yang berkemeja biru itu, tampan bukan? " balas Jaen dengan masih terus tersenyum.
" lumayan, tapi bukankah lebih tampan pria yang berbincang dengan Bertha tadi? Aku juga merasa kami sama tampannya " Bertha tertawa mendengar ucapan Noe yang menyamakan dirinya dengan Varo.
" kau gila? Varo bahkan 1000% lebih tampan darimu, bagaimana bisa kau mengatakan kalau kalian sama, benar-benar gila" mereka ber 3 tertawa bersama dengan masih terus membicarakan Varo dan ke 3 sahabatnya.
Selang beberapa menit mereka ber 3 dikejutkan oleh satu botol air mineral yang diletakkan di meja mereka oleh Varo.
" jangan terlalu banyak mengonsumsi gula atau minuman manis, perbanyak minum air mineral. Jaga kesehatan mu selagi masih muda" ucap Varo yang langsung kembali ke tempatnya. Bertha hanya diam menatap air mineral itu sedangkan Noe dan Jaen saling menatap satu sama lain dan memberikan senyuman menggoda.
" uhukkk... Aku butuh air mineral, seperti nya aku dehidrasi Noe"
" apa perlu ku bawakan satu galon? Aku akan memberikan air mineral sebanyak yang kau butuhkan Jaen karena aku sahabat mu tapi kalau bukan teman mana mungkin ada yang se peduli itu, benar kan? Apa jangan-jangan... "
" apa? Kami memang tidak berteman, berhenti menggoda ku" Jaen dan Noe tertawa melihat Bertha tersipu malu. Bahkan pipinya terlihat sangat merah.
" apa sebenarnya yang Alien itu rencanakan? " gumamnya.
*****
Waktu menunjukkan pukul 10 malam, terlihat ayah dan ibu Varo tengah menonton film bersama.
" darimana saja kau? " tanya tuan Daw tanpa menoleh pada Varo.
" aku seharian bersama dengan Neil, Nay dan Hayden ayah."
" kau tidak tau waktu, kau hanya sibuk berkumpul dengan teman-teman mu dan tidak pernah belajar"
" ayah, aku berkumpul dengan mereka bukan hanya untuk bersenang-senang tapi.. "
" masuk dan belajar hingga kau muak, jangan sampai kau mempermalukan keluarga kita di semester ini" tanpa menjawab kembali ucapan ayahnya, Varo segera menaiki tangga menuju kamarnya.
" brengsek, dia kira siapa dia? Tuhan? Dosen? Atau malaikat? Aku serasa dibunuh tapi tidak mati. Kapan ini berakhir, semuanya terus terjadi mulai dari aku masih Sekolah Dasar. " dengan perasaan kesal, Varo membersihkan dirinya dan menenangkan pikirannya dengan berendam dikamar mandi. Hanya diam dan memejamkan mata karena untuk menangis sepertinya sudah tidak bisa lagi.
" nenek, aku merindukanmu. Biasanya saat aku seperti ini kau selalu menghiburku dan membelaku. Tapi sekarang, aku harus menghadapinya sendirian nek" ucapnya sambil memukul-mukul kepalanya. Menyakitkan jika kita dituntut untuk menjadi seperti orang lain.
Bertha POV
Semakin lama aku semakin sulit untuk mengenal Varo, dia orang yang susah ditebak, dia juga orang yang memiliki banyak rahasia. Aku semacam melihat tuntutan untuk menjadi sempurna dan fokus pada diri sendiri di dalam dirinya. Aku sempat bertanya kenapa dia sekeras itu untuk ujian, padahal dia orang yang pintar dan berprestasi menurut mahasiswa di Fakultas yang sama dengannya. Dia juga memberikan tindakan yang membuatku terkejut akhir-akhir ini, seperti peduli padaku tapi selang beberapa detik dia kembali menjadi kejam. Sepertinya memang tidak mudah mendekati orang sepertinya. Terakhir kali dia mengatakan " jangan terlalu mengedepankan apa yang kau inginkan, tetaplah sehat dan ganggu aku. Kurangi gula dalam milk tea boba yang biasa kau minum, mengerti? " aku sempat diam beberapa detik untuk mencerna ucapannya " tetaplah sehat dan ganggu aku" apa maksdunya? Apa dia menyukai ku dan ingin berteman denganku tapi dia malu untuk mengakuinya? Aku dibuat pening olehnya tapi itu menarik. Aku akan terus berusaha untuk mengenalnya lebih jauh, kalau bisa sejauh mungkin. Aku juga ingin berterimakasih pada milk tea boba karena dia aku mendapatkan keperdulian dari seorang Alvaro Agastya.
Up tiap senin. Tp, ga selalu double up ya, author ada sedikit kesibukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IN THE SHANDOWS (END)
Roman d'amourDia Alvaro, Alvaro Agastya laki-laki yang masih berusia 22thn. Anak ke 2 dari keluarga terhormat, memiliki seorang kakak laki-laki dan adik perempuan. Dia sosok yang mandiri tapi keras kepala, Bangkok adalah tanah kelahirannya. Dia di kenal dengan...