BAB 7. Kedekatan

161 17 0
                                    

Malam hari yang dingin dan sibuk di rumah sakit. Terlihat Varo berlarian kesana kemari untuk memeriksa beberapa pasien, hari ini adalah musim hujan dan tidak sedikit orang yang mengalami kecelakaan karena buruknya penglihatan saat berkendara.

" baru magang saja sudah sesibuk ini, bagaimana saat jadi dokter sungguhan nanti " gumam Varo yang sedang melepaskan pakaian dinas nya.

Jam menunjukkan pukul 12 malam, sudah sangat larut dan Varo akhirnya diperbolehkan pulang. Saat hendak masuk kedalam mobilnya ia tidak sengaja melihat satu pasien yang sangat ia kenal, pasien itu Bertha. Terlihat dia tengah dibopong oleh seorang pria.

" Bertha.. " teriaknya sembari berlari menyusul Bertha. Saat tiba di ruang pemeriksaan Varo segera mengambil alih tugas dokter yang seharusnya memeriksa Bertha, sedangkan Bertha sendiri masih menderu kesakitan dibagian perutnya.

" dia kenapa? " tanya Varo pada pria disamping nya yang tidak lain adalah Noe sahabat Bertha, bukan hanya Noe tapi ada Jaen juga disana.

" saat bersantai dibar dan berbincang tiba-tiba saja Bertha mengeluh kesakitan dibagian perutnya, tolong periksa dengan baik" ucap Noe yang mendapat respon anggukan dari Varo.

" apa bagian ini terasa sakit? " tanya Varo pada Bertha yang menggelengkan kepalanya dengan cepat.

" kalau ini? " Bertha menjerit saat Varo sedikit menekan perutnya dibagian kanan, rasanya seperti diinjak-injak.

" hey, kenapa malah menyakitinya, kau ini dokter atau psikopat ha? " ucap Noe tegas.

" dia mengalami sakit dibagian kanan dan itu menunjukkan kalau dia mengalami sembelit " jelas Varo membuat Jaen tidak kuat menahan tawa saat mendengar sahabatnya hanya sembelit padahal mereka sudah sepanik itu.

" hahaha sialan kau Bertha, kau membuat kami keringat dingin"

" mana ku tau Jaen, berhenti menertawakan ku" Varo ikut terkekeh dibuatnya begitu pula dengan Noe.

" kau yakin hanya sembelit? Tapi ini sakit sekali "

" kau tidak buang air besar berapa hari? "

" tidak lama, sekitar 1 pekan" Varo semakin tertawa mendengar pernyataan Bertha sedangkan Bertha sendiri hanya mengerutkan bibirnya dan menahan sakit.

" aku akan memberimu resep obat untuk ditebus, jaga kesehatan mu Bertha " pesan Varo yang mulai meninggalkan Bertha dan ke 2 sahabatnya.
Bertha terdiam dan melupakan sakitnya, hanya rasa maulu yang ia rasakan sekarang tapi, ada satu hal yang ia pikirkan ' Alvaro terlihat begitu panik kan? '

*****

" bagaimana denganmu? Sudah lebih baik? "

" hmm, terimkasih "

Percakapan antara Varo dan Bertha berlangsung disebuah taman, suasana yang indah disore hari dan cuaca yang sejuk. Mereka bertemu kembali setelah 5 hari sejak Bertha dilarikan kerumah sakit.

" Al "

" ya? "

" kenapa kau terlihat begitu khawatir waktu itu? " Varo tertegun saat mendengar pertanyaan Bertha, ntah apa yang harus ia katakan untuk menjawab pertanyaan itu.

" itu.. Aku.. Tidak ada " jawab Varo gugup, Bertha bingung saat melihat Varo seperti orang linglung untuk pertama kalinya.

" kau malu untuk menjawab nya? Kau berkeringat " Varo menelan ludahnya saat mendapati wajah Bertha tepat didepannya.

" tidak.. Apa? Kenapa? Kenapa kau memiringkan kepalamu seperti itu? Kembali ke posisi mu " Bertha tertawa melihat Varo tersipu seperti itu, pipinya yang mulai memerah dan kepalanya yang tidak bisa diam melihat kekiri dan kekanan membuat nya terlihat begitu lucu dan menggemaskan dimata Bertha.

LOVE IN THE SHANDOWS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang