Chapter 44.

1.3K 179 10
                                    


. Happy Reading .

***

Sepanjang perjalanan pulang, Arsen maupun Alena tidak terlalu banyak bicara, bahkan Arsen mengeluarkan suaranya jika Alena yang bertanya. Entah apa yang cowok itu pikirkan.

Tiba di Jakarta, mereka harus kembali ke rumah Pak Arif terlebih dahulu, sama seperti ketika mereka berangkat.

Saat Arsen menggandeng tangan Alena, ia tak sengaja bertemu pandang dengan Erina, gadis itu membalas menatap Arsen dengan senyum tipis.

Namun Arsen tak peduli, dia sudah terlanjur kecewa dan marah, sebelum Erina melakukan hal gila semalam, dia sudah tidak suka dengan sifat gadis itu, di tambah kelakuannya tadi malam, menambah rasa muaknya.

Tak mau lagi melihat Erina, Arsen segera mengajak Alena pergi.

Arsen berdiri di samping Jupri yang sedang mengantri mengambil tas di bagasi. "Kamu baik-baik aja kan Sen?" Tanya Jupri.

"Gue baik-baik aja, makasih ya Pri. Untung ada lo."

"Syukurlah kalau kamu nggak apa-apa," Jupri bernapas lega lalu menepuk pundak Arsen sekali. "Kamu udah aku anggap seperti kakak sendiri. Jadi nggak mungkin aku biarin kamu di apa-apain sama cewek gila itu!" Jeda sejenak Jupri lebih dekat dengan Arsen sambil berbisik. "Tapi kamu beneran nggak main sama cewek gila itu kan? Pengaruh obatnya gimana?, susah di kendalikan?" Ujarnya.

Arsen mengerutkan kening. "Kok lo tau banget? Sering minum obat itu ya lo?" Sontak Jupri mendelik.

"Woo ngawur! Mana mungkin aku minum obat setan!" Sungut Jupri tak terima, tanpa sadar suaranya yang cukup besar mampu membuat beberapa orang menoleh ke mereka.

Arsen terkekeh geli. "Sorry bercanda. Tadi malam pengaruh obatnya memang bikin gue stres, makannya gue buru-buru masuk ke kamar. Sebelum gue lepas kendali dan cewek itu berhasil sama niat buruknya."

"Kenapa kamu nggak laporin?! Erina itu sekali-kali harus di kasih pelajaran. Kalau nggak di laporin bisa aja suatu saat nanti di lakuin lagi,"

"Nih." Jawab Arsen lalu memberi kode, menunjuk ke Alena.

Helaan napas keluar dari mulut Jupri. "Susah berurusan sama cewek berhati lembut kayak istrimu." Gerutunya sambil melirik Alena.

"Pri. Gue titip tas, tolong bawa dulu. Ntar malam gue ambil ke bengkel." Kata Arsen ketika giliran Jupri mengambil tasnya.

"Oke, aman." Jawab Jupri memberikan jempol.

"Loh. Kok di titipkan Jupri? Kita nggak langsung pulang?" Arsen hanya menggeleng.

"Kita mau kemana?" Tanya Alena mengikuti Arsen menghampiri motornya.

Cowok itu tersenyum sembari menggunakan helm ke kepala Alena. "Ck.. ngeselin! Selalu nggak mau kasih tau!" Sewot wanita itu menatap suaminya sinis.

Tak menggubris omelan istrinya, Arsen tetap diam enggan menjawab. Alena di belakang boncengan memanyunkan bibirnya sangking kesal, namun ia tetap memeluk Arsen ketika cowok itu sudah menjalankan motornya.

Semua pertanyaan dan rasa kesalnya perlahan memudar ketika Arsen menghentikan motornya di pemakaman umum, dia yakin Arsen akan mengajaknya ke makam orang tuanya. Waktu itu Arsen sudah berjanji namun janji itu belum juga tersampaikan.

Arsen mengandeng tangan Alena melewati beberapa gundukan tanah, lalu ia berhenti di sebuah gundukan yang terlihat bersih dan rapi.

Meskipun tidak di hiasi bunga, namun makam itu sangat mencolok dari pemakaman lainnya sepertinya makam itu sangat di rawat dan selalu di bersihkan.

𝗔𝗿𝘀𝗲𝗻𝗶𝗼 「𝙹𝚎𝚗𝚘 𝚡 𝙺𝚊𝚛𝚒𝚗𝚊 」 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang