Chapter 66.

818 149 4
                                    


•Happy Reading•

***

Wulan duduk bersama Alena di kursi belakang, ia terus memandangi wajah istri dari keponakannya ini. "Kamu cantik banget sih sayang, pantes aja Arsen sayangnya pake banget." Puji Wulan tulus, karena memang kenyataan Alena terlihat semakin terlihat cantik.

Apa mungkin dia sedang hamil, jadi aura wanita itu keluar.

"Makasih Tante, Tante juga cantik. Mungkin dulu waktu aku kecil kita sering ketemu, tapi aku lupa." Wulan terkekeh pelan tangannya mengusap punggung tangan Alena.

"Kamu ingat nggak, kalian bertiga sempat pernah beberapa kali bermain bareng. Waktu itu Zico suka jail sama kamu, akhirnya siapa yang marah?" Alena menggeleng, mencoba mengingat namun samar.

"Arsen yang marah, dia sampai getok kepala Zico pakai centong nasi karena gregetan." Wanita itu tertawa mengingat kejadian itu.

Zico yang menjadi bahan tertawa dua wanita cantik di mobil itu, hanya mendengus kesal. Sedangkan Tio tersenyum simpul, sungguh saat ini hatinya menghangat semoga setelah kembalinya Alena ke Arsen menambah kebahagiaan dirinya, sebab dia ingin Arsen bahagia.

"Ngomong-ngomong, gimana kandunganmu sehat kan sayang?" Wulan mengusap lembut perut Alena yang mulai terlihat sedikit.

"Alhamdulillah sehat Tante," Jawab Alena lagi dan masih tidak memberitahu soal kejadian beberapa hari yang lalu.

Setelah itu tak ada obrolan lagi, kini Alena menatap luar jendela. Hingga dia melihat sesuatu yang membuat air liurnya keluar, bahkan dia sampai membasahi bibirnya.

Andai saat ini ia bersama Arsen, sudah di pastikan dirinya akan merengek meminta makanan itu.

"Kamu pengin itu?" Sontak Alena menoleh menatap Tante Wulan.

Ternyata sedari tadi dia di perhatikan oleh wanita itu, makanya Wulan bisa tahu. "Emang boleh Tante?" Tanyanya.

"Zico berhenti sebentar." Interupsi sang Mama.

"Kenapa Ma?" Tanya Zico lewat kaca spion.

"Kamu turun, belikan Alena kue itu." Perintah Wulan.

"Kok aku?" Ujar Zico dengan tidak santai.

"Terus siapa? Mama..? Papa? Ya kamu lah," Zico membuang napas kadarnya.

"Suami siapa, yang belikan siapa." Dumel cowok itu sambil melepas sabuk pengamannya.

Plak!

"Udah jangan banyak protes, buruan beli keburu malam." Sentak Tio sambil menapol lengan putranya.

Meskipun malas dan sedikit tidak ikhlas, Zico turun dari mobil lalu berjalan ke penjual kue serabi bakar.

"Ck.. Antri lagi, harusnya nih kerjaan Arsen, bukan gue!" Gerutu Zico yang kesal karena ternyata antri panjang.

Cowok tampan namun terlihat dingin itu, memilih duduk sambil memainkan ponselnya, di dalam mobil Alena yang melihat begitu panjangnya antrian menjadi tidak enak.

Tapi mau bagaimana lagi, ini bukan keinginannya, namun keinginan anaknya.

"Maaf ya Tante, jadi ngerepotin." Kata Alena menatap sungkan pada Wulan.

"Nggak ada yang namanya ngerepotin, iya kan Mas?" Ujar Wulan meminta persetujuan sang suami.

Tio sedang fokus pada ponselnya mengurus pekerjaan pun menoleh kebelakang sekejap. "Iya, nggak ada yang ngerepotin demi cucu Om, karena itu cucu Mas Radi, berarti Cucu Om juga ya kan?" Alena tersenyum mengangguk pada pria itu.

𝗔𝗿𝘀𝗲𝗻𝗶𝗼 「𝙹𝚎𝚗𝚘 𝚡 𝙺𝚊𝚛𝚒𝚗𝚊 」 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang