Chapter 63.

693 120 7
                                    




.Happy Reading.

***

Kusuma dan Liana sedang makan malam hanya berdua, sedangkan Alena enggan turun dan bertemu Papanya.

"Alena gimana Ma? Masih nggak mau makan?" Tanya Kusuma tanpa melihat istrinya.

"Gimana mau makan, Papanya masih kayak gini?" Ujar Liana, Kusuma mengerutkan kening.

"Maksud Mama apa?"

"Izinkan Alena ketemu suaminya Pa, udahlah biarin mereka bersama aja. Ingat Pa, Alena sedang mengandung." Kusuma menatap Liana datar.

"Mama nggak usah ngatur! Papa tau yang terbaik untuk anak kita."

"Terbaik seperti apa maksud Papa?" Saut Liana.

"Stop Ma! Papa lagi nggak mau bertengkar, jadi Papa minta Mama nggak usah ikut campur urusan Papa,"

"Urusan Papa?!" Ucap Liana mengulang kata Kusuma, wanita itu mendengus kesal. "Urusan Papa, berarti urusan aku juga. Karena Alena bukan anak Papa aja, tapi anakku juga!"

Liana bangkit, selera makannya sudah hilang, meninggalkan Kusuma yang diam menatap punggung istrinya.

Di kamar, Alena menangis, dia mendengar semua pertengkaran Papa dan Mamanya, ia tak menyangka keluarganya akan seperti ini.

Tokk... Tokk..

Ketukan pintu dari luar membuat Alena segera menghapus air matanya, perlahan dia mendekati pintu lalu di bukanya, ada Mamanya yang datang membawa nampan berisi makanan, dan juga susu Ibu hamil.

"Makan dulu sayang, Mama udah buatin susu buat kamu." Alena diam namun menerima piring yang di sodorkan oleh Mamanya.

"Mama suapin ya?" Alena menggeleng, walaupun tak napsu tapi dirinya harus makan.

Liana menatap putrinya dengan sendu, ia menghela napas beratnya. Tangan kirinya naik mengusap pundak Alena. "Sabar ya sayang, Mama lagi berusaha membujuk Papa buat batalin perceraian kamu."

Alena mendongak menatap Mamanya. "Apa Mama menerima Arsen sebagai mantu Mama?" Liana tersenyum mengusap pipi sang putri.

"Jujur awalnya Mama nggak terima, tapi setelah Mama pikir dan melihat kamu begitu mencintai suami kamu. Mama mulai berpikir untuk jangan egois, sebagai orang tua. Kebahagiaan anaknya adalah yang utama, dan Mama mau kamu bahagia sayang. Cukup selama ini Mama salah menilai orang,"

Alena menunduk, jarinya memainkan cincin couple miliknya bersama Arsen yang dia dapat dari permainan pasar malam. "Tapi kenapa Papa sulit menerima Arsen, Ma. Kenapa Papa nggak suka sama Arsen? Padahal Arsen sumber kebahagiaan aku," Ucap Alena serak menahan tangis.

"Sabar ya sayang, Mama akan bantu sebisa Mama." Liana menarik pelan tubuh ringkih sang anak, ia mengusap punggung putrinya yang berguncang akibat menangis.

..

Di tempat lain, Arsen sedang merebahkan tubuhnya di kasur king size yang berada di kamarnya.

Arsen tidak pulang ke kontrakannya, Tio melarangnya pergi dari rumah itu lagi. Dan mau tak mau Arsen pun menurut.

Seperti yang di katakan Ana, kamarnya sama sekali tidak berubah. Hanya kain sprei yang sering di ganti.

Ingat sesuatu, Arsen bangkit dari tidurnya, dia membuka lemari lalu duduk di lantai, mengambil sebuah kotak yang dia simpan paling bawah.

Perlahan dia membuka kotak itu, ia tersenyum simpul. Isinya masih lengkap dan utuh, dia jadi tidak sabar memperlihatkan isi kotak ini ke Alena.

Menyimpan lagi kotak itu, Arsen memilih keluar dari kamar. Saat dia turun ke lantai bawah Arsen menghentikan langkah kakinya kala melihat wajah pria seumurannya yang juga memandanginya.

𝗔𝗿𝘀𝗲𝗻𝗶𝗼 「𝙹𝚎𝚗𝚘 𝚡 𝙺𝚊𝚛𝚒𝚗𝚊 」 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang