Chapter 09.

1.3K 180 2
                                    

▿▿▿

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

Happy Reading ◅

"Gimana? Enak nggak, atau lo nggak pernah makan di tempat kayak gini?"

"Enak kok, Ehmm belum sih.. " jawab Alena memberi senyum pada Arsen.

"Sorry, pasti lo nggak suka."

"Siapa bilang. Gue suka-suka aja kok, gue itu orangnya nggak pilih-pilih. Yang penting perut kenyang," ujar gadis itu tertawa geli.

"Syukurlah, lain kali kalau gue punya duit lebih. Kita bisa makan di tempat yang lebih enak," sendok yang sudah siap masuk kedalam mulut gadis itu menggantung di udara.

Ia sedang mencerna ucapan cowok itu, perkataan Arsen barusan membuatnya berbunga, itu tandanya suatu saat nanti ia bisa kembali bertemu dan makan bersama lagi.

"Kenapa nggak mau ya?"

"Mau.. Tapi lain kali biar gue yang traktir, itung-itung tanda terima kasih. Karena lo udah nolongin gue,"

Arsen mengulas senyum. "Nggak perlu, itu sudah kewajiban gue buat nolongin seseorang yang lagi butuh bantuan."

"Iya sih, tapi tetap aja. Gue mau berterima kasih,"

Arsen mengiyakan ajakan Alena, kini keduanya menikmati nasi goreng yang Arsen pesan, Alena terlihat begitu lahap.

Memang kebetulan juga, gadis itu belum makan. Tadi hanya makanan ringan yang Sella pesan.

"Lo sekarang sibuk apa?" gadis sedikit mendongak melihat Arsen sekejap.

"Nggak sibuk apa-apa, kerjaan gue cuma di rumah."

"Sebenarnya gue di suruh bokap, buat megang perusahaan. Tapi gue nggak mau," cerita Alena.

"Kenapa?" tanya Arsen dengan suara bassnya.

"Nggak ada minat," jawab Alena cepat. "Yaa.. Memang sih gue kuliah di bidang manajemen, tapi gue nggak tertarik."

Alena membuang napas kasarnya. "Lagian gue takut." beo gadis tersebut sembari mengaduk-aduk makanannya.

"Takut?"

"Iya takut. " angguk beberapa kali. "Gue takut gagal dan malah bikin Papa gue kecewa, karena gue tau gimana perjuangan dia supaya membangun perusahaan ini menjadi besar seperti sekarang."

"Papa begitu bekerja keras, supaya bisa membangun perusahaannya, dan dari hasil kerja itu. Sekarang perusahaan Papa ada di mana-mana, itu yang semakin buat gue takut."

Arsen meneguk minumannya, ia melipat kedua tangannya di atas meja menatap Alena lekat. "Setiap manusia pasti ada gagal dan berhasilnya, kalau gagal itu tandanya harus lebih giat lagi untuk mencoba."

𝗔𝗿𝘀𝗲𝗻𝗶𝗼 「𝙹𝚎𝚗𝚘 𝚡 𝙺𝚊𝚛𝚒𝚗𝚊 」 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang