Chapter 68.

811 118 6
                                    


•Happy Reading•

***

Arsen memberhentikan motornya di depan rumah kecil, rumah itu terlihat tidak begitu terang, hanya ada satu lampu kecil yang ada di teras rumah tersebut.

Menaruh helmnya di atas tangki, Arsen mulai mendekati pintu lalu dia ketuk, sebenarnya kurang sopan bertamu malam-malam.

Namun mau bagaimana lagi, hanya malam seperti ini dia bisa bertemu dengan orang tersebut.

Karena jika siang hari, orang yang dia temui ini bekerja di salah satu rumah makan, yang bukanya dari pagi hingga sepuluh malam.

Sudah mengucapakan salam beberapa kali, dan juga ketukan namun tak ada juga suara seseorang membukakan pintu.

Sepertinya penghuni rumah tersebut sudah pada tidur, tapi Arsen tak menyerah. Dia terus mencoba mengetuk dan mengucapakan salam, hingga tak lama terdengar pintu tersebut terbuka.

Hal pertama kali saat melihat tamunya adalah Arsen, pria itu terbelalak tak percaya, hingga beberapa menit raut wajahnya berubah.

Menyuruh Arsen untuk masuk ke dalam rumahnya, cowok berjaket hitam itu pun menurut, Arsen duduk di kursi kayu panjang di rumah yang sangat kecil.

Pria yang terlihat sudah cukup tua, dengan rambut sudah di penuhi uban yang tertutup peci hitam itupun ikut duduk di seberang Arsen.

Tak lama muncul wanita paruh baya menggunakan daster motif bunga, dan juga hijab instan panjang berwarna putih, membawakan satu gelas teh untuk Arsen.

"Silahkan di minum, maaf kita hanya punya minum." Kata Ibu itu sopan.

Arsen tersenyum sangat tipis walaupun wajahnya masih terlihat datar. "Tidak apa-apa Bu, terima kasih."

Untuk menghargai Arsen menyeruput teh itu sedikit, menaruh kembali gelas itu ke atas meja. Tatapannya terus tertuju pada Pria tua yang masih diam menunduk.

"Bapak tau siapa saya, dan tujuan saya kemari karena apa?" Tanya Arsen datar pada orang itu.

Bapak itu sedikit kaget, ia mendongak membalas tatapan Arsen, lalu mengangguk beberapa kali.

Helaan napas keluar terlebih dahulu sebelum akhirnya Bapak itu mengeluarkan suaranya.

"Saya sudah yakin, jika suatu saat nanti kamu akan datang. Bertahun-tahun saya menghindar pun percuma, saya tahu kamu mempunyai kuasa untuk bisa menemukan saya." Ujarnya menunduk lagi.

"Tolong bicara apa yang Bapak tahu, karena saya tidak bisa berlama-lama di sini." Pinta Arsen tegas.

"Apa yang ingin kamu tahu?"

"Semuanya!" Sela Arsen cepat.

Bapak bernama Wiryo itu mengusap wajahnya dengan kasar. "Jujur saya waktu itu hanya di suruh, saya tidak tau apa-apa dan niat orang itu ingin apa. Saya juga tidak tahu," Jeda sejenak Wiryo menarik napas dadanya terasa sesak jika mengingat apa yang dia lakukan beberapa tahun lalu.

"Saya hanya di minta untuk memotong selang agar mobil itu tidak berfungsi dengan baik. Setelah saya sudah melakukan apa yang dia minta saya pergi. Dan saya memutuskan untuk pindah keluar kota, untuk menghindar dari masalah ini. Tapi ternyata saya justru di hantui rasa bersalah." Ujarnya dengan tangis yang mulai keluar.

Arsen menatap Bapak itu tanpa kedip, tangannya terkepal kuat. Matanya memerah menahan gejolak di hatinya.

"Saya tahu kamu pasti marah dengan saya, tapi saya bersumpah demi apapun. Saya tidak tahu apa-apa, saya murni hanya di suruh."

𝗔𝗿𝘀𝗲𝗻𝗶𝗼 「𝙹𝚎𝚗𝚘 𝚡 𝙺𝚊𝚛𝚒𝚗𝚊 」 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang