Chapter 67.

727 129 4
                                    

•Happy Reading•

***

Pagi ini di kediaman Januareza terlihat begitu hangat, mereka berkumpul bersama di meja makan untuk sarapan.

Apalagi pagi ini makanan yang tersaji adalah masakan Alena, wanita itu setelah sholat shubuh tidak tidur lagi.

Melainkan sibuk di dapur, padahal asisten di rumah itu sudah melarang, namun Alena bersikeras untuk memasak.

Sebelumnya Alena meminta izin pada Arsen, awalnya suaminya itu melarang dia tak ingin membuat istrinya lelah.

Tapi karena Alena memaksa dan meyakinkan dirinya kalau dia tidak apa-apa, maka Arsen pun mengizinkan.

"Tante nggak nyangka lho, kamu pintar masak. Enak lagi masakannya," Puji Wulan.

"Iya Tante, Kak Alena pintar masak, kalau gitu boleh kali ya. Aku bawa bekal," Saut Ana yang sudah cantik menggunakan seragamnya.

"Memangnya kamu nggak malu bawa bekal, ntar di olokin teman kayak anak kecil," Beo Tio menggoda Ana.

"Ih kenapa malu, Om. aku kan bawa bekal, bukan bawa yang aneh-aneh." Kata Ana yang membuat Tio dan lainnya tertawa.

"Makan yang banyak sayang." Titah Arsen lembut, walaupun dengan nada rendah namum Tio, Wulan dan lainnya masih bisa mendengar.

Tio dan juga Wulan tersenyum, mereka senang dengan perhatian Arsen pada Alena.

"Abang so sweet banget sih, pengin deh punya pacar."

"Wush.. Nggak boleh. Fokus belajar," Bukan Wulan ataupun Tio yang bicara seperti itu.

Melainkan Zico yang duduk di samping gadis itu. Ana menatap sengit pada Zico, mereka memang suka beratem, dan yang jail tentunya si Zico.

"Kenapa emang nggak boleh? Ana kan udah punya gebetan, memangnya situ yang belum ada hilalnya," Ledek Ana menjulurkan lidahnya.

Zico mendelik dan siap ingin mengapit kepala gadis itu, namun sayang suara deheman dari Papanya membuat cowok tampan itu tidak jadi, hanya mampu mendelik saat gadis itu semakin meledeknya.

"Agenda kamu hari ini kemana?" Tanya Tio pada Arsen.

"Kayaknya besok aku baru balik ke kantor Om, hari ini mau di rumah dulu."

"Ehm.. Om tau, pasti mau melepas rindukan?" Ujarnya lalu tertawa saat melihat Arsen hanya senyum-senyum.

Alena sendiri menunduk, wajahnya memerah seperti tomat.

..

Jika di rumah Arsen di penuhi canda dan tawa, berbeda dengan rumah Kusuma.

Setelah shubuh tiba di Jakarta dan mengetahui anaknya pergi kembali ke suaminya, pria itu marah besar.

Kusuma terlihat seperti orang kerasukan, apapun benda yang ada di dekatnya. Dia hancurnya, bahkan Pria itu membentak istrinya sendiri.

Liana diam menyaksikan kemarahan suaminya, baru kali ini dia melihat Kusuma semarah itu, tadinya Liana ingin bercerita namun belum selesai bicara.

Pria itu langsung marah begitu saja, tanpa mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu.

"Kenapa kamu biarin dia pergi Ma! KENAPA!" Bentak Kusuma lagi.

"Kamu sudah tidak peduli lagi dengan putri kita! Bagaimana kalau dia nggak hidup bahagia karena kesusahan!"

"STOP PA!!" Teriak Liana begitu lantang.

𝗔𝗿𝘀𝗲𝗻𝗶𝗼 「𝙹𝚎𝚗𝚘 𝚡 𝙺𝚊𝚛𝚒𝚗𝚊 」 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang