Chapter 60.

918 129 4
                                    

~•~

Vote dulu sebelum baca guys:D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu sebelum baca guys:D

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



~ Happy Reading ~

Setelah cukup lama berpura-pura tidak sadar, akhirnya Alena bisa membuka matanya.

Saat ini ia sedang sendiri di kamar inapnya, Alena tak tau kemana perginya orang tuanya.

Alena menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia menangis tersedu dalam kesunyia.

Dia benar-benar lelah jika seperti ini, ia tidak mau kalau harus berpisah dengan Arsen.

Terdiam sejenak Alena menatap langit-langit rumah sakit, dia harus memberitahu pada Arsen.

Suaminya harus tau, jika Papanya benar-benar mengurus surat perceraian mereka.

Wanita itu melihat ke kiri dan kanan, berharap ponselnya ada di sini. Namun harapannya tidak sesuai, karena benda pipih tersebut tidak ada di sana.

Sedikit bangun, Alena melihat ada ponsel milik Mamanya di atas meja di depan sofa. Dia mencoba bergerak turun dari tempat tidur, saat bangun untuk berdiri hampir saja ia oleng, jika tidak berpegangan pada pinggiran tempat tidur.

Jujur, kepala dan perutnya masih terasa nyeri, tapi dia tak boleh lemah.

Berjalan sambil menggeret tiang infus, Alena mendekati meja itu, lalu ia berjongkok membuka ponsel Mamanya.

Ia tersenyum tipis karena sang Mama tidak memasang kata sandi, secepat mungkin dia menyimpan nomer Arsen yang sudah sangat dia hapal.

Setelah tersimpan, barulah dia mengirim pesan pada suaminya.

Tidak terlalu panjang, hanya memberitahu apa yang di lakukan Papanya. Tanpa ingin memberitahu jika dirinya sedang berada di rumah sakit.

Alena tak ingin membuat Arsen khawatir, selesai mengirim pesan, Alena segera menghapus dan menghapus nomer Arsen kembali.

Mengembalikan benda pipih ke tempat semula, Alena berdiri kembali berniat kembali ke tempat tidur.

Saat baru satu langkah, tiba-tiba pintu terbuka. Wanita itu membulatkan matanya dengan sempurna, bahkan tangan yang sedang menggenggam tiang infus bergetar kuat.

Ia mundur beberapa langkah, namun Alena sudah terpojok dan tak bisa bergerak, sedangkan seseorang di depannya.

Tersenyum miring bahkan wajahnya terlihat angkuh menatap Alena, orang itu maju satu langkah. "Kayaknya Tuhan memang mentakdirkan kita untuk ketemu lagi. Atau jangan-jangan Tuhan memang mau lo kembali ke gue?" Ujarnya sambil terkekeh sendiri.

Alena hanya diam, tak berani membalas tatapan orang itu. "Walaupun gue sedikit kesal, karena lo udah hamil dari anak si brengsek itu! Tapi nggak masalah. Gue bisa habisi dengan mudah." Ujarnya enteng.

𝗔𝗿𝘀𝗲𝗻𝗶𝗼 「𝙹𝚎𝚗𝚘 𝚡 𝙺𝚊𝚛𝚒𝚗𝚊 」 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang