19. B.O.O.M

10 4 0
                                    

(Jangan lupa dengerin lagunya!)

Mentari pagi mulai menampakkan wajahnya. Semenjak hari kemarin, entah mengapa Dawon menjadi tampak sangat bahagia. Ia terkadang dan tanpa sadar selalu tersenyum mengingat hari dimana Asahi menggandeng tangannya dan berlari menuju sebuah taman.

Apalagi saat di perpustakaan-ah, cukup! Kenapa jantungku berdegup kencang saat memikirkannya? Tidak mungkin kan-tidak! Tidak mungkin aku mulai mencintai robot itu!

Dawon menggelengkan kepalanya. Mengingat kemarin malam, ia belum memberitahu sesuatu yang membuatnya sangat bahagia itu. Tentunya sesuatu bahagia itu berasal dari kebersamaannya dengan Asahi. Ya, Asahi. Robot-ah, manusia-tidak! Robot manusia yang begitu mencuri hatinya dalam sekejap.

Ah, geuman! Na michegetda! Lebih baik gue sekolah aja! (Ah, hentikan! Gue bisa gila!)

....

Di dalam lingkungan sekolah, ada sesuatu hal yang membuat hubungan antara Dawon dan Asahi terlihat jelas jika mereka berpacaran. Ketika Park Ssaem meminta Dawon, Asahi tiba-tiba mengangkat tangan kanannya sembari menyeletuk ingin menemaninya. 

"Dawon-ah? Bisakah saya meminta tolong mengambilkan berkas-berkas saya di kantor?"

"Eoh, tentu Park Ssaem."

"Ssaem? Bolehkah saya ikut menemani Dawon?"

"WOOOOO!!! Ige mwonya? (apa ini?)"

Jelas saja perilaku itu membuat keduanya mendapat sorakan dari teman sekelasnya tak terkecuali Yedam dan Doyoung. Namun, sudah beberapa kali Dawon mengklarifikasi jika mereka tidak ada hubungan apapun dan hanya sebatas teman akrab demi menyembunyikan identitas Asahi sebenarnya.

"Wah, ternyata mereka pacaran?"

"Ah, a-annio! Uri chinguya! (Kami hanya berteman!)"

"Uri chinguya! Tapi gak lama kalian bakal pacaran?"

"Cieee!!!"

"Ah, Ssaem? Kalau begitu saya permisi dahulu."

"Eoh, ne."tak memperdulikan sorakan dari teman-temannya, Dawon segera pergi dari sana disusul Asahi di belakangnya. Setibanya di luar kelas, Dawon menanyai Asahi dengan nada ketus alasan mengapa robot itu ingin menemaninya.

"Sahi-ya? Kenapa lo ngikutin gue?"

"Gue gak ngikutin lo."

"Terus kenapa lo bilang, kalau lo mau nemenin gue?"

"Gue gak bilang, kalau gue mau nemenin lo. Tapi, gue mau ngelindungin lo."

Tiba-tiba saja, detak jantungnya berdegup kencang saat mendengar Asahi ingin melindunginya. Dawon meneguk salivanya gugup. Ia berusaha untuk menutupi kegugupannya dengan mendahului Asahi dan bersikap acuh.

"Ah, geuraeyo?"

"Dawon-ah?"

Dawon berjalan cepat dengan berpura-pura tidak mendengarkan seruan Asahi. Justru, Asahi semakin mengejar Dawon dan terjadi aksi kejar-kejaran. Dalam diam, Dawon tersenyum bahagia ketika bertemu dengan Asahi. Seolah-olah, hanya Asahi lah yang berhasil membutnya nyaman.

ROBOT| Hamada AsahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang