Chapter 5

8 2 0
                                    

Aku baru selesai membasuh wajah-ku dan naik ketempat tidur ketika ponsel-ku bergetar pertanda ada pesan masuk. Aku melihat pop up pesan di lockscreen ponsel-ku, mas Mora. Ada apa ini?

Mas Mora Arsyad mengirim gambar

Mas Mora Arsyad : yang ini lupa di edit ya?

Aku membuka dan meneliti dokumen yang di screenshot olehnya. "Oh, inii" aku segera mengetikan balasan.

Me : Bukan aku yang scan mas, kayaknya pak Hari.

Mas Mora Arsyad : Oke udah ta edit, cie bisa tidur tenang

Me : mas Mora belum pulang? Mas Zain masih disitu ga? Aku belum bisa tidur dengan tenang, mas Zain nagih update pile test malam ini

Mas Mora Arsyad : Aku gapulang, parah si ninggalin. Gatau kalo mas Zain masih ada ya ga nge-cek kebawah. Besok aja ngasihnya

Emang kamu siapa mau kutungguin, apa kita sedekat itu? typingan-nya agak aneh, Apa hp-nya dibajak lagi? , batinku curiga. Aku berpikir untuk membalas pesan-nya barusan.

Me : Wkwk, aku sebenarnya melarikan diri pulang duluan

Mas Mora Arsyad : ini ni parah banget ini

Me : semangat mas

Mas Mora Arsyad : iyaa maskasih yaa, selamat tidur nyenyak. Moga mimpi buruk

Me : Yaampun sewot bgt

Mas Mora Arsyad : kidding. Moga mimpi indah

Aku tak tahu mengapa percakapan kami mengalir begitu saja hingga aku tak sadar malam sudah semakin larut. Tiba-tiba ponsel-ku berdering, satu panggilan vidio masuk. Mas Arif. Ada apa ini? Mengapa dia mau vc jam segini?, batinku tanpa mengangkat sama sekali panggilan-nya.

Mas Arif: Disuruh Mora

Me : gajelas

Sudah kuduga ada yang tidak beres makanya tak kuangkat.

Mas Mora Arsyad : Jangan percaya fitnah, dia tiba-tiba masuk ruangan terus liat layar laptopku lagi nge-chat sama kamu, Sorry ya dia langsung vc tadi

Me : iya gapapa

Mas Mora Arsyad : tapi tenang dia ga baca chat kita, hadeh bakalan ada gosip

Aku malas menghadapi gosip, semoga situasi tetap aman dan terkendali. 

***

Aku memiliki target hari ini akan mengerjakan laporan kampus namun aku sepertinya harus mengambil data proyek. Aku berbincang dengan Sophia bagaimana caranya laporan tersebut dapat segera selesai. Sementara kami berbicang, tiba-tiba Sophia mendadak bisu sambil memperhatikan sosok pria yang lewat di depan kita.

"Heloooo, Piya kenapa? Kok tiba-tiba diam?" tanyaku bingung. Aku mengikuti pandangan-nya kemana. Mas Iza. Kenapa tiba-tiba diam ketika melihat mas Iza?

"Elle, aku lagi deket sama cowok itu"

"Mas Iza?" tanyaku memastikan.

"Kok kamu tahu?"

"Aku kan se-tim sama dia waktu event kemaren"

"Oh iya ya"

"Dia nge-chat aku, trus kita mulai intensif nge-chat, dia pendiam terus jarang keliatan, dia gapernah nyapa terus tiba-tiba nge-chat salam kenal, sebelum event itu aku malah gatau kalau dia ada, jangan bilang siapa-siapa ya"

"Aman, yaudah aku ke toilet dulu kebelet"

***

Aku mencepol rambut-ku karena hari ini entah mengapa panas-nya tidak seperti biasanya. Terik matahari menusuk kulit-ku dan aku berlari kecil agar cepat berteduh. Aku membuang napas lega ketika kakiku sudah berada di bawah atap kantor direksi keet. Aku melihat sosok pria bertubuh tinggi sedang berdiri di depan ruangan makan sedang menatap ke lapangan. Mas Mora. Aku tiba-tiba terpikirkan sesuatu, aku berlari kecil kearah-nya dan berhenti tepat di sampingnya.

"Mas Mora, aku bisa minta data perencanaan proyek ga?" tanyaku sambil mengatur napas-ku habis berlarian.

"Tumben rambutnya di kuncir" 

Deg. lidahku kelu sepersekian menit. mengapa aku seketika tidak fokus? gugup? Apa karena habis berlari? "Ada ga mas?" hanya pertanyaan yang dapat keluar dari mulutku berusaha untuk kembali fokus.

"Iya ntar ya"

"Okee mas"

Aku tersenyum sumringah dan masuk ke ruangan-ku. Sophia mengerutkan dahi-nya memperhatikan-ku, "Kerasukan roh apa kamu?"

"Laporan kita aman Piya, aku bakalan dapat data perencanaan proyek"

"Bagi ke aku yaa"

"siapp"

Satu notifikasi, pesan masuk, aku sudah bisa menebak pengirimnya.

Mas Mora Arsyad : Data perencanaan struktur ya?

Me : Iya mas boleh

Mas Mora Arsyad : Heeh tak segampang itu.

Me : terus aku harus bagaimana mas?

Mas Mora Arsyad : Hahaha push up dulu ga si.

Aku menarik napas geram. Sabar Elle. Sabar ini ujian. Kamu harus bertahan demi data proyek dan demi kelancaran laporanmu.

Me : kasihanilah aku

Mas Mora Arsyad : tadi aku nanya loh, kenapa rambutnya dikuncir

Seketika aku menyadari sesuatu, sejak kapan dia memperhatikan gaya rambut-ku? ralat sejak kapan dia memperhatikanku? Mengingat ini bukan yang pertama kalinya. Mengapa aku tak menyadarinya? Deg. Sejak kapan dia menaruh perhatiannya pada diriku, bahkan perubahan ini dia menyadarinya. Pipiku memerah. Apa pendingin ruangan-nya rusak? Kenapa kurasa suhu ruangan ini naik dua kali lipat?

Me : karena hari ini kurasa agak panas mas. Ini namanya bukan kuncir mas tapi dicepol

Mas Mora Arsyad : Wkwkw sama saja, sama-sama keliatan bagus. Bukan agak lagi, tapi benar benar panas

Me : Jadi gimana mas, mas Mora Arsyad yang terhormat bisakah data-nya saya minta?

Mas Mora Arsyad : iya sabar lagi dikirim

Mengirim Dokumen...

Me : Makasih ya mas, gimana cara balasnya mas, kalo gini mas nyuruh apa aja aku mau

Mas Mora Arsyad : ini masih ku keep dulu

Me : Kalo ada data lagi boleh ya mas

Mas Mora Arsyad : gabolehlah

Me : yowes suruh apa aja, asal dapat data lagi

Mas Mora Arsyad : temenin aku ke Adniramas

To be continued...

***

129 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang