Chapter 18

0 0 0
                                    

Aku sedang kesal dan memutuskan untuk istirahat di ruang medis.  Bagaimana tidak kesal kemarin dia mendiamkan-ku karena aku sama sekali lupa memakai bracelet pasangan kami dan hari ini malah dia yang tidak menggunakannya.

Saat ini sudah pukul 8 malam. Aku terkejut ketika sosoknya masuk ke ruang medis, pasti sedang mencariku. Aku menatap tajam ke arahnya kemudian mencoba untuk mengabaikan keberadaannya dan berbicara dengan Sophia.

Namun upayaku untuk mengabaikannya sama sekali tidak berhasil, dia berbicara dengan mba Adna dan meminta untuk ditensi darahnya. Tanpa ia sadari diam-diam aku memperhatikan gerak geriknya. Kenapa tiba-tiba ingin ditensi? Apa dia sakit?

Ah, menyebalkan aku tidak bisa mengabaikannya selain pergi.
"Sop, gue balik ya" Ujarku pada Sophia yang bingung dengan pamitanku yang tiba-tiba.

Aku berjalan melewatinya, sebelum ia mencegatku.

"Mau kemanaa?"

"Balik"

"Heyy kok gitu sii"

Aku keluar dari ruang medis dan dia membuntutiku.

"Maaf yaa sayang, aku tadi buka sebentar kok braceletnya biar ga kena air waktu basuh tangan, trus lupa make lagi"

"Iya gapapa" jawabku dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Kamu kenapaa?" tanyanya khawatir.

Raut bersalah yang tersirat di wajahnya menyentuh lubuk hatiku dan meruntuhkan kekesalan ku. Mendadak aku terkekeh dan menoel tangannya.
"Aku kesel tauu"
Dia seketika menjadi tenang dan tawanya pecah,

"Gemess deh, serius by kamu lucu kalo ngambek"

Aku menggerakan tanganku hendak menoelnya lagi sebelum sesuatu benda kecil jatuh dari gelangku. Menggelinding entah kemana.
Aku memperhatikan kondisi gelangku dan panik ketika salah satu liontin nya sudah tidak lagi tergantung pada gelangku.

"Salah satu liontin nya lepas babe" Aku merengut kecewa. Aku mencoba mencari benda kecil tersebut kemana perginya.

Mas Mora juga terlihat khawatir dan membungkuk memeriksa setiap sudut teras di depan ruang medis dengan bantuan senter dari ponselnya.

"Apa jatoh ke tanah ya" Aku mencari di sekitar namun masih belum menemukannya.

10 menit. 20 menit berlalu...
Aku duduk menyerah karena tidak menemukannya.
"Gapapa byy, udah masuk di sela-sela lubang mungkin liontin nya" ujarku mengikhlaskannya namun aku masih berharap menemukan barang kecil itu tapi aku tak tega menahan mas Mora hanya demi mencari barang ku.

"Mas gapapa, aku udah iklas. Ayo balik, kayaknya udah ada kendaraan mau pulang"

"Yakin gapapa?"

"Iya mas"

Kami kembali keatas sepertinya para karyawan sudah keluar menunggu di parkiran siap untuk pulang. Kali ini kami berjalan beriringan. Semua mata seperti sedang memandangi kami.

"Mas udah rame, gapapa nih?" lirihku.

"Biarin byy, jalan aja terus"

Aku mengambil tasku di ruangan dan segera naik ke mobil. Aku melayangkan pandpanganku namun tidak bisa menemukan keberadaan mas Mora di dalam mobil. Aku mengetikan pesan di room chat kami.

Me:kamu ga pulang sayang?

Mas Mora: Nginep byy
Mas Mora: Biar bisa vc😋

Me: okee byy semangat ya
Me: alesaan..emang kamu lagi bnyak kerjaan kaan😋

Mas Mora: hahaha tau aja my honey
Mas Mora :ntar sampe dan udah mandi kabarin yaaak😌

129 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang