Aku termenung di depan layar monitor-ku enggan melanjutkan laporanku. Apalagi yang kamu pikirkan Elle? Data perusahaan sudah di genggaman-mu, tunggu apa lagi? Ayo kerjakan laporan-mu! Pikiranku ribut, namun permintaan pria yang baru kukenal beberapa hari belakangan ini mampu membuatku diam terpaku dan berulang kali mencoba mengolah arti ucapan-nya di benak-ku. Apa dia barusan mengajak-ku pergi bersama-nya? Ada apa di Adniramas?
"Ngapain bengong? Laporan Elle, dikerjain bukan di liat doang!" celetuk Sophia yang tiba-tiba saja sudah disamping-ku.
"Iya nih lagi mikirin sesuatu, why? U need something?"
"Lagi pengen cerita aja Elle, kamu tahu kan aku lagi deket sama mas Iza?"
"Iya udah, kan kamu yang cerita sendiri"
"Gini loh dia masih aja nge-chat aku padahal aku udah bilang aku punya pacar"
"Terus"
"Aku bingung harus kayak gimana respon-nya?"
"Yaudah biasa aja Piya, but terserah kamu si mau respon kayak mana...senyaman kamu" saran-ku.
"Kamu mikirin apa si?"tanya Sophia penasaran.
"Not so important" Aku memutuskan untuk tidak menceritakan hal ini, karena aku masih tidak begitu yakin dengan apa yang kudengar darinya.
"Mba Sophia tadi pak Ranu nyuruh aku ingetin ke kamu, dokumen-nya jangan lupa di bawa ke konsultan" ucap mba Avy menginterupsi perbincangan-ku dan Sophia.
"Oo oke mba" Sophia pergi sambil mengerling, aku tahu mba Avy agak tidak suka jika aku dan Sophia berbincang santai sehingga dia sengaja mengingatkan tugas Sophia. Aku terkekeh melihat Sophia memberikan kode kepada-ku untuk menunggu-nya kembali dan melanjutkan pembicaraan kami.
***
Aku, Sophia dan Corie sedang duduk makan sambil sesekali bercerita tentang pekerjaan hari ini. Tiba-tiba Mala datang dan duduk di samping Sophia sambil membawa makanan-nya, Ia menatap-ku dengan senyuman yang mencurigakan.
"He..he guys tadi mas Paul nanya soal event kita trus dia minta nomor kalian dan aku kasih nomor kamu Elle"
"Ha?! Why me?"
"Sorry Elle, soalnya aku feeling dia emang cuma mau nanya nomor kamu tapi biar ngga kentara dia nyebut nama kalian semua satu-satu, tapi nama-mu yang di sebutin pertama maka aku simpulkan seperti itu" cerocosnya dengan tampang tak bersalah.
"MALAA!" teriak-ku tidak terima dengan perbuatannya, membuat semua yang berada di ruang makan mengalihkan perhatian pada-ku.
"Shhht, ampun Elle! Tapi kalo emang mas Paul emang mau.." Ucapan Mala terhenti karena melihat tatapan tajam-ku. Aku mengangkat piring keranjang yang sudah kosong di depan-ku dan berniat untuk pergi dari ruang makan sebelum aku mendengar nama seseorang yang belakangan ini sedang memenuhi pikiran-ku disebutkan oleh mereka.
"Corie, kamu tau ngga kalo mas Mora beneran bakalan cuti? Terus laporannya mau dikumpul ke siapa dong?" celetuk Sophia.
"ngga cuti, workshop aja ke Adniramas..." jawab Corie seakan si paling tahu, tanpa sadar aku kembali duduk dan mendengarkan Corie dan Sophia bercerita. Waitt, Ada apa denganku? Apa yang membuatku tidak beranjak? Bukankah beberapa detik lalu aku berniat untuk pergi?
"Soalnya tadi mas Nawa nanya gambar ke mas Mora waktu absen, terus dia bilang mau cuti, berarti bercanda ya"
"Ya itu cuti ke Adniramas"
"Berapa lama workshop-nya?"
"Jumat Sabtu"
Aku rasa ada yang tidak beres dengan diriku. Aku mendengarkan mereka hingga mereka selesai berbincang, mengapa aku sangat ingin tahu.
***
Hari ini aku ikut bersama pak Zain ke laboratorium uji tekan beton. Aku lebih senang untuk keluar dan melihat tes dari pada duduk di kantor. Jika kalian bertanya apa alasannya ya karena duduk seharian dan mengerjakan dokumen itu sangat-sangat membosankan. Hari ini hari jumat. Apakah dia sudah berangkat? Demi apa kenapa kenapa memikirkan dia? Satu notifikasi pesan yang masuk di whatsapp menyadarkan-ku dari lamunanku.
Mas Mora Arsyad : Bye Elle aku berangkat ke Adniramas dulu
Dia pamitan nih ceritanya ke aku? Surprisingly, aku tak menyangka, Batinku. Aku mengetikan sesuatu di keyboard-ku sebagai balasan.
Me : hati-hati di jalan mas
Mas Mora Arsyad : Perhatian banget si
Me : ngeselin. Terus aku harus bilang apa
Mas Mora Arsyad : Hehehe iya makasih ya Elle
Kita bercakap lewat whatsapp hingga tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Dia akhirnya sampai di Adniramas dan aku menemaninya berbincang sambil ia mengerjakan materi untuk workshop. Menemaninya? Apa yang terjadi? Tanpa sadar sudah hampir pukul dua pagi ketika dia selesai mengerjakan materi presentasi-nya dan kita berhenti untuk tidur setelah itu. Waitt menemaninya hingga lupa waktu? Ada apa denganku? Ada apa dengan kita? Aneh.
***
Aku mendorong pintu ruang rapat dengan malas, kenyataan bahwa aku akan duduk menyaksikan rapat internal proyek selama kurang lebih dua jam merupakan alasan mengapa aku tidak begitu antusias melangkahkan kakiku di ruang rapat. Mataku menjelajahi ruangan rapat yang berluasan tujuh puluh lima meter persegi ini hingga mataku berhenti pada sosok pria itu. Mas Mora Arsyad. Belakangan ini entah mengapa aku sering sengaja ataupun tidak sengaja memperhatikannya, sekedar menyaksikan bayangannya melewati jendela di samping meja kerja-ku ataupun diam-diam memandanginya seperti saat ini.
Ponselku bergetar tanda pesan masuk, aku mengecek jendela notifikasi dengan tidak bersemangat mengetahui pesan yang masuk dari mas Paul, konsultan yang meminta kontak ku dari Mala. Belakangan ini dia sering tiba-tiba chat menanyakan apa aku masuk kantor atau tidak, aku sebenarnya malas membalas pesannya namun merasa segan padanya dan tidak mau urusan kerjaan-ku terhambat hanya karena persoalan itu makanya aku membalas pesannya seadanya saja.
Mas Paul (Konsultan) : lagi rapat Elle?
Me : iya
Mas Paul (Konsultan) : itu sampe jam 11an ga sih rapatnya wkwk
Me : iya biasanya gitu
Mas Paul (Konsultan) :okdee, btw ntar kalo balik kabarin ya Elle ada yg mau aku titipin bentar
Me : baik mas
Mas Paul (Konsultan) : eh maksudku kalo uda di mess yaa. Lagi panas ga situasi rapatnya kwkw?
Aku berhenti membalas pesannya karena merasa ada yang mencurigakan darinya. Apa yang ingin dia titipkan coba? Aku merasa dia terlalu ingin tahu sesuatu yang bukan urusannya sama sekali. Aku membalas pesannya ketika aku sudah tiba di mess dan bersiap untuk tidur.
Me : ga biasa aja mas
Mas Paul (Konsultan) : oalah, uda mau tidur belum Elle?
Aku lebih memilih untuk tidur dibandingkan makin memperpanjang percakapan ini. Pesannya kubiarkan begitu saja tak terbalas.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
129 Days
RomanceMimpi buruk Elle berubah menjadi kenyataan termanis yang tak terlupakan ketika ia bertemu dengan Mora. Tidak pernah terbayang dalam benak-nya akan melihat pelangi di dunia-nya yang monokrom, gradasi warna yang nampak saat itu mampu membuatnya terkag...