Pagi hari yang tampak cerah dan berawan, sinar matahari tampak menyebarkan cahaya dan kehangatannya di dunia ini.
Gadis kecil berumur 5 tahun ini akan pergi ke sekolah jenjang TK sekarang. Gadis yang memiliki rambut yang panjang, bermata bulat dan indah, memiliki alis yang tebal, lekuk tubuh yang cantik, dan kulit yang putih.
Karna gadis itu memiliki rambut yang panjang, ia selalu meminta kepada ibunya untuk mengikat rambutnya dengan berbagai macam model. Dari mulai model kepangan, ikatan dua, ikat kuda, ikat tiga, bahkan kepang tiga dan lain-lain. Hal itu selalu ia inginkan.
Selama di TK, gadis itu kerap menjadi perbincangan anak-anak lain. Akibat sorot matanya yang tajam.
"Huaa, Verra ngeliatin," ungkap sala murdi di sekolah TK itu. Lalu anak itu menangis sambil menghampiri ibunya.
Iya, gadis yang aku maksud itu Verra. Verra tampak tidak peduli dengan anak itu, ia terus berlagak tidak tau apa-apa. Toh, dirinya tidak melakukan apa pun kepada anak itu.
Berbeda dengan Ruma. Gadis itu selalu menemani Verra, dia tidak takut kepadanya. Bahkan dia selalu mengajak Verra untuk bermain di taman permainan di sekolah TK itu.
Ruma memang gadis yang periang, rambutnya hitam dan keriting, senyumannya yang lebar mampu membuat siapa pun semangat untuk pergi ke TK itu. Jika tidak ada Ruma, tentu saja akan membosankan karna tidak mempunyai teman.
👻👻👻
Kini, waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Sore itu adalah waktu di mana Verra dan kedua orang tuanya, Oma dan Kakek berkumpul di ruang santai.
Kebetulan rumah Verra bersebelahan dengan rumah Oma dan Kakek. Hanya saja di batasi oleh lorong yang menuju ke gudang belakang rumah. Gudang rumah Verra dan gudang rumah Oma tampak di satukan. Untuk memasuki gudang itu, harus berjalan melewati lorong itu. Atau, lewat pintu belakang rumah Verra atau pun rumah Oma.
Tampaknya Sari--Ibu dan Galang--Ayah sibuk berbicara dengan Oma. Sedangkan Verra hanya bisa bermain bersama hewan peliharaannya, yaitu seekor kelinci yang berwarna bermacam-macam. Dua warna putih, satu warna hitam, ada juga abu-abu dan kuning. Kelinci itu selalu bermain kemana pun. Mereka berlarian tanpa melihat bahwa tempat itu kotor penuh dengan lumpur atau tidak.
Karna itulah, Sari melarang anaknya membawa kelinci-kelinci ini ke dalam rumah, kaki mereka tampak kotor. Verra sempat merajuk karna hal itu, sebab gadis itu masih tidak mengerti. Sampai akhirnya, sebuah boneka kelinci berwarna coklat hadir di hidupnya. Di nama kan boneka itu Kici.
Karna mereka asyik mengobrol, Verra sempat berlarian mengejar kelinci-kelincinya yang semakin berpencar di halaman rumahnya. Saat sedang mengejar kelinci yang berlari ke arah gerbang utama, sekelompok anak-anak berjalan di depan gadis itu, mereka tampak melirik dengan tatapan sinis.
Wajar, Verra memang jarang sekali bermain dengan anak-anak yang menjadi tetangganya. Gadis itu akan bermain jika Yaya berada di rumahnya. Yaya sendiri adalah sepupu Verra yang tak jauh rumahnya, dialah yang selalu mengajak Verra untuk bermain dan bersosialisasi di luar.
Verra terdiam menatap mereka. Lalu, sesuatu tampak muncul dalam benak gadis itu. Sesuatu tampak memberitau kepadanya, bahwa mereka menganggap Verra sebagai anak kecil yang aneh. Lebih aneh lagi, Verra bisa membaca pikiran mereka.
Akhirnya gadis itu terdiam, berjalan mengambil satu persatu kelincinya yang jumlahnya ada 5. Lalu, masukkan mereka ke dalam kandang di depan rumahnya. Setelah memasuki beberapa kelincinya, Verra berjalan menuju orang tuanya, lalu ikut duduk bersama mereka.
👻👻👻
Malampun tiba, seperti biasa Verra selalu di temani oleh Sari. Beliau selalu menyusun beberapa boneka, lalu membuat lingkaran agar anaknya bisa tertidur di dalam lingkaran itu. Tampaknya gadis itu merasa nyaman jika di buatkan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Indigo [ TERBIT ]
TerrorBeberapa Bab sudah di hapus, demi kenyamanan Penulis. "Kok aku rasain hal yang beda dari biasanya ya?" -Verannisa Zitta. "Apa mata batinku terbuka lagi?" Verrannisa Zitta, akrab di sapa Verra. Gadis itu mempunyai kelebihan, dapat melihat yang seri...